H11 🪴 Hari Ulang Tahun

182 48 33
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Jum'at: 03 Februari 2023

Yang bab ini hampir 2k kata. Komen dulu sini wkwkw.

11. Hari Ulang Tahun

°HANAN°
by AayuuSR.

BERULANG kali dia menyalakan dan mematikan ponsel untuk melihat notifikasi yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BERULANG kali dia menyalakan dan mematikan ponsel untuk melihat notifikasi yang masuk. Namun, setiap kali dia mengecek hanya hembusan napas kekecewaan menjadi respons. Mardhea, gadis itu kini berada di depan mini market yang ada di komplek perumahannya. Dia masih menggunakan seragam lengkap karena belum sempat pulang ke rumah. Mardhea terlalu takut untuk pulang, belum siap jika ekspektasinya terkait sang mama kembali dipatahkan. Semenjak perceraian kedua orang tuanya memang Mardhea tidak pernah lagi merayakan ulang tahun. Dia sudah remaja, terlalu kekanakan untung dibuatkan sebuah pesta. Mardhea memahami hal itu, tapi setidaknya dia ingin di hari dia dilahirkan, orang tuanya bisa ada untuknya.

Sang mama mungkin begitu sibuk sehingga tidak punya waktu. Papanya biasa mengirimkan video ucapan selamat ulang tahun, tapi berkali-kali Mardhea memeriksa ponsel tidak ada satu pun pesan dari sang papa padahal biasanya beliau selalu menelepon tepat pukul 12 malam agar menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat. Namun, hari ini bahkan sebentar lagi akan berakhir, matahari sudah mulai redup dan akan terbenam, tetapi papanya masih belum memberikan ucapan.

Mamanya, meskipun pulang hanya untuk memperingatkan Mardhea belajar sembari membawakan kue ulang tahun, lalu pergi kembali, Mardhea tetap bersyukur. Namun, ulang tahunnya yang ke delapan belas ini benar-benar berbeda. Awan mulai terlihat gelap tapi bukan pertanda malam akan datang, melainkan hujan yang mulai turun. Mardhea menarik kakinya agar tidak basah, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri dengan kepala menunduk memperhatikan bagaimana setiap rintik hujan menyentuh bumi. Cipratan air berkali-kali mengenai sepatunya yang bewarna putih, tapi dia terlalu malas untuk bergerak menjauh.

"Pulang."

Mendengar suara itu Mardhea mengangkat kepalanya. Menatap perempuan dengan pakaian formal itu terkejut. Sang mama berdiri di depannya, memegang payung, dan juga jaket bewarna merah muda yang dipastikan adalah miliknya.

"Udah tahu hujan, ngapain nggak pulang? Mama udah nunggu kamu dari siang." Nada bicaranya terdengar ketus, tapi justru menyiratkan kekhawatiran.

Tangan Sophia melepaskan payung dan meletakkannya di bawah. Dia membuka jaket yang dibawanya, lalu memasangkan itu pada Mardhea yang masih terdiam.

"Berdiri, ayo pulang. Bentar lagi magrib, kamu belum mandi. Bau."

Mardhea segera berdiri. Dia tidak mampu menahan rasa senangnya dan memeluk sang mama. Air matanya luruh di pundak perempuan yang membesarkannya. Bagaimana pun hatinya merasa kesal dan kecewa pada Sophia, tetap saja hanya wanita itu yang dia punya dan percaya akan selalu ada. Di saat-saat seperti ini, Mardhea merasa begitu rapuh. Dia lelah tertawa dan tersenyum, sesekali dia ingin menangis di pundak seseorang sembari mengatakan bahwa semuanya terasa begitu berat.

Hanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang