♥︎ Cincin ♥︎

19 5 0
                                    

Manusia itu mudah untuk menjadi baik, tapi sulit untuk menjadi ikhlas.
XXV

• ♥︎ •

Khiana berlari dan langsung memeluk ibunya. Air matanya tertumpah, lututnya lemas memandangi ayahnya yang sedang ditangani dokter dari balik jendela.

"Mama, kuat ya ma.." Ucap Khiana.

Ibunya hanya bisa menangis. Terduduk bersandar di kursi. Tak lama dokter keluar.

"Dok, bagaimana ayah saya?" Tanya Adrian.

"Ia berbisik, ingin melihat Khiana dan Abhimana menikah di hadapannya."

"Tapi.." Ucapan Adrian terpotong Khiana.

"Baiklah dok, saya akan menikah dengan Abhi."

Seketika Adrian, Rianti, Syerra, dan Abhimana menatap Khiana.

"Khia, kamu gak bisa ambil keputusan disaat kamu panik seperti ini." Ujar Abhi yang menarik pelan Khiana.

"Raskara, gue udah pikirin ini, gue mau nurutin apa yang papa gue mau."

"Tapi pernikahan itu bukan hal yang main-main, khia!"

"Kara, lo kenapa sih? Lo yang bilang sendiri di pavilliun kalo lo nerima perjodohan ini dan mau nikah sama gue. Tapi kenapa sekarang seolah lo nolak saat lo dihadapkan situasi sesungguhnya?!"

"Nggak gitu, saya gak mau kamu menyesal dan terpaksa menikah dengan saya."

Khiana meletakkan kedua telapak tangannya di rahang bawah Abhi dan memaksa Abhi menatap matanya.

"Di mata lo itu ada keyakinan atas diri gue, lo cowok yang akan terus berjuang buat gue. Gue yakin itu."

Abhi menatap silih berganti kedua mata Khiana. Ia perlahan menarik wajahnya dari telapak tangan Khiana. Dan memandang ke arah lain. Ia hanya mampu terdiam. Kepalanya berisik.

"Kak, khia gak mau tau, cepat panggil ustadz dan penghulu ke sini."

"Iya khia, kakak akan segera kembali." Adrian menarik tangan istrinya. Dan dokter mulai mempersiapkan beberapa keperluan.

Abhiamana memegang kepalanya dengan salah satu tangannya. Kepalanya penat. Ia takut jika yang dikatakan Khiana itu hanya karena kepanikannya saja. Ia mengacak rambutnya dan kembali mendekati Khiana.

"Khia, nikah itu bukan permainan, kamu yakin?"

"Raskara, gue udah berapa kali ngomong. Gue yakin dan mau nikah sama lo di hari ini juga."

"Okey." Abhi menghela nafas.

Sekian waktu berlalu, Adrian datang bersama penghulu dan ustadz. Mereka semua dipersilahkan masuk oleh dokter dengan syarat memakai gaun protektif sebagai syarat mematuhi peraturan masuk ke ruang ICU.

"Apa mahar yang kamu punya?" Tanya penghulu.

"Saya hanya punya ini dan Surah Ar-Rahman." Ujar Abhi meletakkan kotak cincin di samping Eryan.

"Dan saya membawa alat shalat juga al-Qur'an untukmu." Syerra meletakkan sajadah yang lengkap dengan mukena terlihat rapi dengan al-Qur'an di atasnya tepat di hadapan Abhi.

"Terima kasih kak." Ucap Abhi.

"Aku kakakmu, pasti akan selalu membantumu." Ucap Syerra lembut.

"Nak Abhi, silahkan kamu lantunkan hafalan Surah Ar-Rahman milikmu." Ucap ustadz yang berada di sampingnya.

"Baiklah." Abhimana melirik ke arah Eryan, sudut mata ayah Khiana itu menatapnya dan berkedip pelan.

RASKHIA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang