5

3 1 0
                                    

Waktu terasa lambat, keringatku mulai bercucuran. Bukan, ini bukan karena udaranya panas, malah udara terasa begitu sejuk.

Keadaan sangat tegang, tapi ini bukan ujian. Tubuhku bahkan sulit untuk digerakkan.

Aku yakin, tidak hany aku yang merasakannya. Hampir semua orang di kelasku ikut merasakannya.

Ini semua karena datangnya murid baru bernama Jingga. Siswi berkulit putih pucat itu tersenyum dengan menampilkan gigi ratanya.

"Halo, namaku Jingga. Senang berkenalan dengan kalian semua." Ucapnya nyaring. Kemudian ia tertawa, terbahak-bahak hingga memegang perutnya.

Aku hanya bisa menunduk dan memejamkan mata.

Ini, bukan pertanda baik.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam.

"KENAPA KALIAN DIAM!"

"KALIAN TIDAK MENYUKAIKU KAN."

"KALIAN JAHAT."

"JAHAT!"

"JAHAT."

"KALIAN HARUS MATI!"

"MATI!"

"MATI!"

Sebenarnya, ia bukanlah murid baru. Jingga adalah anggota kelas kami. Meninggal beberapa bulan lalu, terjatuh dari rooftop sekolah.

Sejak saat itu, sering sekali terjadi teror di sekolah ini.

Ia ingin teman, ia tak mau sendirian. Ia sering mencelakai murid sekolah ini. Bahkan ada yang dinyatakan koma, semua karena ulahnya.

Tak ada yang tahu penyebab arwah Jingga terus bergentayangan.

"Sia? Kau tak merindukanku?" Sia adalah aku, dengan kecepatan yang tak masuk akal, ia sudah ada di sampingku.

"Sia, carikan aku teman. Kau kan pandai mencelakai orang."

Sialan, batinku.

Ketika Malam telah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang