5. Open House

1.3K 173 28
                                    

"Mas Anton ngapain di sini?" tanya Vera begitu melihat Anton benar-benar berdiri di teras rumahnya.

Vera mendelik pada Anton yang tampak sangat santai. Bisa gawat kalau ibu Vera tahu apa yang dilakukannya semalam!

"Saya mau ngembaliin ini, ketinggalan kemarin."

Vera menerima paperbag dari Anton, lantas merutuki dirinya sendiri saat melihat sebuah stocking di dalam sana. Vera memang sengaja tidak memakai benda itu agar pakaiannya tidak terlalu sama dengan kemarin, namun bisa-bisanya dia lupa membawa ini pulang?!

"Kok bisa ketinggalan, sih?" kesal Vera pada dirinya sendiri.

"Apa yang ketinggalan, Ver?"

Ibu Vera muncul dari dalam rumah. Wanita itu membawa nampan dengan dua cangkir berisi teh di atasnya. Ibu Vera berjalan ke meja di ujung teras, membuat Vera dan Anton mau tidak mau mengikutinya.

"Saya ibunya Vera," ujar wanita paruh baya itu usai menurunkan cangkir ke meja.

Anton membalas jabatan tangan Rini sambil tersenyum.

"Saya Antonio, tapi bisa dipanggil Anton aja."

"Teman kantor Vera?" tanya Rini sambil melirik ke putrinya.

"Iya, tante."

"Dia kakak iparnya Alea, Bu. Barusan nganterin barang yang ketinggalan." ucap Vera cepat sebelum sang ibu merasa curiga.

"Oh, berarti kakaknya siapa...?"

"Btara."

"Iya, Btara."

"Silahkan duduk kalau gitu, diminum tehnya sambil ngobrol sama Alea. Maaf ya tante nggak ada camilan, padahal biasanya tante ada banyak, maklum kan tante jualan snack gitu."

Berbeda dengan Vera yang melirik kesal ke ibunya, Anton malah tersenyum. Sebelum duduk, dia menyerahkan tas lain yang dibawanya. Vera langsung mengenali logo toko kue mahal di tas itu. Ibu Vera tentu menerimanya dengan wajah berbunga.

"Ya udah ibu masuk dulu," pamit Rini sebelum masuk ke rumah.

Vera mempersilakan Anton untuk meminum tehnya. Meski kesal karena Anton sampai datang ke sini, Vera tidak mungkin langsung mengusir laki-laki itu.

"Mas Anton harusnya nggak perlu ke sini segala," ucap Vera dengan suara pelan, takut ibunya mendengar dari dalam.

"Terus kamu mau saya ngasih pas di kantor? Bukannya orang-orang malah jadi curiga?"

Vera mendengus karena ucapan Anton bemar.

"Mas Anton bisa buang atau bakar aja sekalian. Saya masih punya yang lain atau beli baru."

Anton mengernyit mendengar ucapan Vera. Bagaimana mungkin dia membuang atau membakar barang Vera begitu saja?

"Kamu kayaknya nggak suka banget saya di sini."

Vera melirik Anton dan menghela nafas karena merasa tidak enak.

"Bukan gitu, tapi kan Mas inget kemarin kesepakatannya gimana. Aku nggak mau aja bikin orang salah paham."

Anton mengangguk, meski dalam hatinya ingin mendebat Vera. Anton mencoba memahami jika Vera mungkin tidak nyaman jika ada orang lain yang tahu soal mereka.

"Alea sama Btara jangan sampai tahu loh, Mas."

"Iya, kan saya udah bilang saya nggak akan ngumbar."

"Tapi kan mereka adiknya mas Anton. Bisa aja diem-diem Mas Anton cerita ke mereka."

Flowing Into Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang