Gadis Burik

8 2 0
                                    

"Heh, burik! Sini bentar." Purba memanggilu.

"Iya, ada apa Ba?" tanyaku

"Masih tanya ada apa! Nih kerjain pr gua dah." Purba melempar bukunya sembarangan ke lantai.

"Kalau minta tolong yang sopan dong." Aku mengingatkannya.

"Ah, bicit dah sana!" ia mendorong tubuhku.

Segera aku mengambil buku tersebut lalu pergi ke meja dan mengerjakan soal itu dengan benar. Iya, kalau jawabannya ada satu saja yang salah, Prabu langsung marah dan memukulku, padahal selama ini aku yang mengerjakan semua pr-nya. Bahkan Prabu termasuk orang yang selalu juara 1 di kelas ini, malahan aku cuman ikut 10 besar. Bukannya berterima kasih malah selalu menghinaku, bahkan guru pun kadang ikutan, mengataiku burik dan lemot.

Huft!

Aku menghela nafas kasar. Akhirnya selesai juga, Purba berjalan ke arahku untuk mengambil buku tugasnya.

"Nah kerja bagus." Ia menyeringai senang.

Plakk!

Ia memukul kepalaku dengan bukunya.

"Tugas buat besok, gue belum kerjain sekalian lu kerjain ye," sahutnya kemudian.

"Iya, mana bukunya." Aku menjawab.

"Ya udah gue ambil dulu." Purba berbalik.

"Nanti aja deh, pulang sekolah kita ketemuan di belakang gudang, gimana?"

"Kenapa harus nanti?"

"Soalnya aku mau belajar bentar, kan sebentar lagi masuk. Boleh ya Ba?" Aku membujuknya.

"Iya deh serah lu," Purba langsung pergi ke bangkunya sendiri.

Aku pun bernapas lega, karena bisa belajar sebentar materi yang akan di pelajarinya nanti.

Alhamdulillah pembelajaran pun sudah selesai dengan lancar hari ini, segera ku keluar kelas untuk ke gudang belakang menemui Purba meminta buku tugasnya.

Sesampainya di sana rupanya ia sudah menunggu, pantesan tadi di kelas tak bertemu. Segera aku menghampirinya.

Jlebb!

Senyumku, menyeringai kala mendapati Purba yang sudah berlumuran darah, ia nampak terkejut saat melihatku yang menusukknya.

"K-kamu?" Ia terbata, lalu badannya mulai lemas dan tersungkur di atas tanah.

"Haha, gak usah terkejut Purbakala. Inilah resikonya kalau bermain-main denganku!" Aku berteriak di depan mukanya lalu menginjak-injak kep4lanya. Ia pun hanya pasrah tak berdaya.

"Enam tahun aku bersabar dari kalian. Nyatanya selama ini aku hanya di anggap sampah. Bahkan kau bod*h! Anak tol*l yang selalu juara kelas dengan memanfaatkanku, tapi tak pernah berterima kasih sedikitpun!".

Brukk!

Aku menend4ngnya dengan keras, Purba meringis dan merintih. Ini, yang kusuka kala mendengar rintihannya itu, bahkan cairan merah yang keluar semakin deras di tubuhnya.

"Gak usah bersembunyi, wanita peot. Kau tak akan bisa kabur dariku!" Ia tampak terkejut saat aku sudah di hadapannya.

Dorrr!

Peluru pistolku tepat mengenai b0la mat4nya, hingga cairan merah itu meny3mbur sampai ke mukaku. Puas, sangat puas mendapati dua curut kini telah tumbang. Mereka salah menjadikanku sebagai musuh, selama 6 tahun diperlakukan tidak adil oleh guru serta sang keponakannya tersebut. Aku rela dan diam, tetapi amarah dan dendam semakin membara. Siapa saja yang mengusikku maka bersiaplah untuk menjemput hari akhirnya dengan menderit4.

*End*

Kumpulan Cerpen Dan ProsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang