Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Ahad, 07 Agustus 2022.
Hai, sudah lama cerita ini gak update. Semoga setelah ini bisa lebih konsisten, tapi jangan banyak berharap🥺😂
9. Cinta, Harapan, dan Ibu
🪴🪴🪴
"Hanan, jatuh cinta itu sakit, ya?"
Sulung Sagara menoleh sejenak, menatap gadis yang duduk di sampingnya. Untuk pertama kalinya suara gadis itu terdengar begitu sendu, meskipun senyuman manisnya tetap bisa terlihat. Hanan kembali meluruskan pandangan ke depan di saat Mardhea yang gantian menoleh padanya. Sore ini dia terjebak dengan Mardhea karena harus menemani kedua adiknya untuk pergi ke toko buku. Mardhea yang memang dipaksa Afsheen untuk datang ke rumah justru ikut menawarkan diri pergi bersama tiga keturunan Davian Arga Sagara tersebut. Kemudian, sekarang keduanya berada di taman kota selepas dari membeli buku. Sedangkan, adik kembarnya pergi membeli makanan yang entah kenapa begitu lambat kembali.
"Orang-orang bilang jatuh cinta itu menyenangkan padahal enggak sama sekali. Cinta itu bohong, kan? Buktinya Papa pergi setelah bilang kalau sangat mencintai gue, atau justru Papa menemukan cinta yang lebih baik, ya? Lucu banget."
"Dhe, lo baik-baik aja?"
Mardhea mengangguk tanpa ragu. Dia membuka buku yang sudah dia beli, lalu membaca halaman secara acak.
"Kita nggak bisa menahan siapa pun untuk tetap di samping kita, Dhea. Ada alasan yang mungkin emang nggak kita tahu kenapa seseorang itu pergi."
Tangan Mardhea yang sibuk membolak-balik halaman kini terhenti.
"Alasan yang menyakitkan atau justru itu sebuah pengorbanan, kita nggak pernah tahu sebelum bertanya langsung. Di dunia, kita bahkan nggak bisa menduga siapa tokoh baik dan buruk karena semua orang akan dinilai tergantung siapa yang menilainya. Lo bisa menganggap seseorang baik, bisa jadi menurut gue enggak, atau sebaliknya. Itulah manusia, mereka hanya akan menilai seseorang berdasarkan apa yang dia lihat dan mau."
Setelah mengatakan itu, Hanan menoleh bersamaan dengan Mardhea yang juga ikut menatapnya. Untuk pertama kalinya, laki-laki itu tidak langsung mengalihkan pandangan. Dalam beberapa detik mereka saling beradu pandang sebelum akhirnya Mardhea yang lebih dulu menunduk. Pipinya memanas ketika Hanan terus saja menatapnya.
"Kita nggak pernah tahu siapa yang benar-benar sayang sama kita. Bisa jadi dia yang selalu ada atau mungkin dia yang pergi. Hidup itu tergantung skenario, kadang kita nggak bisa memilih apa yang kita mau, tapi harus membuat keputusan yang memang perlu." Hanan memang mengatakan itu untuk gadis di sampingnya, tapi secara tidak langsung kalimat itu juga ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Lo bener, gue selalu menyimpulkan tanpa bertanya."
Sulung Sagara tidak lagi menjawab, dia hanya mengangguk. Kemudian, berdiri ketika melihat kedua adiknya berjalan mendekat sembari membawa beberapa kantong makanan. Hanan memberikan kode kepada Mardhea juga ikut berdiri dan membantunya membawa paper bag yang berisi buku-buku. Gadis itu seperti biasa menurut dengan cepat, tapi ternyata Hanan salah. Bukannya membantu, dia justru lebih mendekatkan diri membuat Hanan spontan menjauh.
"Han, lo tau nggak kalau gue itu bukan cewek mandiri?"
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan
EspiritualSpin of Kalam Cinta Si Berandalan | Bisa dibaca terpisah. ........ Jika ditanya apa yang paling disukai oleh Mardhea, maka jawabannya adalah ketika bercerita atau mendengar cerita romansa islami. Kisah nyata yang terjadi pada zaman Rasulullah dimana...