38. RUMAH

25.2K 3.8K 375
                                    

🎼[Orange 7!]🎼

🌙

Usai terlelap dalam waktu yang sangat lama, akhirnya kini aku kembali terbangun dengan tubuh penuh peluh juga air mata yang tak berhenti mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai terlelap dalam waktu yang sangat lama, akhirnya kini aku kembali terbangun dengan tubuh penuh peluh juga air mata yang tak berhenti mengalir. Aku masih ingat bayang-bayang seorang lelaki pucat bertanduk menatapku dalam di bawah sinar jingga matahari. Juga bagaimana Al menodongkan pedang padaku sesaat sebelum aku terbangun saat ini.

"Aku juga mencintaimu." Sungguh, kata-kata itu telah terdengar berulang kali di telingaku sejak aku sadar.

Bagaimana bisa semua ini hanya mimpi? Bagaimana bisa semua perasaan ini ternyata tak nyata?

Aku terisak di atas kasur. Aku sudah tiba di "rumahku". Perlahan aku membuka mata, menatap kosong ke dinding yang tampak jauh lebih suram dari terakhir kali aku melihatnya. Juga seprai berwarna gelap- aku tidak ingat pernah memiliki nya. Tapi persetan dengan itu semua, siapa juga yang peduli dengan keadaan kamarnya jika sudah menemukan "rumah" lain yang lebih nyaman?

Konyol sekali, boleh jadi aku terlalu berambisi untuk berteleportasi hingga membawa itu semua ke alam mimpi yang terlampau panjang. Bahkan terasa nyata.

Tubuhku semakin bergetar hebat mengingat semua kenanganku bersama Al. Hingga tiba-tiba, ada suara yang menyadarkanku.

"Tuan Putri Elmeirha sudah bangun?"

Aku tersentak. Langsung berbalik badan dan menemukan Dylan sedang menatapku khawatir. Aku tidak sempat menanggapinya. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menyapu seluruh sudut ruangan. Jelas ini bukan kamarku di bumi. Dan jelas, dari segi pakaian yang dikenakan Dylan juga tidak akan dijumpai di bumi.

"Apakah ada yang sakit Tuan Putri? Katakan pada hamba, saya akan mencarikan tabib terbaik dari seluruh penjuru," cerocos Dylan panjang tampak sangat khawatir. Dylan lantas bersimpuh di bawah ranjangku.

"Yah, dan tabib terbaik itu sudah ada di sini." Tiba-tiba Selena muncul dari belakang Dylan sembari mengedipkan matanya.

"Aku... ada di mana?"

"Tuan Putri berada di kastil Tuan Al. Di mana pun Tuan Putri berada, saya akan senantiasa berada di sisi Tuan Putri."

Mataku melotot mendengar penjelasan Dylan. Aku langsung mengambil posisi duduk. Sayangnya kepalaku terasa sangat pusing sehingga aku terhuyung. Untungnya Dylan dengan sigap menangkapku, dan membantuku untuk kembali duduk dalam posisi yang baik. Benar saja, ini memang kamarku- yang berada di kastil Al.

"Tuan Putri Elmeirhea, anda tidak boleh banyak bergerak. Mohon izinkan Nona Leviathon untuk memeriksa keadaan Tuan Putri terlebih dahulu."

Walau aku belum mencerna situasi ini sepenuhnya, aku tetap membiarkan Selena untuk memeriksaku.

"Adakah yang ingin Tuan Putri Elmeirhea sampaikan?" Dylan menjadi yang paling pertama dalam mengetahui kegelisahanku.

"Aku masih tidak mengerti, bagaimana aku bisa terbangun di tempat ini? Bukankah aku seharusnya berteleportasi ke bumi? Eum.. jika kalian tidak tahu, bumi adalah tempat asalku sebelum aku tiba di sini."

AGRHANA [tamat || terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang