Chapter 2 : Tahap Yang Gagal

5 2 0
                                    

"Carllet, aku bilang jangan memangku diriku lagi!"

Tanpa sadar aku membentak Carllet. Carllet seorang budak kelinci ini selalu memangku diriku. Dia belum memiliki pengalaman memangku, sungguh mengganggu diriku.

"T-tapi Tuan Muda, nyonya menyuruh hamba harus mengawasi anda."

Dibentak oleh diriku, wajah Carllet berubah menjadi cemas. Dia takut. Takut akan sebuah hukuman.

Seorang budak yang melanggar perintah tuannya pasti akan diberi hukuman. Hukuman yang diberikan bagaimana situasi hati sang majikan.

Aku tahu hal ini karena pernah melihat seorang budak dihukum secara publik saat Ibu dan aku pergi berbelanja ke pasar.

Sungguh dunia yang kejam. Idealismeku di dunia sebelumnya terbawa ke dunia ini. Akan tetapi, aku yang seorang anak 3 tahun tak bisa melakukan apapun dan menerima kenyataan bahwa dunia ini sangat kejam.

"Ah, maafkan aku. Bukan maksud diriku kau harus melanggar perintah Ibu. Aku hanya tak nyaman dipangku olehmu."

Baru kali ini aku menyampaikan keresahan pada Carllet.

Mendengarkan keresahan diriku, wajah Carllet terlihat pucat. Budak harus bisa memuaskan majikannya. Jika tidak, bisa saja budak itu mendapatkan hukuman.

Dulu semenjak Carllet masih baru, banyak kecerobohan yang dia lakukan sampai ayahku hampir menghukumnya. Beruntung, aku sempat menghentikan hukuman ayah pada Carllet.

"B-begini Carllet, cukup kau lihat saja aku dan jangan lepaskan pandanganmu terhadapku."

Aku tak tega melihat Carllet dihukum karena prihal kecil. Maka dari itu sebisa mungkin aku mencari cara lain yang tak melanggar perintah Ibu.

"I-itu ... Hamba mengerti, Tuan Muda."

Wajah Carllet tampak ragu. Namun, segera aku melotot padanya.

Kemudian, kami berjalan di taman halaman mansion. Cuaca yang cerah sungguh membuat hari begitu menyenangkan.

Taman yang sangat luas penuh akan berbagai jenis tanaman. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah kolam dan air mancur.

Di dalam kolam terdapat sekumpulan ikan. Ikan di sana sangat berbeda dengan ikan di bumi. Mempunyai sirip lebar dan berbagai warna menjadikannya tampak cantik.

Carllet seketika memberikan kantong makanan ikan padaku. Tanpa pikir panjang, aku mengambil kantong makanan ikan dan memberi ikan makanan.

"Arkyle, ternyata kau di sini."

Seorang pria muda tampak berusia 20 tahunan memanggilku. Memiliki wajah elegan dan tampan yang dapat memikat para wanita, dia adalah ayahku.

Arjold Dryele Kortyle bangsawan muda kelas atas dengan gelar sebagai Marquis. Tak aku sangka, aku lahir sebagai putra bangsawan Marquis.

Sebagai putra bangsawan suatu hari nanti aku akan mewarisi gelarnya. Maka dari itu berupaya aku untuk pantas mewarisi gelarnya.

"Ada apa, Ayah?"

Jarang sekali Ayah mencariku, biasanya dia sangat sibuk sampai-sampai Ibu harus mengurusi pekerjaan Ayah yang tak terurus.

"Ayah hanya ingin bertemu kamu. Sudah lama sekali Ayah tak melihatmu."

Saking sibuknya Ayah jarang sekali ada di rumah. Aku tak tahu urusan apa yang Ayah lakukan. Tetapi, itu tampaknya seperti hal penting.

Aku tahu Ayah pasti merindukanku. Bagaimanapun sesibuk apapun Ayah selalu mengirim surat pada Ibu.

Isi surat yang berisikan betapa rindunya Ayah padaku dan juga Ibu. Sungguh membuatku senang.

"Ventus."

The Side HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang