19. konsekuensi

76 6 0
                                    

Kaito menguap lebar saat mengecek satu persatu album milik tou-san nya. Baginya, semua foto dalam album itu sangat membosankan dan sama sekali tidak membuatnya tertarik.

"Ukh... untungnya aku tidak mengecek album tou-san saat masa smp..." gumam Kaito lemas.

"Sebenarnya apa yang sedang kau cari Kaito?" Tanya Riska kebingungan melihat ilusi bar nyawa kaito berkurang setiap detiknya.

"Aku sedang mencari teman terdekat tou-san saat masa SMA dan Kuliah." Jawab Kaito yang kini kembali mengecek album semasa kuliah milih Karma.

"Tapi tampaknya, tou-san tidak terlalu berinteraksi dengan banyak orang. Setidaknya, tidak ada yang bisa aku sebut sebagai sahabat tou-san dalam foto-foto ini."

Riska mengangguk mengerti, "apa perlu aku bantu?"

Kaito menoleh. Ia menatap Riska selama beberapa detik sebelum menghela nafas pasrah.

"Ya... tolong cari siapa saja yang dekat dengan Tou-san saat masa SMA dan Kuliah. A- jika bisa dengan detail."

"Baik."

Selama Riska mencari informasi. Kaito menghela nafas panjang, ia hendak bangkit sebelum sesuatu menarik perhatiannya.

Sebuah foto yang tersembunyi di lembar terakhir.

Kaito mengambil foto tersebut dan memperhatikannya selama beberapa saat dengan pandangan bingung.

"Foto ini..."

Seketika, Kaito menyeringai.

"Ketemu."

Menyimpan foto tersebut di tempat yang aman sebelum dengan cepat menggerakkan jari-jarinya di atas keybord dengan kecepatan tinggi.

"Ini akan menarik." Gumam Kaito yang kini menoleh untuk mengecek keaadan Riska yang masih sibuk mencari informasi yang ia minta.

Ia menyeringai dan kembali fokus pada laptopnya sendiri.

"Ma, masih belum waktunya..."

.

Sementara itu di tempat Gakuroi.

.

Gakuroi menatap lembar informasi yang ia pegang dengan tatapan menyelidik yang bercampur dengan sedikit frustasi.

Informasi yang ia dapatkan dari Revano kemarin malam benar-benar emas dan sampah di saat yang bersamaan.

Gakuroi tidak tau apa yang harus ia lakukan terhadap informasi yang ia pegang ini.

Di satu sisi, informasi ini memang sangat penting dan berguna. Tapi di sisi lain, informasi ini bukanlah infomasi yang ia butuhkan.

Gakuroi menghela nafas lelah, "jika begini terus. Aku tidak akan pernah bisa mencapai kebenaran." Gumamnya lelah sambil menyimpan semua informasi itu dengan aman.

Ting!

"???"

Gakuroi berkedip saat melihat sebuah pesan dari Reina.

...

To : My best Friend Gakuroi
From : your little best friend

Pertama. Bagaimana kabarmu Gakuroi? Kau makan teratur dan istirahat dengan cukup kan?

Karena jika kau kembali ke sini dan aku mendapati kau kurus kering maka aku akan melemparkanmu kepada ibuku!

Kedua. Untuk hal-hal yang kau minta. Beberapa sudah ku dapatkan dan beberapa tidak. Mereka memiliki berbagai macam jebakan yang sulit ku lewati. Aku melampirkannya btw.

Ketiga. Aku mendapat informasi si merah itu mendatangi kakek mu Gakuroi.

Keempat. Tidak ada masalah di osis semua baik-baik saja disini, jadi kau tidak perlu khawatir Gakuroi.

Kelima. Jika kau perlu bantuan ku lagi, katakan saja ok?

(Lampiran)

....

Gakuroi memegang dagunya berpikir. Kenapa Kaito mengunjungi kakeknya?

Tidak mungkin dia mengetahuinya juga kan?

Jika iya. Apa yang akan ia lakukan dengan informasi itu? Menggunakan nya untuk menghancurkan keluarga Asano?

Ma. Jika seperti itu maka Gakuroi tidak akan membiarkannya.

Gakuroi kemudia membuka lampiran foto-foto beserta detail yang dikirimkan oleh Reina dan menelitinya dengan serius.

"Hufh... ini akan memakan waktu yang cukup lama." Gumam Gakuroi lelah sambil melirik tumpukan buku dan kertas di sisi lain mejanya.

...

Kaito menyimpan sebuah foto yang ia temukan di tempat yang aman. Ia melirik ponselnya sejenak sebelum dengan cepat kembali ke laptopnya.

Ia bermain di sana selama 20 menit sebelum berhenti karena melihat ponselnya menyala dan menampilkan Riska yang tengah tersenyum seperti biasa.

"Kaito. Aku sudah mendapatkan semuanya." Ucap riska dengan nada yabg riang.

Kaito memberinya senyuman lebar, "bagus, kirimkan semuanya ke laptopku Riska."

"Baik."

Saat transfer data tengah berlangsung. Kaito hanya diam sambil mempersiapkan 1 buku kosong, beberapa balpoin berwarna, serta pensil.

Dan saat proses menunjukkan tanda 100%. Seringai Kaito terbit seketika saat melihat Riska yang tampak kesakitan di layar ponselnya.

"Ka-Kaito... apa yang-"

"Kau tenang saja Riska, itu tidak akan membuat mu menghilang. Anggaplah...."

Kaito kali ini menunjukkan senyuman manisnya, "ini hukuman dari ku untuk mu."

Riska yang mendengar itu menatap tidak percaya kearah Kaito. Ia tidak menyangka Kaito akan melakukan hal sampai sejauh ini.

Ekspresi Riska semakin terlihat ketakutan saat menyadari layar dalam ponsel tersebut menunjukkan tanda-tanda glitch atau eror.

"Ka-kaito..." dan akhirnya layar pun menjadi hitam gelap.

Kaito menatap pantulan dirinya dari layar ponsel dengan tatapan datar. Ia melemparkan ponsel tersebut ke sisi lain mejanya sebelum kembali fokus  kepada laptonya sendiri.

Ini mungkin kejam untuk Riska. Tapi, Kaito adalah Kaito. Ia tidak akan pernah memberikan kesempatan kedua tanpa memberikan hukuman uniknya sendiri.

Dan lagi, ia sendiri masihlah anak dari  Akabane Karma. Tentu saja ia mewarisi sifat kejam dan liciknya.

Hanya saja, sifat ini ia sembunyikan jauh dari semua orang, bahkan dari orangtuanya sendiri.

"Kira-kira reaksi Gakuroi akan seperti apa ya jika aku yang terlebih dulu mengungkapkannya..." gumam Kaito tersenyum senang sambil membayangkan ekspresi dan reaksi Gakuroi mengenai semua yang ia lakukan.

"Kuso, aku benar-benar merindukannya." Gumam Kaito pelan.

.
.

🍂 To be continue 🍂

.
.

Gomen ne minna, chapter kali ini pendek. Dan aku sendiri sama sekali tidak puas dengan chapter kali ini.

Aku gak tau apa nanti aku akan memperbaikinya apa enggak.

Jadi ... gomen ne..

Ok, kalau begitu sampai jumpa di chap selanjutnya all~

.... aku merasa kemampuan menulis ku semakin menurun ....

Reoccur? || A New GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang