" Rain, mau ikut saya tidak?. " Tanya Reina.
" Kemana?. "
" Kebukit, Sebentar lagi matahari terbenam. Di atas sana bisa menikmati sunset dengan tenang. Belum lagi pemandangan disana. "
" Boleh, ayo kalau begitu. "
" Ayah, bunda, tante. Reina sama Rain kebukit sebentar yah. " Izin Reina.
" Iya, hati-hati ya nak. "
Reina hanya mengangguk dan melangkah menuju ke atas bukit, yang langkah kakinya di iringi oleh Jack. Jack berjalan tepat di belakang Reina, dia memperhatikan wanita itu dari arah belakang.
" Dia terlihat sangat cantik dari belakang, benar-benar cantik. Apa lagi kalau dilihat dari depan. " Gumam Jack yang terus-terusan memperhatikan Reina dengan rambut terurai itu.
Sepertinya kali ini Jack tidak memperhatikan perkataannya yang terus-terusan memuji Reina.Setelah berjalan cukup lama, Reina berhenti di atas bukit yang memperlihatkan pemandangan indah. Udara sangat sejuk, bahkan beberapa capung dan kupu-kupu berterbangan disana.
" Baguskan Rain?. "
" Ehem. " Jawab Jack singkat.
Reina hanya berfokus menikmati pemandangan, berbeda dengan Jack. Yang masih saja memperhatikan Reina dengan diam-diam, sesekali dia melirik senyuman manis Reina.
" Rain, nanti kamu mau berbicara seperti apa ke ayah bunda?. "
Jack sedikit melirik ke arah Reina sebelum menjawab pertanyaannya, " Itu urusan saya, tenang saja. " Masih sama, ini masih Jack dengan sejuta kepedeannya.
" Ayah saya galak loh." Saut Reina sambil mengedipkan matanya.
" Ya memang kenapa?, apa saya harus berteriak histeris. " Ucap Jack sambil mengangkat sebelah alisnya. " Aaaaaaa ayah Reina menyeramkan tolong sayaaa...... " Sambungnya yang seketika membuat Reina tertawa lepas.
" Hahahahaahahah, ada-ada saja kamu Rain. " Sambil memukul pundak Rain.
" Kenapa tertawa?, lucu?. " Tanya Jack dengan bodohnya.
" Tidak kok tidak.... " Reina berusaha menahan tawanya. " Ternyata seorang Jack Rain bisa selebay itu juga. " Ucapnya dalam hati.
Kali ini melihat Reina yang tertawa lepas itu membuat Jack merasa tenang. Padahal inisiatifnya sendirilah yang ingin membuat Reina lupa seperti apa rasanya tertawa.
" Hei lihat, matahari mulai terbenam. " Teriak Reina yang sudah rindu menikmati suasana seperti itu.
Jack menatap fokus ke arah yang di tunjukkan oleh Reina, kemudian sesekali dia melirik Reina yang terlihat sangat cantik dengan perpaduan cahaya dari sunset tersebut.
Perlahan-lahan matahari itu mulai terbenam, suasana semangkin gelap. Hanya ada beberapa cahaya obor yang menyinari sekitaran mereka. Terlihat beberapa kunang-kunang yang mulai berterbangan, mengelilingi mereka bahkan beberapa hinggap di kepala Reina. Jack yang berlarut dalam suasana itu seketika membalikkan tubuh Reina, yang membuat Reina berhadapan dengannya.
Jack yang berlarut dalam suasana itu perlahan-lahan mengusap pipi Reina, bahkan dengan santainya dia mendekap Reina. Wajahnya semangkin dekat dari wajah Reina, bahkan hanya berjarak beberapa jari saja. Bibir Reina yang imut dan sepertinya manis itu membuat Jack tidak tahan.
Reina yang juga ikut berlarut itu hanya berdiam diri dan memejamkan matanya. Saat bibir Jack sudah hampir menyentuh bibir Reina, tiba-tiba.
" Hei, ayo mau ngapain kalian. " Sentak Martin yang seketika membuat Jack dan Reina salah tingkah. Martin hanya tertawa kecil melihat mereka.
" Apaan sih kak!. " Gertak Jack kesal.
" Sudahlah, baru mau melamar sudah bermain saja. Pulang cepat, semuanya menunggu di rumah untuk makan malam. "
Reina yang masih salah tingkah langsung saja melangkah pergi meninggalkan Jack dan Martin.
" Hei Nona, mau kemana?. Kamu tidak menunggu saya?. " Tanya Jack yang melihat Reina sudah berlalu pergi.
" Kakak aduh kenapa sih ganggu, sedikit lagi juga. " Jack sepertinya sangat kesal.
" Kamu yang kenapa, kamu lupa tugas apa yang sedang kamu jalankan?. "
" Iya tahu, tapi saya juga ingin menikmati sedikit saja di balik permainan ini. "
Jawaban Jack itu semangkin membuat Martin tertawa, " Sudahlah ayo pulang, makan dulu. Setelah itu berbicara kepada orang tua Reina, jika mereka setuju menikahlah dan baru nikmati semuanya. " Ucap Martin yang juga sambil melangkahkan kakinya pergi.
" Sial, padahal sedikit lagi. " Gumam Jack sambil menggaruk-garuk kepalanya.
***
" Ayo semuanya makan malam dulu. " Ajak bunda Reina sambil membawa beberapa makanan yang juga di bantu oleh Reina.
Jack dan Martin yang disertai mamanya bergegas duduk bersama untuk menyantap hidangan tersebut.
" Maaf ya Tante, makanannya cuma seperti ini. Maklum makanan perdesaan. " Reina merasa tidak enak hati, sedangkan keluarga Jack selama ini selalu menyantap makanan yang lezat-lezat dan mahal.
" Tidak apa-apa, terkadang makanan perdesaan lebih enak dari pada di kota yang hanya itu-itu saja. " Saut mama Jack.
Gratak....Grutuk....Ting.....
Suara piring dan beberapa tutup panci yang di tarik dan di buka oleh Jack.
Ya namanya juga Jack, soal makanan sepertinya tidak ada yang dia tolak.
" Ya ampun Jack, berdoa dulu. yang sopan sedikit tunggu orang tua terlebih dahulu. " Mama Jack memelototkan matanya ke arah Jack yang main grasak-grusuk saja.
" Hehehe, laper ma. " Ucap Jack sambil senyam-senyum tidak jelas.
" Tidak apa-apa, ayo makan makan..., makanlah yang banyak. " Ayah Reina langsung saja meletakkan beberapa lauk ke piring Jack.
Sontak Jack yang melihat semua itu bertambah lapar tidak karuan, tanpa memikirkan apapun lagi dan menunggu terlalu lama. Langsung saja Jack menyantap semua makanan di atas piringnya itu dengan lahap.
" Maaf ya Bu, Pak. Adik saya ini mungkin tidak makan selama beberapa hari. Maklum kasmaran. " Ejek Martin.
" Iya dapat kita maklumi nak, masa muda. " Gelak tawa terdengar sangat keras di tempat itu. Tanpa di perdulikan Jack sama sekali. Yang penting dia menikmati makanannya, perut kenyang adalah tujuan utama. Setelah itu terserah mau apa.
Continued.......
Sorry lagi mager mikir😄
Segini aja cukup, perut saya juga lapar gara-gara Jack-_
Thanks for reading and taking the time
Don't forget to vote and comment
Sorry if there are mistakes in spelling and othersBye...☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA MY BOY [ ON GOING ]
Mystery / Thriller" Biar saya ajarkan bagaimana cara menikmati permainan ini Nona. " " Tidak akan ada pertolongan untuk wanita sepertimu, siapa suruh beraninya memulai permainan. " Sepertinya penyesalan itu memang selalu berada di akhir, apa jadinya jika cinta itu ba...