Crazy Romance - 2

253 40 12
                                    

Happy reading💗🌷

*

BEL masuk belum berbunyi tatkala Kanaya menghempaskan diri ke bangkunya. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, mengamati teman-temannya yang sebagian besar tengah sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kebiasaan yang sudah sering dilakukan oleh seorang siswa dan di saat itu pula kemampuan menulis cepat mereka seketika diuji.

Atensi Kanaya terbuyarkan oleh suara seorang gadis yang datang dari bangku belakang. "Nay, PR Matematika lo udah?"

Kanaya memutar tubuh ke belakang dan mengangguk. "Udah."

Gadis yang bernama Aileen itu mengembuskan napas samar. "Ya juga sih, ya. Ngapain gue tanya lagi ke lo? Harusnya gue nggak usah tanya pertanyaan yang retoris ini deh, ya? Orang kayak lo mana mungkin sih, belum ngerjain PR," candanya kemudian.

Kanaya hanya tertawa mendengarnya. Bisa dibilang, Aileen ini cukup dekat dengannya meskipun hubungan persahabatannya dengan Saski lebih dekat. Namun, pada beberapa kesempatan seperti halnya tugas kelompok, sudah menjadi informasi umum jika Kanaya dan Aileen menjadi sebuah kesatuan.

"Ngaco, deh lo!"

"Tapi, beneran, Nay. Lo rajin banget, deh. Catatan lo juga selalu lengkap."

Kanaya mendengus. "Udah, stop deh, Ai, mending. Kuping gue pengang dengerin lo bagus-bagusin gue."

Aileen tertawa. "Orang lain, tuh, kalau dipuji seneng, Nay. Lah, lo malah nggak mau."

Belum sempat Kanaya menjawab, bel masuk kelas berbunyi nyaring, membuat Kanaya harus kembali memutar tubuh ke depan dan bersiap mengeluarkan peralatan sekolahnya dari dalam tas. Sementara, riuh panik dari anak-anak kelas yang sebelumnya mengerjakan PR itu pun memasuki indra pendengaran Kanaya.

Saat Kanaya hendak mengeluarkan buku paketnya, ponsel yang ada di sakunya bergetar. Ia merogoh benda pipih itu sejenak, membuka layar kuncinya hingga sebuah pesan melintas di layarnya yang menyala.

Pesan yang membuat Kanaya yakin jika hari ini adalah hari yang buruk.

Papa : Kanaya, nanti makan malam di luar, ya. Ada yang mau Papa omongin.

Kanaya membuang napas kasarnya sekilas sebelum memutuskan untuk mengetik balasan.

Kanaya : Kalau Papa mau ngomong masalah itu lagi, aku nggak mau. Makasih.

***

Sesuai dengan apa yang direncanakan pagi tadi, istirahat pertama ini Kanaya dan Saski pergi ke kantin bersama. Banyak yang berpikir mereka aneh dan tidak punya teman di kelas, karena keduanya bersahabat lintas jurusan seperti itu. Namun, keduanya tentu tidak ingin mengambil pusing akan hal itu dan bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Jadi, gimana cheers? Lo nggak mau maju jadi ketuanya?" tanya Kanaya setelah ia menyuap bakso ke dalam mulutnya.

Saski menggeleng. Ia masih sibuk mengunyah kwetiau gorengnya, sebelum menjawab, "Nggak deh, males."

"Lah, kenapa? Nggak ada salahnya, kan, ngambil peluang?"

Saski mengangguk membenarkan. "Iya, lo emang bener. Emang bisa dijadiin pengalaman juga."

Kanaya mengangkat sebelah alisnya bingung. "Terus?"

Saski menghela napas panjang. "Ekskul cheers tuh tantangannya beda daripada ekskul lain. Di ekskul lain lo kalau jadi ketua pasti dianggap emang punya bakat. Tapi, di cheers tuh enggak, Nay. Banyak orang bilang ketua cheers itu cuma modal tampang dan popularitas doang. Nggak usah jauh-jauh, deh, gue jadi anak cheers biasa aja juga udah banyak yang sinis sama gue."

Crazy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang