dua

1.9K 198 6
                                    

cw // cheating

“hari ini ada kabar baik, gak, woo?”

kali ini, wooyoung memilih diam, lagi. ia terus menyeret langkah menuju salah satu kursi di pojok ketiga kantin fakultas tanpa setitik niat untuk melontarkan kata guna membalas ujaran yunhoㅡteman dari program studi serupa; administrasi bisnisㅡyang setia mengekorinya.

terhitung empat minggu sejak ia dan san mengakhiri hubungan dan sudah sebulan tepat keduanya tak berbalas pesan. ah, jangankan bercakap kasual seperti biasa, bertatap netra pun tak ada. mereka laksana asing yang tak pernah ciptakan bising, serupa manusia yang saling kenal hanya sebatas nama dan marga. tidak lebih dan tidak kurang.

maka, sekali lagi, tidak ada kabar baik selama minggu-minggu terakhir. tidak dengan akademiknya pula tidak dengan kesehariannya. jung wooyoung masih belum terbiasa, hatinya masih dikoyak oleh kenangan manis yang dilukis ketika mereka masih bersama, rungunya masih merindu sapa hangat san di pagi buta.

sial, jung wooyoung masih cinta, tolong garis bawahi fakta yang satu itu.

“ada hubungannya sama san?” yunho bertanya, jemarinya menyentuh dimsum goreng wooyoung tanpa diminta. “move on, yuk! kata mingi, san udah dapet gandengan, masa lo kalah, sih? gak ada untungnya juga berlarut-larut dalam rasa.”

sesak hadir tanpa diundang. decapan bibir atas makanan mendadak hilang. yang tersisa hanyalah pijar kalut yunhoㅡkarena sepertinya ia sadar telah menyinggung hal tabu begitu dapati wooyoung terkekeh piluㅡdan binar berembun kepunyaan wooyoung yang ia bungkam dalam sampul manis bertajuk senyuman.

wooyoung tahu bahwa yunho tengah menghiburnya walau cara yang digunakan oleh sang teman total mengoyak luka, membuat sakitnya semakin pedih saja. “kalau emang segampang itu, gue udah haha-hihi sama pacar baru kali.”

kikuk. yunho merutuk dan memaki mulutnya sendiri. “maaf woo, gue cuma mauㅡ”

“gak papa, gue ngerti, kok. makasih banyak buat opininya tapi buat sekarang gue belum siap, yun.”

jung kecil tak suka menjadi lemah. egonya cukup tinggi untuk menangis di hadapan orang lain. karenanya, wooyoung beranjak. berdalih ingin buang air kecil ketika semestanya yang berada dalam telapak tangan san kian melebur. sungguh, jung wooyoung yang sekarang tak lebih dari bidak yang dikutuk untuk terus memuja walau hatinya telah diremas sedemikian rupa.

ah, menatap pantulan wajah di cermin besar toilet sembari memutar ulang pernyataan mengerikan dari labium yunho, membuat memori si kecil jung terbang pada satu kenangan terlarang yang berusaha ia kubur habis-habisan. tentang san, juga seorang gadis cantikㅡyang entah siapa namanyaㅡdan wooyoung yang menyaksikan mereka berbagi saliva dari sudut perpustakaan
kota ketika dirinya berniat mencari buku tambahan untuk tugasnya. dulu, jauh sebelum san menuntut perpisahan dan mengakhiri hubungan.

wooyoung tahu, sangat tahu. ia telah dikhianati sejak jauh-jauh hari, ia telah memupuk cinta sendiri sejak parfum musky khas san berubah menjadi aroma bunga yang menyegarkan.

walau begitu, rasanya masih sama. jantungnya masih berdetak tak karuan hanya karena sebuah sentuhan di puncak kepala, dadanya bertalu-talu dan menggebu hanya karena tutur haru berlandas rindu, rona merah dari wajahnya terus menjalar rapi hingga telinga hanya karena sebuah boneka beruang berwarna cokelat tua. sungguh, pemuda jung tak berubah, ia masih mengoleksi rasa di atas bara api bernama cinta.

san sedang menunggu gahyeon sembari memegang tas kecil sang wanita ketika sudut netranya menangkap presensi familier seorang pemuda yang baru saja keluar dari toilet pria. sontak saja, entah karena penasaran atau faktor lainnya, san menoleh cepat dan dapati keberadaan mantan kekasihnya, jung wooyoung, pemuda yang pernah ia damba hingga rasanya hampir gila.

awalnya, ia tak tahu apa yang berbeda. selain fakta bahwa mereka tak lagi bersama, san merasa bahwa semuanya baik-baik saja. begitu adanya sebelum wooyoung berlalu begitu saja. abai atas kehadirannya dan pergi tanpa sepatah kata atau barangkali secuil niat untuk membalas tatap mata.

“wooㅡ”

“kenapa, san?”

tutur san terhenti tatkala gahyeon menyentuh lengannya. dan ketika ia kembali tolehkan kepala, tubuh kecil wooyoung telah hilang setelah tungkainya berbelok ke arah kanan; memasuki jalanan lenggang menuju taman belakang.

“gak, gak papa,” kelitnya ditemani senyum ringan.

melangkah lewati jalan bersama seorang gadis sembari bergandengan tangan, tak membuat pikiran san lepas dari netra sembab pula hidung bangir yang memerah.

wooyoung nangis, begitu batinnya.

wooyoung nangis, begitu batinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
redo - woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang