6

3 1 0
                                    

Jono sering merinding setiap melewati warung gulai dekat tempat tinggalnya.

"Aku kenapa sih, kok sering merinding kalau lewat sini."

"Mas Jono, habis darimana mas?" Seorang pria paruh baya menyapa Jono, ia adalah pemilik warung tersebut.

"Oh, habis dari pasar pak." Ucap Jono sambil tersenyum.

"Mari." Jono melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti beberapa saat.

***

"Warungnya pak Samsul kenapa ga pernah sepi ya Nan?"

"Gatau lah Jon, pesugihan kali."

"Heh, jangan ngawur kamu Nan. Dijadiin tumbal sama pak Samsul tau rasa kamu."

"Yeee, kamu juga sama aja Jon." Jono hanya tertawa kecil mendengar tanggapan temannya.

Hanan namanya, teman kuliah Jono. Ia sedang mampir ke rumah Jono, numpang makan. Dia tinggal sendirian jadilah ia sering datang ke rumah Jono untuk makan.

Jono terkejut ketika seseorang tiba-tiba memukul dahinya.

"Ga boleh gitu Jon. Itu emang gulainya pak Samsul yang enak, bukan karena pesugihan."

"Aduh iya bu, tapi jangan dipukul dong dahinya Jono." Ucap Jono sambil mengelus dahinya.

"Tapi bu, emang ibu udah pernah nyobain?" Tiba-tiba Jono penasaran, ibunya berkata seperti itu memangnya sudah pernah mencoba sendiri.

"Nggak sih."

"Yaah." Jono jadi kesal, sedangkan ibunya hanya tertawa karena berhasil menjahili anaknya. Hanan pun hanya tersenyum melihat interaksi ibu dan anak dihadapannya itu.

***

Hari ini ibu Jono berencana membeli gulai di warung milik pak Samsul. Ia sedang malas untuk memasak.

"Pak gulainya satu ya, dibungkus."

"Iya bu, apa ga mau makan di sini aja bu?"

"Nggak pak, ini beliin si Jono. Saya ga masak soalnya."

"Oalah gitu, tunggu bentar ya bu."

Sambil menunggu gilirannya, Ibu Jono memperhatikan pak Samsul yang dengan cepat melayani para pembeli.

Kalau dilihat-lihat sih, kayanya gulainya normal, kaya gulai pada umumnya. Emang si Jono bikin kepikiran aja deh, batin Ibu Jono.

Pesanan Ibu Jono sudah siap, ia segera membayar dengan uang pas dan kembali ke rumah.







Beberapa jam kemudian, Jono pulang.

"Bu makan." Teriak Jono sembari masuk ke dalam rumahnya.

"Dasar anak ini, bukannya salam malah teriak-teriak. Itu tadi ibu beli gulai di warungnya pak Samsul, ibu taruh di panci."

Wajah Jono berseri, sedari tadi masih di jalan, perutnya memang sudah keroncongan. Alhasil, ia dengan terburu-buru mengambil piring dan nasi.

"Aduh Jon, jangan kaya orang kesetanan gitu deh. Ga ada yang mau ambil gulainya Jon. Ibu udah makan tadi."

"Hehe iya bu." Ucap Jono cekikikan.

Sebelum makan, alangkah baiknya untuk berdoa terlebih dahulu.

Setelah selesai berdoa, Jono hendak melahap gulainya. Tapi tidak jadi, karena tiba-tiba tercium aroma anyir entah darimana asalnya.

"Bu, ini bau busuk apa ya?"

Ibu Jono yang tadinya fokus menonton televisi ikut terganggu juga dengan aroma anyir itu.

"Loh Jon! udah kamu makan gulainya?"

"Hah belum bu, emang kenapa?"

"I-itu coba kamu lihat piring kamu?"

"Ya Allah." Jono segera menjauh dari tempat makan.

Gulai yang tadinya terlihat enak kini menjadi sangat menjijikkan. Siapa sangka jika gulai itu berubah warna seperti nanah, di dalamnya pun banyak belatung yang membuat siapapun ingin muntah ketika melihatnya. Terlebih lagi baunya yang menusuk sekali.

"Bu, ayo kita pindah rumah aja deh bu. Kok perasaanku ga enak ya."

"Jon, ibu baru sadar. Ibu udah makan gulainya."

Ketika Malam telah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang