Sesaat Tapi Penghancur

5 3 0
                                    

Aku terhenyak tatkala angin memberikan kabar itu, tentang penikmat rasa yang tak pernah tampak di kesunyian syahdu. Aku menghela napas dengan tersengal karena ulah liar makhluk Tuhan pemberontak nalar. Dia mencoba menarik ulur hingga sakit terasa menjalar ke ulu hati dan nurani yang paling mendasar, setelah sampai pada pernyataan memabukkan ia sirna tertelan kobaran api yang ia ciptakan. Sejenak aku tersadar dan merenungkan kesalahan, dosa terindah yang pernah membuatku gundah tak tertahan.

"Maaf mbak, ini obatnya jangan lupa di minum. Nanti sekitar jam 8 Dokter Reyhan akan memeriksa keadaan mbaknya," ucap seorang perawat sambil tersenyum simpul.

"Baik sus terima kasih. Oh iya bagaimana keadaan anak saya?" tanyaku.

"Keadaannya sudah membaik mbak, tadi juga ada ibu mbak yang lagi jagain disana," jelasnya padaku.

"Syukurlah sus." Aku menjawab.

Setelah itu perawat izin keluar dari ruangan Diana. iya, akulah Diana Larasati seorang gadis remaja berusia 18 tahun yang sudah memiliki seorang Putri kecil yang kuberi nama Amira Prameswari. Jangan tanyakan siapa nama ayahnya, karena hanya akan membuatku teringat akan lembah dosa yang selalu terngiang menghantui dalam relungku.

Sebulan lamanya aku terbaring kaku di ruangan bernuansa putih ini. Daksaku tak berdaya, lunglai menjalar menyapa jiwa. Fakta kadang ingin membantah, arah mata angin kian tak terarah, raga serasa terbang mengitari marwah. Pikiranku berkelana pada masa itu, masa dimana seorang perempuan tak ada harga dirinya lagi. Termakan oleh bujuk rayu penjaja cinta aku terjebak karenanya.

Satu bulan yang lalu

Tringg! Gawaiku berbunyi menandakan ada sebuah pesan. Pesan dari kekasihku yang bernama Ervan.

[Bee nanti malam, aku ajak jalan mau?] Ervan

[Maaf yank, kalau malam aku gak bisa] Diana

[Pasti kamu gak di bolehin keluar sama ibumu yah?] Ervan

[Huft tau sendiri lah bee. Aku juga bosan banget nih] Diana

[Ya udah besok aku jemput ke sekolah. Nanti aku ajak jalan-jalan.] Ervan

[Oke. Janji yah besok jemput?] Diana

[Janji bee, sekarang tidur gih dah malam tau] Ervan

[Oke bee. Sampai ketemu besok daaah] Diana

Diana mengakhiri berbalas pesan dengan Ervan, hatinya merasa bahagia tak sabar menunggu hari esok karena akan di ajak jalan-jalan dengan kekasihnya. Dia juga merasa beruntung bisa memiliki laki-laki seperti Ervan, yang ketampanannya seakan setara dengan artis-artis Thailand itu, membuat semua kaum hawa di sekolahnya tertarik padanya dan berebut mendapatkan cintanya. Siapa sangka Diana adalah salah satu cewek yang membuat hati Ervan tertantang memilikinya.

Angin berembus dengan tenangnya, menari kesana kemari menyapa dua insan yang sedang bersama, memuji satu sama lain akan keindahan yang Tuhan ciptakan. Di sebuah vila tampak pepohonan hijau berdaun rindang, menemani mereka.

"Kamu hari ini cantik banget bee," kata Ervan sambil membelai rambut Diana yang sedari tadi duduk di pangkuannya.

"Makasih. Kamu juga tampak lebih tampan," puji Diana pada Ervan dengan sedikit malu-malu.

"Kamu tau gak bee?" tanya Ervan.

"Nggak?"

"Aku tuh sayang banget sama kamu, aku akan ngelakuin apapun apa yang kamu minta."

"Serius bee?"

"Dua rius malah, sekarang apa yang kamu mau dari aku? Apapun akan aku kasih."

"Aku cuman minta kasih sayangmu aja. Aku mau, apapun keadaan kita kamu masih mau bersamaku," jawabku.

Kumpulan Cerpen Dan ProsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang