Saat sampai di permukaan tanah. Rasanya badanku tak lagi dapat di gerakkan.
Yang terlihat terakhir kalinya sebelum mataku benar-benar tertutup sempurna adalah para Titan abnormal yang berjalan mendekatiku.
☄️
GREATEST
Operasi pemulihan Trost telah di umumkan oleh Komandan Pyxis secara langsung kepada seluruh para prajurit. Kemudian ia menjelaskan secara rinci tentang rencana yang dikemukakan Armin bahwa kekuatan Eren sangat membantu dalam proses Operasi pemulihan Trost. Dengan memindahkan batu besar hasil dari puing-puing yang diciptakan oleh Kolosal, awal dari bencana.
Saat ini, pemuda dengan netra green forest tengah berdiri di atas dinding tepat di samping Komandan, dengan tangan yang ia letakkan didepan dada kirinya dengan arti memberikan penghormatan kepada semua orang yang kini tengah berkumpul dibawah sana.
Angin kembali berhembus, membuat bendera dari ketiga divisi berkibar. Di saat bersamaan Komandan Pyxis menyerukan 'Shin Zo Wo Sasageyo!'
Para prajurit juga menyerukan hal yang sama setelah Komandan Pyxis tak lagi menampakkan dirinya di atas sana. Suara-suara dari mereka bergema ke seluruh penjuru distrik, membuat siapapun bisa merinding saat mendengarnya.
Masih di hari yang sama, Operasi pemulihan di mulai.
Ia menggunakan manuvernya dengan sangat baik. Setelah sampai pada lokasi dimana batu besar yang dimaksud oleh rencana Armin barusan, ia menggigit tangannya hingga darah keluar dari hasil perbuatannya barusan dan sebuah kilat kuning menyambar tepat di atas pemuda itu.
Uap panas mengelilingi nya, dialah yang dimaksud sang Titan Tampan. Eren Jaeger.
Mikasa sampai di atas atap sebuah bangunan yang tingginya hampir sama dengan tinggi sang Titan Tampan.
Kini mereka saling berhadapan, tujuan Mikasa sekarang adalah memastikan Eren agar tetap dalam kendalinya. Namun, ia sedikit ragu dengan tatapan tajam yang diperolehnya dari Titan di depannya saat ini. "Eren, kamu mengenali 'ku?!"
B R U A G H! !
Ia menghantam atap begitu keras, sampai membuat lubang cukup besar di sana.
Mikasa segera mengelak dari serangan yang diberikan oleh Makhluk di depannya. Sulit bagi mereka, apalagi ini masih menjadi pengalaman pertama bagi Mikasa dan Eren, serta para prajurit lainnya.
"Apa kita bisa yakin kalau dia akan berpihak kepada kita?"
Tanpa menghiraukan mereka yang kini tengah menodongkan senjata padanya, Mikasa Menggunakan manuvernya. Ia sampai tepat di depan wajah sang Titan Tampan.
"Kau benar-benar tak mengenaliku? Aku Mikasa, Keluargamu!"
"Menjauhlah, Ackerman!"
Ia meninju bagian wajahnya yang semula menjadi tempat untuk Mikasa berdiri. Kini telah tertutup oleh uap panas, kini Titan Tampan itu hanya terdiam.
Para prajurit lainnya telah datang, termasuk Armin. Ia menghampiri Mikasa, "dia tidak sadarkan diri lagi?" Tanya Armin yang hanya dijawab dengan anggukan kecil oleh Mikasa.
"Kita sudah tak memiliki banyak waktu, kita harus segera menyadarkannya!"
...
Kini, ia mungkin sudah dianggap mayat oleh orang-orang di sekitarnya, bahkan para Titan-titan itu tak menghiraukan keberadaannya dan hanya berlalu lalang.
Bahkan Jean sendiri juga menganggapnya sudah masuk pada tidur panjangnya. Samar-samar, ia berucap kata 'maaf' berkali-kali.
Bau obat-obatan itu menyeruak masuk kedalam indera penciumannya. Perlahan, ia membuka matanya. Mendapati seseorang yang tengah berjongkok tanpa melihat ke arahnya.
Ia sedikit familiar dengan penampilan seorang di depannya, "a..yah?" Orang asing itu menoleh ke arahnya. Orang itu perlahan mendekat kemudian mengompres bagian matanya dengan sebuah kain.
Dingin, namun, secara bersamaan itu bisa menenangkan pikirannya sejenak. Apa aku benar-benar sudah tiada, ya? Ia berpikir, manusia di depannya kini adalah ayahnya. Namun, ia masih bisa merasakan rasa sakit yang membuatnya sadar bahwa dirinya masih berada di dunia.
"Jantungmu berhenti berdetak tadi benar-benar membuatku sedikit panik, namun setelah melihat air matamu yang keluar. Aku pikir kamu baru saja berusaha untuk bunuh diri," lawan bicaranya sama sekali tak ada keinginan untuk menjawab.
"Minumlah, kamu baru saja kembali ke dunia ini."
Ia hanya menurut dan meneguk habis air dalam kantung yang di berikan orang asing itu.
"Kamu tidak takut dengan keadaan di sekitar mu?"
Ia hanya diam dan memberi tatapan yang tak bisa di jelaskan.
"Baiklah, mari ku antar ke tempat pengungsian."
"Tidak usah, terimakasih."
"Tidak ada opsi penolakan untukmu. Aku rela membuang waktuku demi kamu."
Tetap diam dan menuruti perintahnya adalah jawaban terbaik.
[Name]'s POV
Perawat-perawat itu berhamburan kesana-kemari. Hingga salah satu diantaranya menyadari keberadaan kami. Ia segera memanggil bantuan lainnya.
Kemudian, aku sudah mendapat penanganan dari para medis. Ia perlahan menghilang dari jangkauan mataku.
Yang membuatku terheran-heran, setelah orang asing itu pergi. Rasanya orang-orang di sekitarku menjadi semakin heboh dari sebelumnya.
Dokter kemudian datang kepadaku. Setelah beberapa pemeriksaan, aku mendapat berbagai pertanyaan darinya.
"Apa benar, kalau detak jantungmu berhenti berdetak?"
"Saya tidak tahu aslinya, saya tidak sadar setelah mendapat pukulan keras dan membuat saya terhempas hingga beberapa meter."
"Kita akan mengecek kondisi jantungmu saat ini, saya perlu memindahkan mu ke ruangan x."
"Baiklah."
...
Samar-samar aku bisa mendengar obrolan para perawat di ruang sebelah.
"Baru saja tadi kapten Levi kembali, namun ada hal yang bisa membuat kita sakit hati. Ia membawa salah satu prajurit kemari. Ia membopong tubuh wanita itu kemari!"
"Ahh, dia mendapat suatu keberuntungan!"
"Ihh kok panas sekali ya di sini? Aku butuh udara segar!"
Kapten? Kapten Levi, siapa dia?
進撃の巨人
[200522]Maaf!
KAMU SEDANG MEMBACA
GO HOME [Jean X Reader]
FantasyFANFICTION - Jean Kirstein X Reader Rumbling telah berhasil dilakukan, genosida akan benar-benar terjadi. Menyisakan beberapa prajurit yang bersedia mempersembahkan hatinya dengan tekadnya untuk menghentikan "Dia" yang telah dianggap sebagai ancaman...