dua belas

766 67 0
                                    

Sekarang giliran jenan yang ke rumah orang tua nya. Ralat, maksudnya bunda nya. Orang tua nya sudah berpisah, ia enggan mengunjungi papa nya karena ia sudah muak di tuntut dan di beri kekerasan

"Sayangg??" Ini bunda nya, yang saat ini sudah beranak dari laki laki lain, namun tak mrngurangi rasa sayang nya pada jenan

Jenan tersenyum, di sambut juga oleh adik adik tiri nya dan ayah tiri nya(?)

"Apa jenan nge ganggu?"

"Engga sama sekali nak" Ucap laki laki yang sangat sabar padahal ia adalah ayah tiri nya

Jenan seperti biasa di sambut dengan hangat

"Eh rain ikut?? Astaga bunda kira rain sama jenan engga temenan lagi karena udah ga denger kabar rain dari lama"

"Hehehe masih kok bunda" Ucap rain, ia sedari tadi canggung karena ia merasa pernah bertemu dengan ayah tiri jenan, tapi dimana ya?

"Gendutan ya rain? Lucu bangett" Ucap bunda

"Bunda,maaf kalau setelah ini bikin kecewa bunda dan juga ayah" Ucap jenan membuat kedua orang tua nya ini menatap nya serius namun tak mau membuat anak nya takut juga

"Bunda, bunda apa pernah mendengar laki laki yang memiliki rahim yang sama dengan perempuan?" Tanya jenan

"Oh ayah sering kok mendapati pasien yang periksa, mereka memang laki laki. Namun ternyata dk dalam nya ada rahim"

Bunda mengerutkan dahi nya seakan bertanya 'lalu?'

Jenan mengangguk lesu "rain hamil bunda"

Seluruh ekstensi org tua itu beralih pada rain yang juga menatap mereka takut

Namun bunda nya paham perasaan rain, bundanya mendekati rain lalu mengelus punggung nya dan tersenyum

"Gapapa–"

"Anak jenan" Lanjut nya

Bunda nya melotot, ayah pun mengedipkan mata seakan menyadarkan apakah ini benar?

"Sayang, kenapa bisa?"

"Maaf bun"

"Seharusnya kamu kasian pada rain, rain laki laki dan pasti nya tak pernah berfikir bagaimana rasanya hamil, pasti rain kaget saat tau kehamilannya dan menyiapkan semua nya dengan tergesah gesah. Jenan, sebagai anak laki laki yang lebih dulu bunda asuh, seharusnya kamu tahu batasan saat berpacaran, tidak hanya memikirkan nafsu kamu saja, namun juga harus memikirkan bagaimana susah nya rain membawa manusia kecil di dalam perut nya"

Jenan mengangguk

"Maaf bunda, maaf ayah" Ucap jenan

"Bunda tidak masalah, ayah juga kan yah?" Ayah nya mengangguk

"Tapi minta maaf lah pada rain" Ucap ayah nya

Jenan mengangguk lalu menatap kekasih nya

"Maaf kalau kamu keberatan selama ini karena mengabawa anak ku" rain memandangi wajah tulus jenan lalu mengangguk sembari tersenyum

Mereka berpelukan, di depanbunda dan ayah nya, tak tahu tempat memang.

"jadi kapan kalian menikah?" bunda nya bertanya saat mereka sedang makan. alhasil jenan tersedak

"eh eh, kenapa?" tanya bunda nya

"Kecepetan bun"

"Ga ada kecepetan kecepetan enan, kamu harus bertanggung jawab, apa kata mama rain kalo gitu?"

Rain menunduk, jenan yang melihat itu langsung mengelus tangan rain di bawah meja

"Bun, jenan mau kok nikahin rain secepat nya, tapi mama rain kecewa banget sama kita berdua, kita udh coba ngomong baik baik"

"Bunda juga kecewa, tapi bunda lebih mementingkan bagaimana perasaan rain yang sudah lelah mengandung ditambab banyak beban yang tak  mendukung nya"

Rain menatap bunda  jenan dengan mata berkaca kaca

"Bundaa~" Rain menghampiri kursi sebrang nya untuk memeluk bunda jenan yang sudah ia anggap seperti bunda nya sendiri

"Nanti bunda bantu bilang sama mama rain ya?"

"Terimakasih banyak bunda, ayah"

satu tembakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang