Besoknya Kenza mulai menelfon Viory sesekali jika dia tidak lagi telponan sama Gia, tapi anehnya Viory sama sekali tidak keberatan, asal dia dimasukan ke dalam pertemanan mereka saja dia sudah sangat senang.
Tampa dia mengerti mungkin hubungan Gia dan Kenza lebih dari sekedar teman biasa, karena terlalu sering nya dia melihat tingkah keduanya tidak biasa.
Tapi Viory tidak terlalu memikirkan itu, karena awalnya Gia juga bersikap demikian padanya, mungkin Gia hanya butuh suasana baru atau teman baru batinnya.
Tanpa dia ketahui jika Gia sudah mulai cemburu terhadap kedekatannya dengan Kenza, dia kesal jika Viory mengangkat telepon dari Kenza.Tapi Gia juga tidak berani untuk melarang Kenza secara langsung, karena ketidak jelasan dari hubungan mereka berdua.
Sampainya mereka berdua di hadapkan kepada sebuah pilihan, dimana dari awal Viory dan Gia sudah berjanji akan melakukan praktek kerja lapangan di kota yang sama.
Tapi karena akhir-akhir ini hubungan Viory dan Gia agak canggung dan saling mendiamkan satu sama lain, Viory berfikir mungkin jika dia sedikit menjauh dan tidak selalu menempel pada Gia akan membuat Gia senang, dia ingin memberikan sedikit ruang untuk Gia, yang mungkin sudah bosan selalu melihatnya tiap hari. Pikir Viory polos dengan wajah tertunduk sedih.
Bagaimana pun dia sangat berharap agar hubungan nya dan sahabatnya Gia bisa kembali seperti semula.Akhirnya Viory menerima ajakan Tasya untuk melakukan praktek kerja lapangan di bandung, kebetulan kakak Tasya juga kuliah di sana.
Sampai hari H pelepasan mereka dari sekolah, Viory dan Gia sangat sedikit bicara, mungkin Gia juga sudah tahu jika Viory mengubah kota tempat dia praktek kerja lapangan dari daftar pengumuman sekolah.
Tapi dia hanya diam seribu bahasa. Di sekolah Viory sengaja memperhatikan wajah Gia dari jauh, melihat Gia sama sekali tidak ingin bicara padanya "mungkin memang ini yang Gia inginkan" pikir Viory.
"Vio, nanti kita berangkat pake mobil aku aja, kita di antar sama Abang ku gimana?" Tanya Tasya memecah lamunan Viory sambil bergelayutan manja di lengan nya.
"Hah, iya ga papa, aku ngikut aja" jawab Vio singkat.
"Oke deh" ucapnya.
* Di bandung, Vio dan Gia menurunkan barang barang mereka dari mobil di bantu abangnya Tasya.
"Semuanya udah kan dek?" Tanya abangnya ramah.
"Iya bang semuanya selesai"
Tasya keluarganya merupakan asli Padang Sumatera."Vio barang kamu udah" tanyanya.
"Iya udah ya, makasi ya," ucapnya berterimakasih pada Tasya dan abangnya.
"Dek teman kamu kok manis banget" puji abang Tasya pada Viory.
"Iya lah, Abang awas ya, jangan ganggu sahabat aku" ucapnya manja.
Sepertinya Tasya memang sudah terbiasa di perlakukan manja sama keluarganya.
Tasya dan Viory masuk kedalam kamar baru mereka, dimana terdapat dua ranjang singel di kedua sisi dinding dan dua meja belajar di samping jendela dan pintu kamar mandi di sebelah pintu balkon.
Viory membuka pintu balkon itu dan berdiri di sana menikmati hembusan angin dari lantai dua.
"Enak ya disni" ucap Tasya tiba tiba saja udah berdiri di samping Viory.
"Iya, disini seger" ucapnya menimpali perkataan Tasya.
"Dek, abang balik ya" ucap abangnya memanggil mereka berdua.
"Iya bang hati hati di jalan, salam sama papa mama" ucap Tasya mengantar abangnya Bimo keluar pintu kamar, dan di ikuti oleh Viory dari belakang.
"Makasih ya bang" ucap Viory juga berterimakasih.
"Sama sama, untuk orang semanis kamu apa sih yang gak" ucap Bimo sedikit menggombal sebelum dia pergi.
"Jangan di dengerin ya, abang aku memang gitu orang nya" ucap Tasya.
"Iya, maksud kamu aku gak manis kan, aku juga gak percaya apa yang di katakan abang kamu kok" ucap Viory becanda.
"Ih, kamu kan tahu bukan itu maksud aku, kamu tu iseng banget sih" ucapnya sambil mencubit lengan Tasya.
"Hahaha, iya iya, ampun, sakit tau" protes Vio.
"Iya kamu sih" ucapnya cemberut.
"Iya iya, aku cuma becandain kamu, gitu aja kok marah" ucapnya.
Sebenarnya Viory adalah orang asik di lingkungan yang mau menerima dia di lingkungan yang memang menyambut dan membuat dia nyaman.
"Kok kamu tinggi banget sih" ucap Tasya sambil membandingkan tinggi mereka berdua.
"Aku bukannya tinggi, kamu aja yang pendek" ledeknya lagi.
"Gak kok, aku 155 cm meter, udah lumayan" elak Tasya.
"Ya aku cuma 160 cm gak tinggi tinggi amat" ucap Vio santai sambil mengambil handuk mau mandi.
"Aku mandi dulu, udah bauk mobil" ucapnya sambil mencium lengan baju kemeja langen pendek yang di pakainya.
"Iya, cepat ya, abis itu aku juga mau mandi" ucap Tasya mulai membuka koper miliknya.
"Iya" ucapnya dari dalam kamar mandi.
Sekarang Gia lagi apa ya, apa dia marah atau emang gak peduli jika aku pindah tempat magang" batin Vio di depan kaca kamar mandi yang sedikit buram karena dia habis mandi pake air hangat.
Dia memperhatikan badannya yang kurus, dadanya yang cukup kecil bahkan saat dia memakai kemeja vintage lengan pendek tidak terlihat terlalu jelas. Mungkin memang lagi masa pertumbuhan batin Vio memegang dadanya.
Viory memang tidak terlalu feminim seperti Tasya, tapi masih mending di bandingkan dengan Gia yang tidak pernah mau memakai pakaian cewek, walau rambutnya di biarkan panjang.
Apalagi Kenza jangan ditanya lagi, dia tomboi abis, berada di antara cantik dan ganteng sekaligus dengan rambut pendek sedikit di atas bahu. Gak pendek pendek amat sih, masih normal.
"Kamu udah siap" ucap Tasya melihat ke belakang nya dimana Vio baru aja keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaian lengkap, sambil mengusap usap rambutnya yang masih basah dengan handuk.
"Iya," jawabnya singkat sambil berjalan ke balkon.
"Kamu kok makai bajunya di kamar mandi, kan ribet, pakai di kamar aja" ucap Tasya.
"Kebiasaan aja" jawab Vio singkat.
"Ooh, kirain malu sama aku" ucap Tasya becanda.
"Karna kan biasanya kamu mandi berdua terus sama Gia" sambungnya lagi."Iya, soalnya aku malas ambil antrian" jawab Vio jujur.
Beberapa hari setelah mereka magang di Bandung.
Tiba tiba handphone Viory berbunyi.
Dia melihat handphone ternyata itu panggilan dari Kenza."Eh, tumben" pikirnya, tapi dia lumayan senang.
"Hallo" ucap nya di seberang sana.
"Iya hallo"
"Kakak apa kabar" tanya Kenza
"Hmm ya aku baik, kamu bagaimana"
"Aku juga baik"
"Tumben kamu telfon, kirain udah lupa sama kakak" ucap Vio sambil tersenyum.
"Iya ingat lah, cuma takut ganggu aja klw aku telpon terus" jawabnya.
"Hmm gak kok" jawab Viory "hmm itu Gia apa kabar" sambung Viory menanyakan kabar Gia.
"Kak Gia, aku juga gak tau, akhir-akhir ini aku juga udah gak komunikasi lagi dengan nya" jawab Kenza cukup mengejutkan Viory.
"Eh kenapa, kalian kan biasanya sangat akrab"
"Aku juga gak tau" jawabnya lagi.
Semenjak malam itu, Kenza selalu rutin menelfon Vio setiap malam.
*Hay readers tercinta, selamat membaca, semoga kalian semua suka sama "pelangi cewek ganteng" ya, tuliskan pendapat kalian mengenai novel pertama aku ini di kolom komentar, Terimakasih atas dukungan kalian semua. 🥰🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Cewek Ganteng
Teen FictionViory menyukai dua orang secara bersamaan, siapa yang menyangka ternyata salah satu dari mereka adalah gebetan sahabat dekatnya. "Tak apa, aku bisa menyerah terhadapnya, lagian masih ada satu orang lagi yang aku sukai." Pikir Viory mengingat jika d...