Orientasi

24 2 0
                                    

Angin berhembus menyapu wajah seorang gadis yang tengah menutup matanya. Deburan ombak yang memecahkan ketenangan dalam kesendirian, seorang gadis yang tengah mendudukkan tubuhnya di atas pasir dengan sepasang sepatu di sebelahnya. Sang surya perlahan-lahan ditarik turun hingga seakan hilang dari pandangan. Mata hazel itu terbuka secara perlahan memandangi surya yang mulai tenggelam. Tubuh kecil itu mulai bangkit dengan sepasang sepatu di tangan kirinya. Berjalan dengan kaki telanjang di hamparan pasir putih. 

Suara azan yang berkumandang, membuat kedua kaki kecil tanpa sepatu itu berjalan ke arah sebuah masjid yang berdiri kokoh di seberang jalan, menghadap ke arah pantai. Gadis itu meletakkan sepasang sepatunya di depan masjid itu, lalu melangkahkan kaki ke tempat wudhu perempuan yang berada di sisi kanan masjid itu. Setelah berwudhu dia melangkahkan kakinya ke dalam masjid dan mulai melaksanakan sholat maghrib.

Sebuah halte bus terlihat senggang, mungkin dikarenakan hari sudah malam. Tapi terlihat seorang gadis terduduk menunggu bus terakhir yang akan datang. Lampu sorot mengarah ke arahnya, mengenai retina mata hazel itu, silau, itu yang dirasa gadis itu. Ternyata itu adalah bus terakhir yang ia tunggu-tunggu. Gadis itu melangkah masuk sambil membayar dengan sebuah kartu bus yang ia bawa. Bus itu mulai melaju ke tujuannya, meninggalkan daerah perdesaan. 

Sesampainya di halte bus terakhir dia mulai berjalan kaki menuju ke rumah. Sesampainya di depan rumahnya gadis itu mengeluarkan kunci dengan boneka beruang kecil sebagai gantungan. Kaki kecil itu melangkah masuk ke rumah yang terasa sepi, sepertinya semua orang sudah tertidur. Dia melangkahkan kakinya memasuki kamar yang bernuansa abu abu itu. Di rebahkannya tubuh yang sudah lelah itu di atas ranjang, dia mulai menutup matanya secara perlahan dan akhirnya terlelap.

EQUANIMITY: OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang