7 [END]

802 48 0
                                    

"Ini sebenarnya... Kalau diizinkan saya akan menjelaskannya nanti. Sekarang saya mau cepat-cepat obatin Riki..." pinta Jungwon ragu-ragu.

"Oh ya sudah nak Jungwon, kita bawa saja dulu ke klinik sebelah sekolah itu ya sama-sama."

"Tapi pak, pelakunya masih ada di gang sana, tempat toko roti ikan punya nenek ini. Walaupun jujur sudah saya pukul tadi..." tambah Jungwon lagi yang sudah pasrah jika ia mendapat hukuman dan omelan dari guru nanti.

"Ya sudah gini saja... Pak Budi yang temenin kalian antar Riki ke klinik sama-sama... Pak Yanto yang urus mereka sama anterin nenek ya."

Setelah itu Jungwon, Sunoo, Riki beserta guru bimbingan konseling yang menemani mereka pun pergi ke klinik dengan cepat.

Sesampainya di sana, Riki langsung mendapatkan pertolongan pertama dan perawatan dari para suster karena kata mereka sang dokter sedang sibuk menangani pasien yang lebih kritis.

"Loh Jungwon ga ikut periksa juga? Wajahmu luka loh," tawar Sunoo setelah melihat Riki yang terbaring dibawa masuk ke ruangan oleh para suster.

"Gapapa kak Sunoo, ini luka biasa. Diobati sendiri juga sembuh."

"Tapi dari tadi kamu megangin bahu terus tau, pasti sakit ya?"

Jungwon sedikit kaget akan kepekaan dari Sunoo dan hanya bisa tertawa canggung, "Sakit cuma dikit kok kak...."

Pak Budi yang sedari tadi hanya menyimak dan sudah penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pun angkat bicara, "Nak Jungwon sebenarnya tadi ada apa? Tadi nak Sunoo bilang ke saya cuma 'penting pak, Jungwon yang minta' begitu...."

"Mohon maaf sebelumnya saya jadi merepotkan begini. Saya tadi menyusul Riki yang sedang dikeroyok sama beberapa murid kelas 12."

"Dikeroyok?"

"Sebenarnya cuma cek-cok biasa ta--"

Belum sempat Jungwon menyelesaikan penjelasannya, ponsel dari guru bimbingan konseling barusan berbunyi.

"Maaf ya nak Jungwon, nak Sunoo... Saya baru ingat ada urusan penting. Bapak tinggal dulu ya? Kalian bisa urus sendiri bukan sisanya?"

Dengan helaan napas yang cukup berat, Sunoo dan Jungwon menjawab secara bersamaan, "Baik, terima kasih."

"Tuh kan, si Budi mah emang ga mau repot orangnya, bikin kesel emang," sindir Sunoo seraya melihat kepergian guru bimbingan konseling barusan.

"Hush!! Kak Sunoo!! Nanti orangnya denger tau rasa kakak...."

"Kayak sendirinya ga pernah nyindir Budi, apalagi si Yanto... Bukannya kamu malah yang paling sering nyinyirin mereka?" elak Sunoo yang tidak terima.

"Lagian kak Sunoo, dimintain tolong panggil guru BK lamanya minta ampun. Keburu kelar berantemnya tau. Mana yang dipanggil si Budi, bikin kesel semua," cibir Jungwon yang mengabaikan rasa sakit pada bagian bahu dan wajahnya.

"Tuh kan beneran julid...."

"Jangan nyalahin aku dulu dong... Tadi tuh pas aku datang ke ruang BK, guru-guru BK masih pada sibuk semua tau, Won. Mereka masih ngurusin anak-anak yang rambutnya panjang sama dicat warna-warni tuh," sahut Sunoo lagi menggebu-gebu yang tidak ingin Jungwon salah paham dengan dirinya.

"Kak Sunoo ga bilang kalau masalah penting ya?"

"Udahhh, Won... Udah aku jelasin semuanya pokoknya!"

"Wah parah banget... Kasus pembullyan aja ga diurus sama sekali, giliran masalah rambut aja diurus sampai segitunya."

Karena sudah hafal dengan Jungwon yang jika sudah seperti ini akan terus menyindir tanpa henti, Sunoo langsung mengalihkan topik, "Tadi pas kamu susulin Riki dia gimana kondisinya?"

Not a Crazy Fighter Anymore [Sunoo, Jungwon & Ni-ki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang