♥︎ Mata Angin ♥︎

32 7 1
                                    

Jangan pernah simpan namanya dalam hatimu, nanti hatimu sakit saat dia bukan menjadi milikmu.
XXIV

• ♥︎ •

"Anjing! Siapa cowok tadi yang ngehajar gue habis-habisan..!!" Sentak Haidan tiba-tiba.

"Lo bikin gue kaget, bentar sini disudut mata lo masih berdarah." Ujar Tryas yang sibuk mengobati Haidan.

"Aww... shh.. sakit tau gak! Gue gak mau tau, Khiana harus tetep jadi milik gue dan cowok itu harus gue singkirin!!"

"Gue setuju!!"

"Kita cuman perlu sabar dan tunggu tanggal mainnya."

Smirk terukir di sudut bibir Haidan. Ia mengepal tangannya kuat.

"Dan, gue bakal cari tau siapa orang tadi.. gue gak bakal biarin Khiana lolos dari perangkap kita."

"Lo bener yas!"

• ♥︎ •

Khiana memegangi kepalanya yang sakit. Kelopak mata miliknya perlahan membuka. Samar-samar ia menatap ke langit-langit kamar.

"Kok gue bisa di kamar sih?"

Ia perlahan mengangkat tubuhnya untuk bangkit dan duduk bersandar ke dinding.

"Lah kok gue udah ganti baju aja?"

Seseorang membuka pintu kamarnya, ia adalah Abhimana.

"Bi Mirah yang gantiin baju kamu, tadi malem kamu dianterin sama cowok, katanya kamu mau diapa-apain sama pacar kamu."

"Gue kira orang semalem yang samar-samar gue denger suara mirip sama lo tuh itu lo. Tadinya gue mau bilang makasih."

"Gak mungkin saya." Abhimana tersenyum tipis, ia meletakkan sarapan di atas laci dekat Khiana.

"Gue yakin itu lo, jangan bohong sama gue!"

"Kok maksa?"

"Eh bukan maksa, tapi gak mungkin feeling gue salah."

"Buktinya apa?"

"Samar-samar gue liat bentuk bibir lo sama dan anting magnet yang lo pake sama."

Sontak Abhi meraba telinganya sendiri. Benar, ia lupa melepas anting magnet miliknya sejak semalam.

"Anting tuh gak dibikin satu, bukan saya aja yang punya. Saya permisi."

Abhi berbalik badan dan berjalan menuju keluar kamar.

"Gue yakin itu lo, makasih ya."

Langkah Abhi terhenti sejenak, ia tersenyum dengan wajah memerah tanpa melirik ke belakang ia melanjutkan langkahnya.

"Gue tau itu lo, Kara." Lirih Khiana.

Abhi yang pergi menaiki motor ditatap Khiana dari balik jendela kamarnya.

"Gue gak mau nikah sama lo bukan lo yang gak pantes buat gue, tapi gue yang gak pantes buat lo. Lo berhak dapetin cewek yang lebih baik dari gue. Lo orang baik, Kara."

Tiba-tiba seseorang masuk ke kamarnya membuat Khiana tertegun.

"Khiaa... Lo gapapa kan?" Tanya Tryas yang datang bersama dengan Ammara.

"Gue gapapa, lo semalem kemana?"

"Gue pulang duluan, bokap gue telpon gue. And gue pikir lo bakal baik-baik aja sama Haidan. Gak nyangka ya Haidan kek begitu."

RASKHIA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang