Ke Luo memeluk lututnya dan duduk diam disana. Dia menatap Shu Nian dengan matanya yang merah dan tidak berniat untuk berdiri.
Shu nian pergi ke arah Ke Luo, mengulurkan tangannya dan menyentuh kepalanya dengan penuh kasih sayang. Dia mempersiapkan pikirannya untuk menerima keluhan Ke Luo dan melakukan yang terbaik untuk menghiburnya. "Aku benar-benar minta maaf karena terlambat. Aku tidak bermaksud begitu. Siang ini, aku tiba-tiba..."
Ke Luo tiba-tiba menerkam Shu Nian. Momentum besar itu membuat Shu Nian sedikit bergerak mundur dan dia secara naluriah memegang bahu Ke Luo. Pemuda itu mengencangkan lengannya yang ramping dan kuat di pinggang Shu Nian, menempelkan kepalanya ke perut Shu Nian.
"Aku baik-baik saja. Aku senang kau akhirnya datang..."
"Aku benar-benar minta maaf."
"Aku senang kau datang..." Pemuda itu bergumam dengan sedih dan genggamannya yang erat agak terasa menyakitkan. "Kupikir kau tidak akan datang... kupikir kau tidak ingin melihatku..."
"Bagaimana bisa aku." Shu Nian dengan kikuk menyentuh kepala Ke Luo, "Kau kedinginan, wajahmu sangat dingin. Ayo masuk ke dalam, tidak baik jika kau demam."
"Shu Nian lupa bahwa dia sendiri sedang demam tinggi. Dia hanya berpikir bahwa Ke Luo membeku karena telapak tangannya terasa dingin begitu dia menyentuh wajah Ke Luo.
Seperti yang diharapkan, rumah Ke Luo jauh lebih hangat daripada di luar. Ada beberapa piring yang belum tersentuh yang telah menjadi dingin di atas meja panjang di ruang tamu. Rupanya Ke Luo telah menunggunya dan dia bahkan tidak makan nasi.
"Apa kau tidak lapar? Aku akan memanaskan makananya. Tidak baik untuk perut jika kau tidak makan apa pun hingga sekarang..."
Shu Nian bahkan tidak tahu apakah dia kedinginan atau kepanasan. Dahinya sedikit berkeringat, dia melepas mantelnya dengan lemah karena dia ingin memasuki dapur.
"Tidak perlu. Aku tidak lapar... tetaplah bersamaku..." Ke Luo memeluk Shu Nian. Shu Nian tidak tahu apakah itu karena ilusi yang disebabkan oleh kelelahannya tetapi dia tiba-tiba merasa Ke Luo yang berdiri di depannya menjadi lebih kuat dan tinggi.
"Baiklah..." Shu Nian mengambil kesempatan itu untuk duduk perlahan di sofa karena pusingnya semakin parah. Dia hanya bisa melihat Ke Luo yang setengah berlutut di depannya. Ke Luo tidak mengatakan apa-apa dan dia memeluk erat Shu Nian karena dia takut Shu Nian akan pergi.
"Shu Nian..."
Cara mereka berpelukan erat sambil saling memandang terkesan agak aneh, tapi hati Shu Nian melembut ketika pemuda itu membungkuk dan membenamkan wajah hangatnya di dada Shu Nian yang terbakar. Shu Nian dengan lembut meletakkan tangannya di punggung Ke Luo. "Ada apa?"
"Aku sudah menjadi orang dewasa hari ini."
"Ya."
"Aku sudah dewasa."
"Ya."
Ke Luo mengangkat kepalanya dari bahu Shu Nian. Beberapa helai rambut hitam lembutnya jatuh di dahinya, menutupi setengah dari matanya yang hitam pekat. Tiba-tiba ada ekspresi dewasa dan hangat di wajahnya.
Shu Nian merasakan napas hangat menyentuh bibirnya. Dia tidak dapat memikirkan apa pun di kepalanya, karena bibirnya tiba-tiba ditutupi dan matanya menjadi buram.
Shu Nian untuk sesaat tidak dapat memahami hal yang sedang terjadi dan bibir yang menciumnya dengan penuh gairah membuatnya semakin bingung. Shu Nian hanya bisa mengatupkan mulutnya dengan kaku Ketika Ke Luo memegangi bagian belakang kepalanya saat dia menjelajahi dan menghisap mulut Shu Nian lebih dalam. Lidah yang lembut dan kasar dengan penuh semangat mengejar lidah Shu Nian saat dia secara naluriah mundur dari Ke Luo yang terus maju. Bibir yang terkatup rapat dan lidah yang terjalin membuat Shu Nian tidak bisa bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BL Terjemahan) Uncontrolled Love [Cinta Tak Terkendali]
RomanceShu Nian yang tumbuh di panti asuhan bermimpi menjadi seorang putri sejak kecil agar seorang pangeran akan datang untuk menyelamatkannya. Pada akhirnya, orang yang datang bukanlah seorang pangeran tetapi seorang tuan kecil Xie Yan yang sangat rewel...