empat

1.8K 188 3
                                    

wooyoung tak tahu sejak kapan ia dan yeosang mendadak akrab. karena sejatinya, setelah masa orientasi mahasiswa usai, pemuda jung tak banyak bertemu dengan si marga kang, lebih-lebih lagi program studi keduanya tak sejalan walau masih berada di fakultas yang sama.

sekali lagi, wooyoung tak tahu sejak kapan ia bisa menjalin percakapan santai dengan sosok di hadapan yang tengah asik menegak segelas minuman. mungkin sejak insiden menangis di taman belakang atau barangkali sejak wooyoung membelikan sebungkus rokok sebagai ujaran terima kasih atas selembar tisu pula sebotol air mineral yang yeosang berikan.

yang pasti, di detik ini, wooyoung total terbuai dalam setiap obrolan, total nyaman akan seluruh atensi yang ditorehkan kang yeosang. hingga tanpa sadar mulai bercerita dan membeberkan rahasia tentang ia yang masih menaruh rasa atas choi san, mantan kekasihnya.

he cheated, right?” tanya yeosang begitu bibir wooyoung kembali terkantup rapat dan cairan kopi berhasil melintasi tenggorokannya.

jung wooyoung mengangguk sekali. ia meringis ketika dapati semburat tajam dari sorot tatap yang dilancarkan sang teman.

it's been two months but i still love him. what should i do, yeo?

jika yunho adalah sosok yang berbicara ketika ia merasa bahwa itulah yang harus dilakukan, maka yeosang adalah pribadi yang berbicaraㅡmengutarakan pendapatnyaㅡketika ada yang meminta; tipikal pendengar yang enggan bersuara. ia jarang berpendapat, jarang mencampuri urusan orangㅡwalau tak selamanya ia diam begitu dihadapkan dengan manusia-manusia yang tengah kesulitan, sungguh, kang yeosang tidak sedingin itu.

“padahal gue udah bela-belain gak hubungin dia, hapus semua riwayat chat biar kontaknya tenggelam gitu aja. tapi, kok, kayak sia-sia, ya? rasanya masih sama, gue masih gak rela.”

“lo udah berusaha, anak pintar.” usakan gemas mendarat di atas kepala sejurus labiumnya kembali terbuka, “perkara hati, gak ada yang bisa atur selain diri sendiri. percaya, deh, cepat atau lambat, lo pasti bisa lepasin san seutuhnya dan bebas dari belenggu rasa. jadi, gak perlu buru-buru karena lo masih punya banyak waktu. pelan-pelan aja, oke?”

tutur yeosang kali ini berhasil menghipnotis wooyoung. membuat hatinya menghangat dan hidupkan benih percaya hingga pemuda jung kembali mengulas senyum kecil sembari menganggukkan kepala.

ah, ia sedikit lega.

“ngedip dong, jangan bengong mulu.”

san mengerjap dan sontak mengadah begitu tepukan ringan menyapa bahu kanan. choi yang satu itu dapati kehadiran pemuda tinggi dalam balutan kaus sederhana yang lengannya sengaja dilipat hingga mencapai pundakㅡentah untuk apa, pamerkan bisep, mungkin saja.

detik berikutnya, bibir pemuda choi lantas tertarik naik, bermaksud untuk membalas tingkah sang teman dengan beberapa kata umpatan.

sialnya, ada hal yang berhasil menarik perhatian san selain presensi mingi dan hidangan sederhana di atas meja. apa lagi jika bukan kehadiran wooyoung bersama pemuda dengan helaian pirang yang berkilau di bawah terik? bermodal kendaraan roda duaㅡyang san tebak milik si pemuda asing karena wooyoung tidak pernah memilikinyaㅡdan berlatar tempat parkir mahasiswa di dekat kafe sederhana, mereka tampak tenggelam dalam rengkuh percakapan yang diselingi tawa.

san tahu betul, sudah sekitar dua bulan sejak ia dan wooyoung mengakhiri hubungan. dan terkait hal itu, tentu ia tak berhak mengomentari kehidupan sang mantan apalagi melarangnya untuk menjalin kisah manis dengan pemuda pilihan.

malangnya, choi san itu mudah penasaran hingga ia berakhir dengan ajukan pertanyaan.

“cowok yang sama wooyoung itu namanya siapa?” begitu tanyanya. tertuju entah untuk siapa. apakah mingi atau justru woojin yang tengah pusatkan fokus pada susunan tugas khas ilmu pemerintahan.

“yang itu?” pemuda song memastikan sementara woojin hanya melirik dari ekor mataㅡmaklum, tugasnya lebih penting ketimbang rasa penasaran san. satu telunjuk mingi mengacung lantang ke arah pemuda dengan helaian rambut yang cukup mencolok. san lantas balas mengangguk.

“kang yeosang, anak ilkom.” jeda sesaat sebelum yang lebih tinggi kembali berucap, “kenapa?”

yang diajukan tanya hanya menggeleng pelan, “enggak, penasaran aja. akhir-akhir ini dia kelihatan deket sama wooyoung.”

di tengah senyap yang menyergap tepat setelah san selesaikan ucap, mingi berdeham untuk selanjutnya mulai bercakap, “jelas. kan, pacarnya.”

dan choi san mendadak bungkam seribu bahasa. bongkahan hatinya seakan dijatuhkan dari bangunan ternama, hancur berkeping hingga tak ada sisa.

 bongkahan hatinya seakan dijatuhkan dari bangunan ternama, hancur berkeping hingga tak ada sisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
redo - woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang