3 - Menjaga

1K 234 19
                                    

"Aku menaruh pakaianmu di atas kasur. Jangan terlalu lama berendam dan cepatlah keluar." Ujar (Name) dari arah dapur, ia sedang bergelut dengan peralatan masak saat ini.

"Hei Dokja, perlu kubantu tidak?" tawar (Name).


Brakk!

Terdengar suara pintu terbanting dari arah kamar sang kekasih.

"Tidak perlu! Aku sudah hampir selesai di sini!" teriak Dokja dari dalam kamar, ia sedang cepat-cepat memakai pakaian yang telah disiapkan oleh sang gadis.

.

.

Kriett..


"Aku memasakkanmu bubur, ayo makan dul-" ucapan (Name) terpotong setelah membuka pintu kamar sang kekasih. Ia memang cukup lama di dapur.

Tapi, bukankah ini terlalu cepat untuk membuat sang kekasih tertidur?


(Name) melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja kecil di dekat kasur. Menaruh nampan dengan isi bubur yang ia buat tadi, air mineral, dan obat.

Menyingkirkan beberapa helai rambut depan dan meletakkan telapak tangannya di dahi sang kekasih, mencoba mengecek apakah demamnya sudah turun atau tidak.


'Ini sih masih terhitung tinggi.' Batin (Name) setelahnya.

'Dan lagi, dia tidak mengeringkan rambutnya dengan baik!' Imajiner kesal terlukis di wajah (Name).


"Hei, hei. Bangun, makan dulu sana. Nanti gak sembuh-sembuh." (Name) menapok-napok pipi kanan sang kekasih. Napoknya pelan kok.


Dokja berusaha membuka mata dan mengumpulkan nyawanya. (Name) membantu sang kekasih untuk duduk, menaruh meja kecil di atas kasur. Kemudian menyuruh sang kekasih untuk segera makan.


"Kamu ini jika setelah mandi, keringkan rambutmu dengan baik." Omel (Name) yang sibuk mengeringkan rambut sang kekasih dengan handuk kecil.

"Hm, hm." Balas Dokja dengan gumaman dan anggukan kecil. Ia masih sangat mengantuk untuk saat ini.


"Sekarang buka mulutmu." Ujar (Name) menyodorkan sendok berisi bubur ke arah mulut Dokja.

Haup

"Makan pelan-pelan saja," lanjut (Name).

"Hm.." Dokja membalas dengan gumaman.


(Name) menghela napas berat, sang kekasih jika sedang sakit akan lebih banyak tidur dari biasanya.

.

.

Sudah sampai kesuapan terakhir, (Name) meminta sang kekasih untuk segera meminum obat yang tadi ia bawakan.

Saat hendak keluar kamar menuju ke dapur. Sembari membawa nampan, ujung pakaiannya serasa ditarik. (Name) menoleh ke arah pelaku.


"Terima kasih sudah mau merawatku. –uhuk" Dokja mengucapkannya dengan suara pelan.

"Itu sudah tugasku, Dokja. Sekarang minumlah obatmu lalu lekas tidur." Jawab (Name) sembari mengusap pucuk kepala sang kekasih. Lalu berjalan keluar kamar.


"Kamu ini sangat tidak adil ya (Name)." Dokja bergumam pelan, selepas sang gadis pergi.

'Aku kan juga ingin terlihat keren jika bersamamu.' Lanjutnya dalam hati, kemudian ia tertidur pulas.

.

.


Pagi hari –


Dokja mengubah posisi tidurnya, merasa posisi sebelumnya sangat tidak nyaman.

'Sejak kapan kasurku jadi sempit begini?' batinnya.


Ia berusaha membuka matanya, melihat apa penyebab kasurnya menjadi sangat sempit.

. . .

Di hadapannya saat ini, sang gadis tertidur dengan tenang tanpa memedulikan keadaan sekitar. Sang gadis, (Name). Tidur satu ranjang bersama sang kekasih semalam.

Dokja terkejut, lantas membuka matanya dengan lebar. Mengetahui bahwa ia telah tidur bersama gadisnya.


(Name) yang sedikit terusik tidurnya pun membuka mata, melihat sang kekasih dengan wajahnya yang terkejut. Kemudian menyapa.

"Selamat pagi, Dokja." Ucapnya dengan sedikit menguap.

"Se-selamat pagi. A-apa yang kau lakukan di kasurku?" Dokja mengucapkannya dengan terbata-bata.

"Apalagi kalau bukan tidur. Kamu jangan berpikiran negatif dulu." Jawab (Name) santai.


"Tidak. Bukan seperti itu, aku hanya sedikit terkejut." Sebenarnya bukan sedikit, tapi sangat terkejut.

"Ya sudah kalau begitu," (Name) bergeser mendekat kemudian menempelkan telapak tangannya pada dahi sang kekasih.

"Demamnya sudah turun." Lanjut (Name). Sedangkan Dokja hanya diam di tempat melihat tindakan sang gadis.


"Kamu kan sudah sembuh, maka aku akan pulang." (Name) beranjak turun dari kasur, tapi sebelum itu.


Cup!

Ia mencium pipi kiri sang kekasih terlebih dahulu sebelum benar-benar pergi.

Dokja hanya dapat menunduk menahan wajahnya yang benar-benar memerah padam. Ia jarang mendapat perlakuan seperti itu dari sang gadis, sekalinya dapat hanya membuat Dokja terdiam saja.



"AAH!! Apa-apaan itu?!" Dokja langsung berteriak mengacak rambutnya, setelah mencoba menenangkan detak jantungnya yang cepat.


Kilas balik sedikit semalam –


Hatchuu!

(Name) mengusap pangkal hidungnya yang gatal.


"Aku tidak mengira akan sedingin ini." (Name) menatap Dokja dari seberang kasur. Wajah Dokja memang tampan, tapi terlihat lebih tampan saat tidur. //Apalagi pas koma, g//


(Name) pun berjalan mendekat ke arah kasur, naik, lalu tidur di sebelah kiri sang kekasih. Memeluk lengan kiri Dokja, 'hangat' itu yang ia rasakan.

Ditambah dengan selimut putih yang cukup tebal menutupi tubuh mereka. Menghalau angin dingin yang masuk.


"Selamat malam dan semoga cepat sembuh, pangeranku." Gumam (Name) sebelum benar-benar tertidur.

Kim Dokja x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang