DOS : 01

890 140 69
                                    

"Gadis itu kembali," kata Hosie saat melihat Jung di kamar mandi. Jung sudah selesai dan hanya mengenakan handuk. Rambut mint-nya basah dan meneteskan buliran air yang berusaha disekanya menggunakan handuk kecil.

Hosie yang barusan selesai latihan dan masih berpeluh itu berdecak. Dia masuk ke salah satu bilik tak berpintu seperti yang lainnya dan menanggalkan pakaian. "Temui sajalah. Semakin kau hindari, semakin sering dia datang kemari. Semua orang mulai mempertanyakannya."

"Bisa kau usir saja. Aku malas sekali."

"Biasanya kau bersikap jantan. Kenapa sih? Dia siapa? Mantanmu?" Hosie menengadah memastikan lubang shower tidak bermasalah lantaran airnya tidak keluar. Dia memutar-mutar kran berulangkali. Lalu beberapa saat didengarnya suara seperti tsunami kecil disusul guyuran air berkejaran jatuh dari lubang shower. Hosie bernapas lega. Dia sempatkan menengok pada Jung yang seolah memastikan ketampanannya di depan cermin.

Hosie mulai menyabun ketika dia berkata, "Dia cantik. masih muda, dan terlihat lugu. Nah, kau kan suka tuh yang lugu-lugu."

Jeon binal Jungkook nyengir.

"Dia seperti anak anjing kehujanan yang minta diadopsi."

"Kau saja yang adopsi."

Hosie menyapu mukanya. "Kalau tidak beristri ya sudah kupacari. Dan karena aku suami yang setia ..."

Pemuda yang akrab dipanggil Jung itu selesai mengenakan pakaiannya yang hanya mengenakan celana pendek serta hoodie. Rambut warna mint-nya jauh lebih terang di bawah sorot lampu. Dan dia sama sekali tidak peduli ocehan Hosie. Pria bertubuh tinggi tegap dengan wajah mirip karakter komik itu terus bicara sambil menggosok punggung.

"Jung," panggil Hosie ketika Jung mencapai pintu keluar.

"Apa?" tanya Jung. Tangannya ada di tuas, bersiap membuka pintu.

"Kau menerima tantangan duel si cecunguk itu?"

Jung berdecak."Malas. Dia bukan tandinganku."

"Mantap bro!" Hosie berseru sambil mengacungkan jempol. Dia tetap terkekeh dan Jung meninggalkannya. Ia melangkah keluar gedung

Sebagai atlet MMA yang memiliki flyweight teratas di Korea Selatan, Jung menganggap Hansung tak lebih dari kecoa yang kerap mengganggu. Pria itu menyebalkan dan bermulut besar. Berbadan tegap, mukanya jelek luar biasa tapi sombongnya minta ampun. Jung tidak sudi menerima tantangan bertarung dengan pecundang yang selalu berteriak-teriak kalau tak sengaja berpapasan dengannya. Lawannya bukan hanya harus punya skill, tapi punya sesuatu yang membuat Jung ingin mengalahkannya.

Seperti bercinta, dia mana bergairah kalau pasangannya tidak menggairahkan. Ya, Jung mengaitkan segala hal dengan gairah. Begitulah hidupnya.

Tetapi kalau Hansung, jangankan bergairah. Dia ingin muntah. Si cecunguk itu, sekali injak saja langsung piyak-piyak. Meski dia licin dan tak mau mati. Seperti kecoa. Jung mendadak geli membayangkan Hansung benar-benar kecoa. Dia ingin menjungkirbalikkan tubuhnya sampai menggelepar. Sekali semprot pembasmi serangga langsung meninggal.

Jung sudah tidak muda lagi. Dia memang masih menyandang petarung yang namanya berada di puncak dan masih terus bersinar serta disegani oleh lawan-lawannya. Zombie adalah julukannya. Pun seseorang yang memiliki kehidupan sempurna, karir bagus, wajah dan tubuh idaman. Dia tinggal di Penthouse ternama di Korea Selatan. Ibarat kata, Jung definisi pemuda sukses dalam karirnya. Namun, tidak perihal asmara. Sebab di usianya yang hampir tiga puluh, dia masih merasa kesepian.

Teman-teman kencannya tak bisa mengisi kesepian dalam dadanya. Wanita-wanita yang bersamanya, bangun di pagi hari di kamarnya, menyapanya dengan senyuman puas sehabis bergelut panas sepanjang malam, tidak mampu mengisi lubang menganga di hatinya.

Diary Of SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang