Chapter 12

680 50 5
                                    

_Minah Hartika_

"Kupikir kau pergi karena kecewa.."

"Kupikir gege marah hingga tak ingin lagi menemuiku.."

"Maaf! Tak ada kesal sama sekali, Xin. Hanya saja aku merasa kecewa pada diriku sendiri. Tak pantas lagi melindungimu. Tak mampu mengutamakanmu. Bahkan sempat egois dan tak memikirkanmu. Jujur! Hanya Xiao Zhan yang ada di otakku kemarin. Mencemaskan dia sungguh membuatku gila.."

"Karena dia saudaramu yang sesungguhnya. Aku mengerti.."

[CHAPTER 12]

Xiao Zhan nampak terduduk di sisi ranjang yang sudah seminggu lamanya ia tempati. Seminggu, terhitung semenjak dirinya membuka matanya kembali. Tersadar dari sakitnya..

Kini ia tak lagi dibebani berbagai alat yang membuatnya tak nyaman, meski penyangga pada kaki bagian kaki kirinya belum terlepas. Itulah mengapa ia belum mampu menapakkan kakinya di atas lantai yang dingin. Hanya menghabiskan waktunya di atas ranjang. Sesekali terduduk seperti saat ini, sambil memandang sinar benderang di langit sana dari balik jendela ruang rawatnya.

"Hh.."

Cukup lama Zhan diam, ia menjadi terlihat bosan. Ia ayunkan kaki kanannya yang terkulai di sisi ranjang. Hanya kaki kanan saja. Ingat! Yang kiri ia bahkan tak mampu menggerakannya sama sekali. Itu telah terjadi, dan Zhan tak merasa buruk karenanya. Ia masih baik-baik saja, semenjak sang dokter berkata..

"Tidak! Ini bukan lumpuh total. Hanya sementara saja. Terapy bisa kita lakukan untuk menyembuhkannya.."

Sedikit banyak Zhan merasa cemas akan hal tersebut. Sangatlah tak nyaman bila segala sesuatu harus dilakukan berdasarkan bantuan tangan orang lain. Contohnya saat ini. Di tengah waktu luangnya tersebut, matanya mengitari seluruh ruangan dan menatap bosan pada semua yang ada. Bagaimana tidak? Hanya ada satu makhluk hidup di sana, dan itu dirinya.

Sret.

Dengan agak sulit ia meraih ponsel yang tergeletak di sisi bantal bercorak kelinci miliknya, pemberian Jiang Cheng. Ia cari sebuah nama di antara deretan nomor kontak dalam ponselnya tersebut. Hingga ia temukan satu nama dan lalu menghubunginya.

"Ge, kau di mana?" ucapnya seketika.

"Kau sedang bekerja? Ah! Apa aku mengganggumu? Tidak, tidak usah ge. Lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku hanya sedikit bosan. Kututup kembali telponnya, ya.."

Begitulah percakapan singkat tersebut. Segera berakhir, bahkan tak sanggup bertahan dalam satu menit saja. Membuat Zhan kembali mengeluh, sedikit kecewa. Ia benar-benar terlihat bosan. Matanya terus mencari sesuatu yang mungkin saja dapat menarik perhatiannya.

Hingga kemudian ditemukan olehnya, remote televisi yang tergeletak di sofa yang tersedia di ruang tersebut. Tempat Yibo tertidur di sana setiap malam karena harus menungguinya.

Ah! Mata Zhan berbinar mendapati remote tersebut. Dengan tak sabar ia tapakkan kaki kanannya di atas lantai. Untuk pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di atas lantai dingin tersebut. Ia sadar akan keadaan kakinya, hingga tangannya meremas kuat sisi ranjangnya.

Perlahan ia berjinjit, menumpukan tubuhnya seutuhnya pada kaki kanannya. Ia menapaki lantai dengan sedikit kesulitan. Letak benda yang akan digapainya, berjarak beberapa meter di depannya. Ia raih pinggiran sofa sebagai pegangannya, hingga berikutnya..

AGEUSIA [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang