Chapter 4 : Sosok Misterius

5 2 0
                                    

Bibi Fiolda dan aku sedang mengejar Carllet yang pergi ke luar kota hanya untuk menyampaikan pesan Ayah.

Aku tahu Carllet tak bisa menunggu lebih lama lagi karena mungkin dia takut terhadap ayah. meski begitu, tetap saja Carllet harus mengikuti perintah Ibu yang tak boleh meninggalkan mansion.

Sungguh sangat merepotkan memiliki budak yang keras kepala. Bibi bilang aku harus memberikan pelajaran terhadap Carllet.

Pelajaran yang dimaksud adalah menanamkan rasa takut pada Carllet. Aku yang seorang anak berumur tiga tahun, apa yang bisa aku tanamkan rasa takut pada Carllet?

Aku tak tahu harus melakukan apa. Lagipula, aku tak mau Carllet takut padaku. Carllet sekarang bisa dianggap sebagai teman. Karena aku seorang bangsawan terkadang orang-orang di mansion selalu berjaga jarak denganku.

Meski aku seorang bangsawan, aku juga butuh seseorang di sampingku ketika tidak ada Ibu dan Ayah.

Maka dari itu aku tak mau Carllet mati atau takut padaku.

Beberapa saat kemudian, aku dapat melihat Carllet sedang berlari. Lalu, Bibi Fiolda menambahkan kecepatannya dan segera mendekati Carllet.

"Hey Carllet. Berhenti di sana!"

Hembusan angin kencang akibat kecepatan lari Bibi sepertinya tak sampai ke telinga Carllet. Carllet terus berlari tak mendengarkan teriakan diriku.

Bibi berhasil menyamai kecepatan Carllet. Aku dapat melihat wajah Carllet terkejut.

"Oy budak, sebaiknya kau berhenti atau aku akan menghentikanmu."

Bibi mengancam Carllet. Tapi itu tak membuat Carllet berhenti dan malah Carllet menambahkan kecepatan larinya.

Aku dan Bibi tanpa sadar mendecakkan lidah secara bersamaan. Bibi sangat kelihatan jelas sangat kesal. Begitu juga diriku.

"Bibi, aku minta maaf telah merepotkanmu."

Seharusnya ini tak ada hubungannya dengan Bibi. Gara-gara diriku meminta Bibi menyusul Carllet, Bibi jadi ikut dalam masalah ini. Sungguh aku minta maaf.

"Jangan pedulikan, Arkyle. Karena aku sayang padamu. Ini tak jadi masalah."

Bibi tersenyum padaku. Kebaikan Bibi ini takkan pernah aku lupakan. Aku ingat ketika masih bayi, Bibi pernah ingin menyusui diriku. Namun, itu tak berhasil karena Bibi belum ada asi.

Mengingat kejadian itu selalu membuat diriku tertawa apalagi saat melihat wajah Bibi yang heran karena payudaranya tak ada asi.

"Terima Kasih, Bibi."

Aku juga tersenyum pada Bibi. Beruntung, Ibu memiliki teman sebaik Bibi. Di masa depan aku juga harus memiliki teman seperti Bibi.

Kecepatan lari Bibi bertambah menyusul kembali Carllet yang sepertinya memaksimalkan kecepatan larinya.

****************


Karena Carllet tak kunjung berhenti. Bibi terpaksa harus menghentikan dirinya. Kini Carllet berhasil ditangkap dan Bibi mengikat dirinya.

"Nah, Arkyle. sekarang adalah waktunya untukmu memberikan sebuah pelajaran pada budak ini."

Carllet tergeletak di tanah lapangan padang rumput. Dirinya yang diikat oleh Bibi, Carllet juga diinjak kaki Bibi biar tak kabur lagi.

Melihat pemandangan ini sungguh aku tak kuasa merasa kasihan terhadap Carllet. Ingin menghentikan Bibi, tapi aku takut melihat wajah Bibi yang mengintimidasi.

"Ayolah Carllet, Kita kembali ke mansion."

Carllet tak menanggapi perkataanku. Dia menatap tajam ke arah Bibi. Telinga kelincinya yang menegangkan menandakan dia tak takut sama sekali kepada Bibi.

The Side HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang