Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Ahad, 17 September 2023.
Hai, aku update lagi. Maafkan yang sangat slow update ini dan terima kasih untuk kalian yang sabar menunggu.
Selamat membaca💗💘
20. Masa Kecil dan Hanan
🪴🪴🪴
"Aku capek kalau kamu terus-terusan marah-marah kayak gini!"
Suara itu membuat Mardhea yang kala itu berusia sebelas tahun terkejut. Sekarang sudah pukul satu dinihari, tapi keributan yang berasal dari kamar orang tuanya membuat Mardhea berhenti berjalan. Dia yang awalnya ingin menuju dapur untuk mengambil minum karena terbangun, kini memilih berdiri di depan pintu kamar yang sedikit terbuka. Matanya menatap papa dan mama yang saling berhadapan. Dia hanya bisa melihat punggung sang mama karena wanita itu membelakanginya. Sedangkan, wajah sang papa yang mampu dipandangnya terlihat berantakan dengan luka di sudut bibir dan rambut yang tidak lagi rapi. Kemeja putihnya terlihat kusut dan terkena noda makanan.
"Ini udah jam satu malam dan kamu baru pulang? Kamu juga nggak ngasih kabar sama sekali!" Mamanya balas berteriak. Rambutnya tergerai sepunggung, sedangkan tubuhnya ditutupi piyama.
"Aku nggak sempat. Ini cuman masalah kecil, tapi kamu terlalu berlebihan."
Papanya terlihat menghembuskan napas lelah di saat mamanya menangis. Isakan itu terdengar begitu pilu dan sakit membuat air mata juga menggenang di mata Mardhea. Dia ikut merasa sedih meski tidak tahu sepenuhnya apa masalah yang sedang diributkan orang tuanya.
"Kalau aja kamu masih Rizal yang aku kenal pertama kali, ini bukan masalah besar. Namun, kamu udah berubah jadi pria berengsek. Aku marah bukan hanya karena diri aku sendiri, tapi juga untuk putriku."
"Mardhea maksud kamu? Jangan naif, dia juga nggak tahu apa-apa tapi kamu tetap marah, kan?"
"Memangnya salah? Istri mana yang nggak marah kalau suaminya memiliki dua rumah untuk pulang?"
Sang papa berdecak. Kemarahan seperti akan meluap keluar, tapi tertunda karena matanya menatap Mardhea yang terlihat dari luar. Rizal tersenyum kepada sang putri yang membuat Mardhea terkejut karena tertangkap basah. Sebelum menghampirinya, sang papa mengelus pundak mamanya seakan menunjukkan bahwa dia laki-laki yang pandai mengontrol emosi.
"Kita bicarakan nanti kalau kepala kamu udah lebih dingin ya, Sayang." Suara Rizal terdengar begitu lembut. "Kamu cuci muka, terus baring aja di kasur. Aku ambilin minum ke bawah."
Tidak diberi kesempatan menjawab, Rizal melangkah mendekati Mardhea. Sophia ikut berbalik, membulatkan mata ketika menyadari ada putrinya di sana. Wanita itu berbalik sebentar untuk mengusap air matanya sebelum kembali menghadapkan wajah pada dua orang yang ada di sana.
Rizal membuka pintu lebih lebar, membungkukkan badannya untuk bisa sejajar dengan tinggi sang putri.
"Anak Papa kenapa nggak tidur sekarang?" tanyanya begitu ramah.
"Dhea kebangun, terus mau minum. Tapi, denger papa sama mama marahan."
Rizal mengelus rambut Mardhea, dia kembali mengukir senyuman lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanan
SpiritualeSpin of Kalam Cinta Si Berandalan | Bisa dibaca terpisah. ........ Jika ditanya apa yang paling disukai oleh Mardhea, maka jawabannya adalah ketika bercerita atau mendengar cerita romansa islami. Kisah nyata yang terjadi pada zaman Rasulullah dimana...