100 vote 50 komen lanjut ke part selanjutnya.
"Terlalu banyak teka-teki sampai membuat semua rumit sendiri."
-Bastian Arkana Mahendra-***
Bastian memasuki pekarangan rumah. Dia memakirkan motornya di garasi kemudian melepas helm nya.
Bastian menyugar rambutnya kebelakang dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Bastian menghela nafasnya lirih kemudian turun dari motornya.
Laki-laki itu berjalan masuk ke rumah mewah yang bernuansa putih.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Bastian berjalan ke arah ruang tamu dimana ibu dan adiknya sedang duduk santai dengan kue dan beberapa cemilan serta teh yang tersedia di meja.
"Bun." Bastian menyalimi punggung tangan Billa kemudian mencium pipi gembul adiknya.
"Sini Ra." Bastian mengambil tubuh gemuk adiknya.
"Muachm" Bastian kembali mencium pipi kanan Rara, adiknya.
"Dadadada."
Bastian tersenyum tipis.
"Bang, kata Ayah kamu nolak permintaan Ayah lagi?" tanya Billa. Billa Austesia, wanita paruh baya yang awet muda itu bertanya kepada putra sulungnya.
Bastian menoleh saat sang Bunda menanyakan hal yang sama.
"Abang gak mau nikah muda Bun. Masa muda abang masih panjang, jadi abang sempetin pake waktu masa muda abang sama temen-temen." jawab Bastian.
Billa menghela napas. Wanita itu mengusap rambut sang putra lembut.
"Kamu tau gak kenapa di jodohin sama Ayah?"
Bastian menggeleng. Dia memang tidak tahu kenapa ia di jodohkan.
Billa tersenyum tipis.
"Karena anak yang mau di jodohin sama kamu itu perempuan yang spesial di keluarganya. Orang tua dia mau ada yang jagain dia. Maka dari itu, Ayah sama orang tua dia mau jodohin kamu sama dia. Tapi.. ada satu hal yang paling penting kenapa kamu di jodohin sama dia. Suatu saat nanti kamu pasti tau alasan kenapa kamu di jodohin."
Bastian mengernyit heran. Dia cukup penasaran apa yang sang Ibunda ucapkan tadi.
"Maksud Bunda?"
Billa menggeleng.
"Udah ah, sana kamu bersih-bersih. Siniin adik kamu." ucap Billa mengalihkan topik pembicaraan.
Bastian memberikan sang adik kepada sang Bunda. Sebelum naik ke atas, Bastian menyempatkan mencium pipi sang Bunda dan adiknya.
"Gak boleh lupa."
Billa tertawa kecil.
"Udah sana, nanti adik kamu nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTIAN [REPUBLISH]
Teen FictionBagaimana jadinya musuh menjadi suami? Dan bagaimana jadinya benci menjadi cinta? Seperti yang di rasakan Aluna, dia terpaksa harus menerima kenyataan bahwa musuhnya kini menjadi suaminya-untuk sementara ini. Tidak ada yang tau bagaimana kedepanny...