D U A P U L U H

947 62 5
                                    

Setelah hari itu, kini Aluna semakin berhati-hati pada Bastian. Aluna juga harus berhati-hati dalam memilah kata agar tak menimbulkan keributan seperti tempo hari.

Kini, Aluna hanya ingin menjalani hari-harinya dengan tenang. Aluna akan mencoba bodo amat dengan hal-hal yang akan laki-laki itu lakukan. Sekarang, fokus Aluna hanya pada dirinya sendiri dan ketenangannya.

Bukankah lebih asik mencari ketenangan di banding keributan yang tak bermutu? Baiklah, Aluna akan mencobanya.

Setelah bersiap, Aluna bangkit menuju tas yang dia letakan di meja belajar kemudian berjalan ke luar kamar dengan menenteng tas di bahunya.

Hari ini adalah hari senin. Hari yang sangat menyebalkan bagi sebagian murid karena akan menjalani rutinitas upacara pagi. Namun hari Senin juga di mulainya aktivitas para pekerja, pelajar, dan yang lainnya.

Setelah memencet tombol lift yang akan dia tuju, Aluna menilik ponselnya yang berisi chat sahabatnya. Aluna membalas pesan itu sebentar sebelum dentingan lift menyadarkan Aluna. Gadis itu berjalan keluar kemudian menghampiri taxi yang telah dia pesan tadi.

Setelah masuk dan duduk dengan tenang, taxi itu berjalan keluar dari apartment yang mulai sepi itu.

Sembari menatap ramainya jalanan kota Jakarta, Aluna tengah berpikir dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Karena pastinya, dia akan menghadapi segala cobaan yang akan datang dalam hidupnya. Di banding diam dan pasrah, bukankah cobaan itu di lakukan untuk kita melawan?

Ternyata hidup dewasa tidak semenyenangkan itu.

Ting.

Aluna langsung melirik pada benda persegi panjang itu kemudian membuka isi pesan yang di kirimkan oleh seseorang itu.

Kak Bas
Gue nanti bakal pulang telat
Jaga diri baik-baik, dan kunci pintu selama gue belum pulang

Jari Aluna bergerak cepat membalas kemudian mengirim tombol send.

Aluna
Iya kak

Aluna menghembuskan nafasnya kasar. Setelah tempo hari, Aluna tak lagi bersitatap dengan laki-laki itu. Keduanya sama-sama bungkam dan seolah tak kenal. Padahal, keduanya telah tinggal dalam satu atap yang sama, namun nampaknya keduanya seolah menganggap asing satu sama lain.


Hubungan itu kuncinya komunikasi. Tapi gimana komunikasi itu lancar sedangkan orang itu sendiri seolah tidak mau terlibat percakapan dengannya.

Aluna lama-lama pusing juga memikirkan hal ini. Dia kira, kisah romansa perjodohan yang pernah dia baca dalam novel akan benar-benar menyenangkan. Tapi sayangnya tidak. Semua itu sangat jauh dengan kisah milik Aluna ini. Sangat berbeda jauh.

Terlalu lama termenung Aluna tak menyadari bahwa taxi yang dia tumpangi telah berhenti tepat di depan pagar sekolahannya.

"Permisi Mbak, ini sudah sampai." ujar sopir itu memberi tau.

Aluna tersentak. Dia pun memaksakan senyum kemudian keluar setelah mengucapkan terimakasih dan membayar taxi nya. Gadis itu berjalan masuk dan berjalan di tengah ramainya siswa-siswi yang berlalu lalang.

Nyatanya, keramaian ini sangat membuat perasaan Aluna tenang di banding terkurung dalam bangunan rumah yang sepi seperti tak berpenghuni itu.

Ketenangan ini yang gue cari, karena dengan ini gue bisa rasain kenyamanan, kasih sayang, dan kekeluargaan. Di banding di apartement yang gak ada penghuninya. Bukannya nyaman, gue malah tersiksa. batin Aluna terkekeh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BASTIAN [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang