2 - Sesuai Dugaan

1.4K 261 13
                                    

"DOKJAA!!" teriak (Name) membuka kasar pintu kamar sang kekasih. Wajahnya panik, dahinya penuh dengan keringat yang bercucuran.

Dia berlari dari minimarket hingga ke apartemen Dokja setelah mendengar kabar dari sabahat baik kekasihnya.


Kilas balik –


"Hmm.. hm.." (Name) bersenandung ringan keluar dari minimarket. Ia membawa plastik belanjaan berisi jajanan dan minuman untuk teman nonton.

(Name) berniat mengajak Dokja untuk menonton film di apartemen sang kekasih malam ini. Tanpa memberitahu Dokja terlebih dahulu, berniat memberi kejutan.


"Aku tak tahu harus mengatakan ini padamu atau tidak."

. . .

"Huwahh!!" teriak (Name) terkejut mendengar perkataan itu. Dirinya menoleh ke belakang dan melihat sang pelaku.

"Kau ini tidak bisa apa, tidak membuat kaget orang setiap bertemu?" tanya (Name) yang kesal karena selalu dikagetkan.

"Itu tidaklah penting. Yang penting saat ini adalah kekasihmu." Ujar Yoo Joonghyuk.

"Memang ada apa dengan Dokja?" tanya (Name) yang tidak paham maksud Yoo Joonghyuk.

.

.


"Haah Hah.." suara (Name) terdengar berat.

"Dokja benar-benar keterlaluan!" oceh (Name) yang telah sampai di depan pintu apartemen sang kekasih.


Kilas balik lagi sedikit –


"Si bocah itu terkena demam. Dia bilang tak perlu untuk memberitahukanmu, katanya dia akan sehat lagi setelah sehari. Tapi saat ditelpon tadi, suara napasnya benar-benar sangat berat. Dia bahkan terbatuk-batuk.

Jadi kuputuskan untuk memberitahukan ini padamu" jelas Yoo Joonghyuk dengan tenang.


(Name) terdiam memproses penjelasan yang ia dengar dari Yoo Joonghyuk.

'Jadi itu alasannya, dia tidak menjawab telponku tadi siang.' Batin (Name)



(Name) pun segera berlari meninggalkan Yoo Joonghyuk sendiri, ia berusaha agar cepat sampai di apartemen sang kekasih.

.

.


Saat ini –


"DOKJAA!!"

(Name) segera menghampiri sang kekasih yang terkaget-kaget dengan kemunculan sang gadis di kamarnya.

'Sialan! Si br*ngs*k itu malah ngadu!!' umpat Dokja dalam hati.


"Kamu tidak seharusnya memaksakan diri kemarin malam! Badanmu panas sekali." Omel (Name) begitu meletakkan tangannya di dahi sang kekasih.

"Ini bukan apa-apa, besok pasti juga sembuh." Dokja berusaha menenangkan sang gadis.


"Hah..." (Name) menghela napas berat.

"Lihatlah keluar Dokja sayang.. Matahari akan segera terbenam dan panas badanmu masih sangat tinggi!" (Name) menunjuk jendela kamar di sebelah kanan, kemudian menunjuk dahi Dokja. Ia berusaha sabar menahan amarahnya saat ini.


"Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir.. uhuk," ujar Dokja dengan nada lemah.

"Justru ini membuatku lebih mengkhawatirkanmu Dokja." Jawab (Name) dengan nada bergetar ingin menangis.

"Aku tidak suka melihatmu sakit seperti ini." Lanjutnya, menahan air mata yang ingin menetes.


Dokja yang melihat itu langsung dag dig dug. Gawat! Dia akan membuat sang gadis menangis karena ulahnya.

"A-aku minta maaf.. Aku tidak akan seperti ini lagi dan aku akan langsung menghubungimu ketika aku merasa tidak enak badan. Aku berjanji!" Dokja mengucapkannya dengan perasaan yang sangat bersalah. Ia tak ingin sang gadis menangis hanya karena dirinya sakit demam.


Sniff..

(Name) mengusap matanya dengan kedua telapak tangan, menghapus jejak air mata yang tersisa.

"Baiklah jika kamu sudah berjanji seperti itu," ucap (Name)

"Sekarang lepas pakaianmu!" perintah (Name)

. . .

"H-hah! Ada apa denganmu saat ini (Name)!" Dokja berteriak panik dengan wajahnya yang memerah.

"Apa maksudmu? Kamu harus segera mandi agar segar." (Name) menjawab dengan santai, dirinya berjalan menuju kamar mandi.

"Aku akan menyiapkan air hangat, kamu bersiaplah untuk mandi." Ucap (Name) di dalam kamar mandi.



"Apasih yang sebenarnya kupikirkan saat ini..." gumam Dokja menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan karena wajahnya yang benar-benar merah padam dan panas akibat demamnya.

'Demamku bisa saja tambah parah hanya dengan perkataannya itu..' batinnya

Kim Dokja x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang