7 - Undian

696 181 39
                                    

"Dokja," panggil (Name) yang sedang asik bermain dengan rambut sang kekasih.

"Hm?" sang kekasih menjawab dengan mengangkat kepalanya, melihat ke arah sang gadis.

"Tidak lapar? Sudah hampir jam 11 siang." (Name) bertanya pada sang kekasih. Perutnya belum diisi sejak pagi hari.

"Yang mengajak cerita terus dari tadi siapa coba?" Dokja membalas dengan pertanyaan yang lain.


"Kamu juga asik cerita ya." (Name) memberikan fakta yang jelas.


"Mau pesan online?" Dokja mengambil handphone di atas meja yang berada di depannya.

"Boleh deh." (Name) mengiyakan pertanyaan sang kekasih.

"Okee.." balas Dokja. Ia mulai mencari-cari makanan yang cocok untuk dimakan bersama dengan sang gadis.


.

.

Ting tong!


"Aku ambil dulu pesanannya." Dokja bangkit dari duduknya, ia segera berjalan ke arah pintu depan.

"Tung-" ucapan (Name) yang ingin menghentikan Dokja terpotong. Sang kekasih sudah hilang saja dari hadapannya.


.

.

Drap drap!


Hentakan langkah kaki terdengar mendekat, (Name) yang melihat ke arah sang kekasih menahan tawanya.


"Apa maksudnya dengan ini?!" Dokja menunjuk rambutnya yang terkuncir 3 seperti anak kecil.

"Itu? Itukan rambut." (Name) menjawabnya dengan sedikit tertawa.

"Ya aku tau. Tapi kenapa jadi begini?" Dokja mencoba bersabar.


"Awalnya aku ingin menahanmu untuk keluar, tapi kamu langsung pergi. Ya sudah aku biarkan." (Name) menjawab dengan jujur.

"Tadi saja mas-mas yang mengantar sampai menahan tawa saat melihat rambutku ini." Dokja masih malu ketika mengingat kejadian barusan.

"Sudah marahnya, sini-sini." (Name) menepuk-nepuk bagian kiri sofa.


"Huh!" Dokja berjalan mendekat, lalu menghempaskan badannya pada sofa. Dirinya menghela napas kasar.

Bisa-bisanya sang gadis tertawa di atas penderitaannya.


"Hehe, lihat nih!" (Name) menunjukkan layar handphone nya pada sang kekasih.

Dokja melirik ke arah sang gadis dengan malas, tersadar dengan apa yang ditunjukkan oleh sang gadis. Dirinya dengan cepat berusaha merebut handphone milik gadisnya.

Sang gadis membuatnya tambah malu.


"Gak boleh... Nanti kamu hapus fotonya." (Name) dengan cekatan menyembunyikan handphone di belakang badannya agar tidak diambil  sang kekasih.

"Itu foto yang memalukan..." Dokja menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya memerah malu.


"Ini keren, bukan memalukan." (Name) melihat kembali foto yang tersimpan di galeri handphone nya.

"Waktu itu, kamu benar-benar tidak beruntung saat undian ya." (Name) mengingat jelas kejadian saat undian berlangsung.

Kim Dokja x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang