Namjun membuka kedua matanya dengan pelan. Sinar putih yang menyilaukan langsung menyeruak memasuki netranya. Mengernyit sejenak, mencoba menetralisir pandangnya. Kepalanya bergerak pelan, untuk menoleh ke sisi lain ranjang yang ia tempati. Kembali mengernyit kala menemukan seisi kamarnya yang ditangkap netra. Sedikit mendesis pelan ketika rasa ngilu dirasa, pada bagian perut bawahnya. Ah, ia ingat, semalam ia tertusuk dan mencoba kabur, lalu bertemu dengan gadis berseragam—Tunggu!
Matanya terbuka lebar, abai pada rasa sakit, ia terlonjak bangun, lalu terduduk bersandar pada head board.
"Jeongkuk!" panggilnya dengan sedikit berteriak. Tidak lama, seseorang yang dipanggil pun datang dengan langkah terburu. la membungkuk hormat.
"Leader, kau sudah sadar? Apa kau merasa sakit-sakit? Aku akan panggilkan Dokter." Ujar pria yang bernama Jeongkuk itu.
"Tidak!" ujar Namjun cepat. Pria Kim itu menghela napas, lalu memandang Jeongkuk. "Bagaimana dengan dua anak buahku yang ikut semalam?" tanya Namjun dengan wajah datarnya.
Jeongkuk tidak langsung memberi jawaban, pria itu menunduk sejenak, lalu menghela napas. Kembali mengangkat kepala lalu tersenyum tipis. "Mereka menjalankan tugas dengan baik, Leader. Namun mereka tidak bisa di selamatkan." Namjun hanya mengangguk, tidak ada ekspresi berarti di wajah tegasnya. Pria Kim itu kemudian bangkit, sama sekali tidak perduli pada luka sobek di perutnya yang kini sudah dijahit.
"Jangan lupa berikan keluarga mereka tunjangan masa depan. Sekolahkan anak-anaknya hingga lulus kuliah, dan juga, latih mereka, ketika sudah dewasa nanti." Jeongkuk pun mengangguk patuh.
"Kau perlu sesuatu lagi, Leader?"
"Ya." Namjun tersenyum tipis, menolehkan kepala untuk menatap pemandangan luar dari jendela. "Cari tahu, semua tentang gadis bernama Lee Hyerin, dan berikan semua datanya padaku! Secepatnya!"
***
"Satu... dua... tiga..?" Lee Hyerin, mengernyit bingung dengan bibir mengerucut maju. la terus menghitung ulang pulpen miliknya, tapi tetap saja, jumlahnya hanya ada tiga buah, lalu di mana duanya lagi?
"Apa karena semalam aku terburu-buru jadi terjatuh?" Gadis itu memiringkan kepala. "Atau karena terlalu takut aku lupa memasukkannya? Akh! Bodoh!" Kepalanya terhempas begitu saja, di atas kedua lengan yang terlipat di atas meja. la mendesah pelan lalu memejamkan mata. Saat ini sedang jam istirahat, dan seperti biasa, bekalnya selalu dibuang oleh teman-teman—ah bukan, tapi dengan anak-anak satu kelasnya yang tidak suka pada dirinya. Dan, yang bisa ia lakukan hanyalah tidur. Untuk menghalau rasa lapar yang dirasa.
"Semalam itu sungguh hantu?" Hyerin bergumam pelan, dengan mata yang masih terpejam. "Tapi... Dia merasakan sakit, sshhh." desisnya kala mengingat bagaimana reaksi pria itu, ketika ia mencoba menghentikkan pendarahan pada lukanya.
"Haaaah!" sekali lagi Hyerin menghela napasnya. "Memangnya hantu itu bisa... Tampan, ya?" Lalu tersenyum bodoh, wajah putihnya seketika merona karena telah jatuh pada pesona pria yang ia anggap hantu itu. Lagi pula siapa yang tidak akan terpesona dengan pria tampan seperti Ahjussi itu.
***
"Lee Hyerin, banyak sekali yang memiliki nama itu di Korea, Leader. Tapi, yang tinggal di daerah itu hanya beberapa. Dan dari ciri-ciri yang kau sebut, ada satu yang paling mendekati. Lee Hyerin, berusia 17 tahun, seorang yatim piatu, yang kini tinggal di daerah kumuh, di mana kami menemukan Leader kemarin malam, sendirian. la sedang menempuh pendidikkan di sekolah yang investor terbesarnya anda sendiri, Leader." Jeongkuk menatap Namjun setelah menjelaskan secara singkat data Hyerin yang sudah ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY GIRL
RomansaMereka memanggilnya dengan sebutan Big Leader! Pria berusia 32 Tahun, salah satu seorang ketua Mafia terbesar di korea selatan. Tidak ada yang pernah menyangka, bahwa Pria kejam itu akan tertarik pada seorang gadis manis berusia 17 Tahun, gadis ber...