Pria dengan tato menghiasi lengannya itu membuka sedikit kerai untuk mengintip matahari yang mulai meninggi. Hanya bertelanjang dada, Jung meninggalkan wanita teman tidurnya yang masih lelap di ranjang. Ia pergi ke dapur untuk membuat sereal dan teh. Kemudian duduk di counter top.
Uap mengepul dari mug selagi bibirnya menempel di benda terbuat dari kramik itu. Sembari ia berpikir, termenung dalam menit-menit yang seolah tak berarti.
Lama berselang, wanita cantik berambut cokelat terang sepunggung keluar dari kamarnya, mengenakan dress silver berbahan squin ketat membalut tubuh indah yang berduet dengannya semalaman suntuk.
Jung tersenyum sambil bertopang dagu kala wanita itu, yang entah siapa namanya, mendekat dan mengecup pipinya sekilas.
Ada dua kegiatan yang paling disukai oleh Jung. Dan keduanya sama-sama berawal dari huruf F dalam bahasa inggris. Pertama adalah Fight, kedua adalah Fuck. Hampir-hampir seperti kebutuhan yang jika tidak melakukannya, dia bakal jatuh sakit.
"Aku harus pergi," kata si wanita. Suaranya selembut belaian tangannya di sepanjang punggung berkeringat Jung kala mereka bercinta.
Jung meraih tangan halus itu lantas mencium punggung tangannya.
"Kalau begitu, senang bertemu denganmu."
Tatapan si wanita membuat Jung terpancing. Ia berdiri lagi, menarik pinggang rampingnya lalu memberi ciuman perpisahan yang bergairah.
Lalu seolah tahu bahwa mereka berdua sudah tak lagi punya urusan, Jung membiarkan wanita itu melangkah keluar dari tempatnya, seperti wanita-wanita lain yang keluar dari hidupnya mengisyaratkan mereka tak punya makna apa-apa. Sebab Jung merasa dia tidak butuh siapapun. Cukup hanya dengan diri sendiri. Menjalin hubungan sama saja merepotkan karena dia harus melibatkan emosi yang tak berarti. Memuakkan, dan menjengkelkan.
Lima menit kemudian Jung mengambil ponselnya di kamar, duduk lagi sambil berbicara dengan seseorang di telepon.
"Aku menemui pihak pengelola apartemenmu dan mereka sama sekali tidak melihat seseorang mencurigakan lewat di depan pintumu saat mengecek CCTV," kata Jung.
"Bagaimana dia bisa melakukannya?" Suara lembut nan imut Miyu terdengar gusar dari seberang telepon.
"Kuduga dia punya orang dalam," kata Jung.
Terdengar gerutuan kesal Miyu. Dan Jung tengah membayangkan wanita itu menjambak rambutnya frustrasi. Kembali panik dan gelisah.
"Omong-omong terima kasih sudah melakukannya untukku," ucap Miyu. "Aku tidak tahu kau bahkan memeriksanya. Aku sangat terkesan kau melakukannya sejauh itu dengan cepat."
"Aku orang yang suka penasaran. Dan ... apa kau punya kenalan pria yang tingginya berkisar 180 senti? Intinya yang tinggi." Orang-orang yang hampir mengalami kejadian tak mengenakkan semacam penculikan, penyekapan, atau teror seperti Miyu, kalau tidak sempat melihat tampang si pelaku, maka dianjurkan untuk menandai setidaknya ciri fisik. Umumnya seperti tinggi badan, warna rambut, cara berjalan, dan hal-hal khas lainnya.
"Ada beberapa pria tinggi yang kukenal dekat. Tapi mana mungkin aku mencurigai mereka."
"Kalau aku jadi kau, aku bakal mencurigai siapapun. Karena sepertinya, kalau dugaanku salah, si peneror ini pastinya yang paling tahu tentangmu. Dan dia mungkin orang yang amat gila," kata Jung.
"Darimana kau menyimpulkannya demikian?" Jung kini membayangkan Miyu tersenyum remeh padanya di sana. "Mereka tak punya motif."
"Darimana kau tahu orang-orang terdekatmu tak punya motif? Bahkan aku sendiri punya motif untuk membantumu." Jung menyusuri pinggiran gelas dengan telunjuknya. Pikiran kotor akan sosok Miyu terbayang-bayang sampai dia merasa ingin Masturbasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of Summer
FanfictionHong Miyu mulai diteror oleh sosok tak dikenali seiring ditemukannya buku diary milik kakaknya yang menjadi korban pembunuhan beberapa tahun lalu. Ketakutannya menuntunnya pada sebuah pilihan, yakni datang kepada mantan pacar kakaknya yang seorang...