Vera menoleh ke pintu kamar milik Anton. Anton masuk membawa kantong plastik yang dia angkat tidak terlalu tinggi. Anton duduk di kursi kerja yang dia taruh tepat di sebelah ranjang. Pria itu tersenyum saat mengeluarkan sesungguhnya obat dari kantong plastik tadi.
Vera menatap Anton yang cekatan membuka bungkus obat, mengeluarkan isinya, dan membuka sebetulnya air mineral sebelum diserahkan ke Vera. Vera menerima obat dan air itu dan segera meminumnya.
"Makasih," ujar Vera sambil menyerahkan gelas yang telah kosong setengah ke Anton.
Anton menyegar rambutnya, lantas melirik ke Vera yang duduk di kasur.
"Harusnya aman, sih," ucap Anton yang dibalas Vera dengan anggukan.
Semalam Vera dan Anton tidur bersama. Tidur bersama dalam artian berhubungan badan, bukan hanya berbaring sebelahan. Vera tidak tahu apa yang merasukinya semalam, atau mungkin memang itu keinginannya sendiri. Yang pasti Vera sempat berpikir untuk menghentikan perbuatannya dan Anton, namun sentuhan Anton yang lembut seolah menyihirnya untuk meneruskan aksi mereka.
Anton sebenarnya juga kaget, namun dia tidak bisa menahan diri. Lampu hijau dari Vera membuatnya kehilangan akal semalam. Sampai-sampai Anton tidak berpikir dua kali untuk berhubungan tanpa pengaman. Alhasil usai membersihkan diri Anton langsung pamit untuk membeli morning after pill di apotek 24 jam yang ada di lantai dasar apartemen.
"Oh iya, kemeja kamu udah saya kucek dan saya kedinginan pakai hairdryer, jadi nanti bisa kamu pakai lagi."
"Kapan Mas Anton nguceknya?"
"Tadi habis mandi."
"Oh..."
Vera mengangguk pelan. Keheningan yang canggung kemudian menguasai mereka berdua. Vera memainkan ujung jari di atas paha, sementara Anton menatap meja di depannya.
"Ver."
"Mas."
Vera dan Anton menoleh dan saling memanggil bersamaan. Keduanya lalu terdiam karena sama-sama terkejut.
"Kamu dulu aja," ujar Anton.
"Emm... Soal ini... Jangan sampai ada yang tahu, ya."
Anton menaikkan salah satu alisnya. "Kamu pikir saya tipe orang yang bakal keliling terus ngasih tahu semua orang aku habis tidur sama siapa?"
"Nggak, bukan gitu. Maksudnya... Aku nggak mau orang lain salah paham aja."
"Iya, Ver, saya ngerti."
"Kalau Mas Anton tadi mau ngomong apa?"
"Masih sakit?"
Vera mengernyit, lantas menundukkan menatap salah satu bagian tubuhnya.
"Nggak, sih. Kayaknya semalem sakit karena udah lama banget nggak... Yah... terakhir sama mantan saya pas habis lulus kuliah."
Anton mengerjap, lantas turut mengikuti arah tahapan Vera.
"Bukan itu, Vera. I'm sorry kalau saya bikin kamu sakit semalem, tapi saya bukan nanyain itu"
Ver menatap Anton bingung. Lalu apa yang Anton tanyakan?
"Semalam kamu kelihatan sedih, cerita soal orang tua kamu, bahkan ngajak saya ke club. Hati kamu masih sakit?"
"Oh... Itu..."
Cerah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nggak, nggak apa-apa. Saya udah biasa kok, cuma kemarin emang lagi ada masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowing Into Your Heart
Literatura FemininaVera sebenarnya memang mudah jatuh cinta. Dia jatuh cinta pada teman PMR-nya yang menggendong Vera saat pingsan waktu SMA dulu. Vera jatuh cinta pada kakak tingkat yang membelanya saat ospek kuliah. Vera mudah jatuh cinta, sepertinya. Jika perasaan...