Prolog

7K 474 26
                                    

Sesosok pria tinggi melangkah ke area rooftop kantor yang dijadikan tempat beristirahat. Alih-alih di tenda-tenda atau beanbag yang disediakan, pria itu memilih berdiri menghadap pagar pembatas. Anton menyugar rambutnya yang tertiup angin pelan. Pria itu melipat tangan di dada, lalu menghela nafas. Sudah jadi kebiasaan Anton untuk kabur ke rooftop saat kepalanya terasa penuh, entah karena pekerjaan atau apapun itu.

Setelah merasa lebih baik, Anton berbalik untuk menuju lift. Saat yang bersamaan, seorang perempuan melintasi Anton. Mungkin perempuan itu tidak menyadari keberadaan Anton. Anton mengernyit karena merasa familiar dengan sosok itu. Pastilah salah satu rekan kantornya.

Tadinya Anton hendak langsung pergi, namun suara isak tangis menghentikan langkahnya. Anton memasang telinga baik-baik dan meyakini jika yang didengarnya memang isakan. Isakan perempuan itu terdengar pelan dan tertahan. Anton berubah haluan menghampiri suara isakan itu. Takut-takut jika perempuan yang melewatinya tadi sedang sedih dan berbuat nekat. Tidak menutup kemungkinan jika Anton bisa ikut dicurigai, kan?

"Vera, are you good?" tanya Anton pada perempuan berambut gelombang yang berada di tenda paling ujung.

Vera mendongak dengan raut terkejut. Dia mengusap matanya yang basah, lalu menunduk diam.

"Sorry, kalau saya ganggu saya pergi dulu. Tapi kamu nggak akan berbuat nekat, kan?"

Anton menatap Vera serius. Vera itu salah satu bawahannya yang belum lama bergabung dengan perusahaan. Kalau Anton tidak salah ingat, Vera itu training and development specialist.

"Mas Anton mau dengerin cerita saya, nggak?"

"Hm?"

Anton menaikkan salah satu alisnya. Tidak salah permintaan Vera barusan? Seumur-umur, Anton jarang sekali mendapat permintaan seperti itu. Maklum, Anton itu terkesan cuek dan apa-apa harus sesuai maunya. Teman-teman Anton sudah malas duluan jika harus berbagi cerita dengannya.

Anton melihat ke sekeliling, takutnya ada yang melihat mereka dan salah paham. Setelah memastikan keadaan aman, Anton melangkah masuk ke tenda dengan kain-kain putih di sisinya.

"Cerita apa? Kerjaan berat?"

Isakan yang tadi sudah reda terdengar kembali. Anton hanya bisa diam melihat Vera yang bahunya bergetar.

"David tuh kayaknya beneran cinta sama Alea."

"Alea anak HR juga?" tanya Anton yang dijawab Vera dengan anggukan. "Kalau David? David yang mana?"

"Anak marketing, masuk bareng saya kemarin. Dia dulu di kantor cabang sama saya. Makanya kita udah lumayan dekat."

Vera mengeluarkan tisu yang ia bawa dan mengusap air matanya.

"Do you love him?"

Vera menoleh ke Anton, lantas mengedikkan bahu.

"Saya nggak berani bilang ini cinta. I like him... Tapi... Pantes aja David sama sekali nggak tertarik ke saya, orang tipenya yang kayak Alea."

"Emang Alea kenapa dan kamu kenapa? Sama-sama perempuan, kan?"

Vera mengusap air matanya kembali.

"Alea nggak suka sama David, itu yang saya lihat sejauh ini. Tapi tetap aja saya nggak suka kalau David merhatiin Alea. Saya juga kesel sama Alea yang nggak mau lihat David, padahal saya yang ngarep aja nggak dilirik."

Anton mengangguk pelan, mulai memahami situasi.

"David tahu kamu suka dia?"

"Saya nggak berani bilang."

Flowing Into Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang