"Dasar keparat! Dasar mesum! Orang sinting!"
"Cuma segitu umpatan yang kau punya?"
Bibir Miyu bergetar. Napasnya tak beraturan karena emosi menguasainya. Dan kekesalannya nyatanya tidak membuatnya lebih kasar. Sebab dia memang tidak bisa lebih kasar dari itu. menampar wajah Jung saja tangannya sudah sakit sekali.
"Tidak punya malu! Kau kira bisa memperlakukan wanita seenakmu? Aku akan melaporkanmu ke polisi!" ketus Miyu.
Dia lalu berbalik pergi namun tangannya di tahan Jung. Secepat itu Miyu langsung menepisnya, ketika itu pula pertahanannya jatuh.
"Aku sudah capek!" teriaknya. Suaranya menggema-lima detik menciptakan keheningan pada tatapan Jung yang sepekat dosa. "Kau tahu sudah hampir dua bulan aku diteror oleh orang gila di luar sana, nyawaku diintai, aku lelah harus terus merasa waspada padahal sedang berada di ruanganku sendiri! Aku lelah ketakutan setiap hari, memastikan tidak ada orang lain yang mengikuti tepat di belakangku! Aku nyaris gila dan sekarang, saat kukira kau mau membantuku, tingkahmu seperti bajingan! Bajingan yang otaknya cuma memikirkan wanita dasar murahan!"
Miyu menunjuk-nunjuk dada Jung.
"Satu-satunya orang yang kuharap bisa melindungiku adalah kau karena kau sangat mencintai kakakku. Betapa sayang kau padanya, betapa baiknya kau meski sikapmu selalu tertutup pada semua orang. Tapi aku tahu kau mampu melindungiku jika kuminta!" Miyu sesenggukan dan merasa balik lagi seperti si bungsu cengeng yang perasaannya serentan helaian tisu.
Suaranya melemah, "Aku tahu bahwa konyol kedengarannya jika teoriku dihubungkan dengan buku diary Lena. Tapi, sesuatu mendorongku untuk terjun ke sana, mendatangi satu persatu nama yang dia tulis, berharap aku dapat mengingat.
"Dan kalau memang kau tidak bersedia sejak semula, tidak perlu berlagak kau peduli. Maafkan aku selama seminggu kemarin mengganggumu. Akan aku pastikan, kau tidak lagi melihatku. Mungkin, sampai saat kau menemukan kabar berita tentangku di seluruh penjuru negeri ini."
Miyu kali ini benar-benar ingin pergi. Dia melangkah keluar dari ruangan itu.
Lantas, untuk pertama kalinya, Jung menahan seorang wanita untuk tidak pergi. Dia tidak membiarkannya melangkah keluar, dia menahannya-meraih kembali tangan Miyu yang langsung menghadapnya dalam sekali tarikan.
"Kau salah," katanya.
"Apa?" Miyu mengerutkan dahi.
"Baiklah kalau kau mau tau betapa seriusnya aku membantumu, aku mengikutimu sejak hari dimana kau mengintaiku seperti sikopat di bar. Kuikuti kau sampai ke parkiran mall itu membuktikan bahwa ketakutan yang kau sampaikan itu benar. Manajerku menyelematkanmu, namun, secara spesifik, aku yang melihatmu dalam bahaya. Kedua," Jung menyeringai, "Meski ini konyol, tapi aku membayar seseorang untuk menjagamu. Kukira kau pasti sudah melihatnya hari ini."
Ya Tuhan! Apakah pria tinggi, kacamata hitam, dan hoodie yang sejak tadi mengikuti Miyu yang dia kira adalah si peneror?
Tatapan Miyu perlahan melembek seperti Mie disiram air panas. "Ku-kukira itu adalah si peneror."
"Apa kau melihatnya?"
Miyu mengangguk.
"Dia melakukannya selama dua puluh empat jam terakhir sejak aku meninggalkan apartemenmu. Dia mengabari setiap detail yang terjadi, hampir tiap satu jam sekali."
"Tapi dia malah membuatku semakin ketakutan. Dia tepat di belakangku!"
"Ya dia mungkin tidak profesional, dia penggemarku dan suka teater, jadi, aku tawarkan apakah dia mau berakting sebagai pahlawan untuk wanita lemah diam-diam? Lalu dia bersedia. Dia bilang kau cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of Summer
FanfictionHong Miyu mulai diteror oleh sosok tak dikenali seiring ditemukannya buku diary milik kakaknya yang menjadi korban pembunuhan beberapa tahun lalu. Ketakutannya menuntunnya pada sebuah pilihan, yakni datang kepada mantan pacar kakaknya yang seorang...