DOS : 06

377 91 46
                                    

Jung tidak bisa berhenti penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung tidak bisa berhenti penasaran. Begitulah dirinya. Meski ponselnya terus bergetar dari atas meja di hadapannya, dan makian Leon sang manajer tampil di layar pop up, Jung tetap berada di sana membiarkan bokongnya mulai panas.

"Kau melewatkan latihanmu! Pertarunganmu dua hari lagi!"

"JEON FUCKIN' JUNG KOOK KAU MAU KUPECAT?!"

"SEDANG APA KAU?!"

"JANGAN BILANG KAU SEDANG MELAKUKAN SEX DENGAN...."

Jung berdeham. Dalam hati menertawakan ancamannya pria bule itu. Karena mana mungkin memecat Jung yang merupakan atlet terbaik mereka. Kalau dia dikeluarkan, bakal ada banyak agensi di luar sana yang bersedia menampungnya.

Maka Jung fokus lagi pada Miyu yang duduk kalem di sofa depannya. "Aku melupakan sesuatu," kata Miyu. Jung memperhatikan setiap gerak bibirnya. "Aku ingat jelas tentang penangkapan Marsha. Saat terakhir Lena terlihat hidup dan sehat, aku masih sempat mengepangkan rambutnya. Memamerkan kemampuanku karena dia selalu meledekku bocah kecil yang tidak bisa mengepang rambut."

"Dan saat itu kau kan memang anak kecil. Anak kecil cengeng," timpal Jung. Ingat jelas bagaimana penampilan Miyu. Remaja dua belas tahun, bertubuh gemuk dan pendek yang rambutnya selalu dikuncir tinggi. Gigi kawat dan kacamata tebal terpajang di wajahnya.

Miyu mengabaikan ucapan itu. "Kau pasti tahu seperti apa kami dulu. Lena yang suka sekali meledekku dalam hal apa saja. Dia bahkan meledekku karna suka padamu, dan meneriakkannya saat kau datang ke rumah kami sampai membuatku malu. Tapi hari itu kami tidak berdebat seperti biasanya. Hari itu teramat sangat membahagiakan. Lena sangat cantik, senyum cerianya bertebaran dan tawa cekikikannya terngiang di telingaku. Tapi, sesuatu terhenti sampai dimana orang-orang mulai histeris. Aku ingat ayahku berlari memeluk jasad Lena yang ditarik ke pinggir kolam renang. Suasana sangat sendu. Hari itu juga mendung. hujan sangat deras, beserta kilatan petir. Aku ingat semuanya, situasinya, keadaannya."

"Tapi?" Jung mendahului dengan mata menuntut kelanjutannya.

"Tapi aku yakin ada potongan yang kulupakan," lanjut Miyu. Dia menggeleng setengah termenung. "Seperti potongan puzzle terakhir. Aku bahkan yakin, kesaksianku harusnya mampu menyelamatkan Marsha dari polisi, dari jaksa penuntut yang mendakwanya dengan hukuman belasan tahun penjara. Aku harusnya mampu menyelamatkan namanya dari polisi yang menangkapnya demi lari dari stigma buruk masyarakat pada saat itu akibat lambatnya kinerja mereka.

Atau, membebaskanmu dari fitnah sehingga namamu tak perlu muncul di koran, di berita, dan kau tidak dicurigai semua orang. Pun tidak membenci keluargaku karena menyalahkanmu habis-habisan."

Jung manggut-manggut. Terlihat cukup peduli. Dia berkata, "Dan kau pikir buku diary itu akan membantu memulihkan ingatanmu. Maka, kita mulai pada anak muda ini." Jung melirik foto-foto menampilkan potret Soobin.

Diary Of SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang