5,bingung

563 27 5
                                    

"Sen...?"

"Sen...?"

"Sennn!!!"

Sen terlonjak kaget. Matanya terbelalak. "I-iya? Ada apa..?"

Yuu menghembuskan nafasnya pelan. "Kau ini kenapa sih?" Gerutunya lucu sambil melahap roti lapis.

"A-aku kenapa?"

"Huh, tidak sadar kalau melamun sejak tadi?"

"Umm.. Yaa begitulah... " ucap Sen lirih sambil melahap roti lapis buatan Yuu. "Lezat.. "

Suasana berubah hening selama beberapa saat. Mereka berdua larut pada pikiran masing-masing. Yuu yang sibuk menikmati roti lapis dan Sen yang merasa sedikit gundah mengenai Tuan Rein yang berkunjung ke rumah Yuu.

Sen tahu, Tuan Rein, si pemilik sekolah suram itu kurang suka bersosialisasi. Selain suram, ia juga lumayan kejam, pendiam, cuek dan egois. Jadi itu hampir mustahil baginya untuk mengunjungi rumah salah satu murid di sekolahnya kecuali ia memiliki niat... Entah niat apa itu...

Begitu yang ia ketahui sejauh ini.

(Yuu POV)

Aku melahap roti lapis buatanku dengan lahap. Tugas membersihkan kelas membuatku kelaparan!

Sembari mengunyah, aku memandangi pemandangan sekitar. Kulihat air sungai yang tampak biru berkilau, begitu damai...

"Yuu... "

"Hum?" ujarku tanpa menoleh.

"Kenapa Tuan Rein mengunjungi rumahmu, menurutmu?"

Aku berhenti mengunyah dan memalingkan pandanganku ke arah Sen."Ah benar juga, kenapa, ya?"

"Kau tau, aku... "

"Um? Kau kenapa?"

"Aku khawatir, kau tau, Tuan Rein seorang alpha dan bagaimana perilaku mereka yang disebut-sebut perpaduan binatang, terlebih lagi dia itu werewolf.. " tampak raut khawatir memancar dari wajah Sen.

"Ohh, itukah yang kau lamunkan sedari tadi?" Aku terkekeh pelan.

"Sen, dengar... Aku baik-baik saja. Memang benar Tuan Rein itu alpha dan aku tahu betul bagaimana ganasnya seorang alpha. Tapi.. oh ayolah dia sudah dewasa dan aku ini siswa di sekolahnya. Kurasa kau terlalu banyak berpikir.. Kemari!"

Aku menepuk kedua pahaku mengisyaratkan Sen untuk berbaring di atasnya.

Sen yang melihat itu langsung menghempaskan kepalanya di paha ku dan memejamkan kedua matanya. "Semoga apa yang aku pikiran itu salah.. "

Kulemparkan senyum manis ke arah Sen. "Sudahlah, tidur saja!"

"Terima kasih, Yuu.. "

_____________________________________________________________________

Ini sudah pukul 9 malam dan aku masih terjaga disini. Pikiranku melayang pada kejadian tadi, saat aku pulang dari piknik, kulihat ibu dan Tuan Rein saling bersalaman.

(Flashback)

"Yuu, antar Tuan Rein ke depan. Beliau akan kembali ke kediamannya. " perintah ibu.

DEG!

Aku ingin membantah. Namun mendadak lidahku kelu dan tak kuasa untuk mengucapkan sepatah kata pun.

Saat pria bertubuh tegap itu selesai bersalaman dengan ibu, ia berlalu lewat sisi kanan tubuhku. Ugghh!! Perbedaan tinggi badan ini membuatku kesal!!

Aku berbalik badan mengikuti pria itu dan sampailah kami di halaman depan.

"T-terimakasih sudah berkunjung, Tuan Rein, silahkan berkunjung lagi kap----"

"Aku tak sabar sampai hari itu tiba."

Hah? Diriku tercekat. Belum selesai aku bicara, ia sudah memotong ucapanku dengan kalimat tidak jelas nya.

Mulut ini serasa terkunci. Tak mampu berucap apapun. Mataku memandang pria itu melangkah perlahan menjauhi kediamanku.

Mematung. Itulah yang aku lakukan.

_____________________________________________________________________



bersambung.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unbreakable Love(BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang