san menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya di hadapan seorang wanita yang tengah bungkam. gahyeon namanya, mahasiswi semester tiga dari program studi antropologi budaya. kekasih barunya.
pemuda choi tak akan mengelak fakta bahwa gahyeon berhasil merebut tahta tertinggi dihatinya hanya lewat pertemuan pertama. gadis itu terlampau ramah dan san total jatuh akan pesonanya. awal pertemuan mereka tidak berhias bunga-bunga, hanya secuil penat dan hiruk-pikuk manusia. kala itu, gahyeon sibuk membaca, fokusnya hanya tertuju pada deretan tinta sembari menunggu kedatangan bus kota, sementara san tengah jalankan tugas yang wooyoung berikan; membeli beberapa bahan makanan di toserba yang berada tak jauh dari halte dan kediaman.
karena pertemuan tak terduga dengan sosok menyegarkan yang entah siapa, san mendadak ketagihan untuk menyambangi toserba. dalihnya adalah mencari camilan padahal hati total penasaran atas wanita penuh keanggunan. satu kali, terpesona. dua kali, berani ujarkan sapa. tiga kali, bercakap manis lewat ketikan dan deret kata. empat kali, bertukar cerita dan berbagi tawa. lima kali, bertemu di perpustakaan kota dan berpagut haru bak sepasang kekasih penuh cinta.
iya, begitu garis besarnya, begitu singkatnya.
namun, jika dipikir matang-matang, gahyeon tidak pernah lebih baik ketimbang wooyoung. gadis itu mungkin anggun dengan rambut sebahunya, tapi wooyoung juga anggun dengan caranya. gahyeon mungkin pribadi cerdas yang memikat, tapi wooyoung pun demikian. gahyeon mungkin memiliki tawa indah bak penyanyi ternama, tapi wooyoung miliki suara laksana pelantun utama di orkestra.
sungguh, gahyeon tidak pernah lebih baik ketimbang wooyoung dan mengapa san memilih untuk berkhianat? san itu, sebenarnya mencari apa?
perhatian? tidak, di titik ini, san bahkan kelebihan kasih sayang. cinta? tentu tidak, wooyoung sudah memberikan semuanya. hatinya, tubuhnya, semuanya.
jadi, san sebenarnya mencari apa sampai-sampai menuntut untuk menyudahi hubungan yang telah terjalin sejak lama? empat tahun hubungan asmara mereka berjalan dan hanya dalam hitungan bulanㅡsetelah ia mengenal gahyeonㅡsemuanya sirna, lebur secara bertahap hingga ia kehilangan wooyoung; baik sebagai teman ataupun sebagai pasangan.
“hey, what's wrong with you, ay?” tanya yang terlontar dari wanita di hadapannya total menarik kembali perhatian san yang semula terbang entah kemana. “bosan nungguin aku, ya? sebentar lagi selesai, kok, janji!”
“enggak,” sahut san seraya terkekeh. jemarinya terulur guna menyelipkan helaian rambut gahyeon ke belakang telinga. “cuma lagi kepikiran sesuatu, but don't worry, itu bukan hal yang serius. kamu fokus aja sama esainya, aku tunggu sampai selesai.”
dan gahyeon hanya bisa mengangguk sembari bergumam maaf, tak enak hati karena membuat san menunggu terlalu lama. jemarinya kembali berdansa di atas tombol-tombol huruf sementara netra kembar menatap hangat layar yang menyala.
di lain sisi, san kembali tersedot dalam kebimbangan. apakah alasannya adalah karena bosan? apa ia memutuskan hubungan karena merasa bosan atas cinta yang wooyoung berikan? sungguh, apa benar begitu?
apapun itu, san benar-benar bodoh. ia yakin sekali bahwa dirinya sangat bodoh.
ㅡ
hingga pukul tujuh malam san habiskan waktu bersama gahyeon.
menemaninya mengerjakan tugas di salah satu kafe, membantu sang gadis mencari barang untuk hadiah ulang tahun adiknya, memberikan banyak pujian atas jepitan rambut yang gahyeon selipkan pada sebagian helai rambut, juga membawanya ke taman untuk kemudian arungi beragam jajanan di pasar malam yang tengah beroperasi.
san bahkan sempat lupa perihal wooyoung dan segala hal rumit yang berotasi pada si pemuda bermarga jung.
sialnya, tepat ketika ia hendak menyuapi gahyeon dengan camilan andalannyaㅡkeripik singkong rasa baladoㅡsan justru mendapati presensi wooyoung bersama yeosang, tengah meniti jejak menuju kedai takoyaki yang hanya berjarak beberapa langkah dari posisi san saat ini.
mereka tampak bahagia. yang bermarga jung mengulas tawa sementara yang bermarga kang total sibuk lontarkan canda. tak sekali dua kali san melihat wooyoung jatuhkan kepalan tangan pada pundak yeosang, tak sekali dua kali ia mengusak air dari sudut mata. sungguh, mereka laksana pasangan sempurna yang berhias cinta.
mau tak mau, san harus menerimanya.
namun, entah bagaimana pula mengapa bisa, san justru mendapati dirinya tengah memegang pergelangan tangan wooyoung hingga menahan pergerakan sang pemuda. membuat gahyeon bertanya-tanya sementara yeosang menatapnya dengan binar penasaran yang kentara.
“san,” gumam si kecil setelah sempat bungkam selama beberapa sekon, “ada perlu apa?”
dan wooyoung, ah, jung wooyoung tampak mengadah bersama sorot netra yang berkilat.
KAMU SEDANG MEMBACA
redo - woosan
Fanfiction✓ | c.sn & j.wy san ingin perpisahan dan wooyoung mengiyakan. top!san, bot!woo // lowercase