Bukan Pilihan

941 98 8
                                    

"Apa yang terjadi?" Boboiboy tetap berdiri di tempatnya. Sementara Kaizo berjalan mendekati jendela dan melihat ke arah luar.

"Apa Fang mencoba pergi lagi?" tanya Boboiboy.

"Tidak. Serpihan kaca nya tersebar di dalam kamar, bukan di luar. Itu artinya ada seseorang yang menghancurkan jendela kamarnya dari luar"

Tilulit! (Anggap aja nada dering jam nya Boboiboy)

"Eh, ada apa, Yaya?" tanya Boboiboy.

"Boboiboy, kau dimana? Cepat datang ke sekolah, bel masuk akan segera berbunyi"

"Yaya, tolong katakan pada guru kalau aku tidak bisa hadir hari ini" balas Boboiboy.

"Kenapa?"

"Aku harus membantu Kapten Kaizo mencari Fang, dia menghilang. Sudah dulu ya" Boboiboy mematikan panggilannya.

"Sepertinya orang yang memecahkan jendela ini memang berniat ingin menculiknya" kata Kaizo.

"Kemana kita harus mencarinya?"

"Ikuti aku, aku sudah berhasil melacak keberadaan jam kekuatannya" Kaizo bersama Boboiboy pun keluar dan mencari Fang hingga ke sekitar taman dan mereka berhenti di sebuah hutan lindung yang rimbun.

***

Sementara itu, di sekolah. Teman-teman Boboiboy sedang belajar, tapi diantara mereka, Yaya lah yang paling cemas. Karena dia mendengarnya sendiri, kalau Fang menghilang. Ini tidak mungkin perkara sepele.

Beberapa menit kemudian, bel istirahat berbunyi dan murid-murid berhamburan keluar untuk ke kantin.

"Memangnya Boboiboy tidak bilang akan pergi ke mana?" tanya Ying setelah mendengar cerita dari Yaya.

"Tidak, dia hanya bilang Fang menghilang"

"Kalau kau mau, kita minta izin saja kepada guru agar mengizinkan kita pulang untuk mencari Fang" saran Gopal dengan mulut penuh makanan.

"Ish, kau ini. Kalau begitu caranya itu sama saja kita bolos sekolah" balas Yaya.

"Hai" seseorang datang sambil membawa makanan.

"Boleh aku duduk bersama kalian?" tanya nya.

"Euh.. ya, tentu" jawab Yaya.

"Kau murid baru di kelas kami 'kan? Perkenalan, aku Ying. Ini Yaya, dan Gopal"

"Aku Fiolet. Oh ya, dimana teman kalian yang lainnya?"

"Eemm.. maksud mu, Boboiboy dan Fang?"

"Ya, mereka. Biasanya kalian selalu bersama, apa mereka tidak datang ke sekolah hari ini?" tanya Fiolet.

"Tidak, mereka.. kurang sehat, jadi.. tidak bisa hadir" Yaya mencari alasan.

"Ooh~"

Mereka menyantap makanan mereka masing-masing, hingga habis. Saat mereka berdiri dari tempat duduk, ada dua orang murid yang main kejar-kejaran, salah satunya membawa segelas minuman. Sepertinya mereka berebut minuman itu, terlihat orang yang membawa gelas mengangkat nya tinggi-tinggi. Karena terlalu banyak melihat ke belakang, ia tak sengaja menabrak Fiolet yang kebetulan lewat, sehingga minuman di gelasnya tumpah mengenai kepala atau lebih tepatnya wajah bagian atas.

"Maaf.. aku tidak sengaja. Huaaah!!" orang itu kembali berlari karena masih dikejar oleh temannya.

"Fiolet, kau tidak apa-apa?" tanya Yaya.

"Ah.. ya" Fiolet mengusap wajahnya dan sedikit mengucek matanya yang kemasukan air.

"Ya ampun" gumam Fiolet setelah menyadari sesuatu. Untung tidak ada yang mendengarnya.

"Baju mu basah. Ayo, aku temani kau ke toilet" ujar Yaya.

"Tidak usah" dengan cepat Fiolet menolak dan berlari ke toilet wanita sambil menutup mata sebelah kanan nya.

"Ada apa dengan nya? Aneh sekali" kata Gopal.

"Sejak dia pertama datang, aku juga melihatnya bersikap agak aneh. Dan hari ini, tiba-tiba dia datang dan mencoba akrab dengan kita" sambung Ying.

"Hmm.. mungkin dia serigala berbulu domba?" tuding Gopal.

"Hei, jangan berburuk sangka padanya. Mungkin dia seperti itu karena ingin berteman dengan kita" sanggah Yaya.
--
Di toilet, Fiolet membasuh wajah nya di wastafel dan kemudian memandang wajahnya di cermin. Tidak ada yang berbeda dari wajahnya. Hanya saja, salah satu matanya berwarna merah. Ya, itulah warna iris nya yang sebenarnya. Selama ini ia memakai softlens untuk menutupi warna mata aslinya.

Ia merogoh sakunya dan mengambil kotak kecil. Ia membukanya dan memasangkan kembali softlens cokelat di mata kanannya.

***

"Sinyal nya berhenti di sini. Dia pasti tidak jauh dari sini" ujar Kaizo.

Mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling hutan, tapi mereka tidak menemukan siapapun di sana. Hingga CTEEK!! mereka mendengar suara ranting patah, tidak, bukan! tapi ranting yg sengaja dipatahkan. Mereka mencari ke asal suara.

"Fang?" mereka melihat Fang duduk santai di bawah pohon sambil mematahkan ranting.

"Fang, apa yang kau lakukan di sini?" Tunggu tunggu! Bukankah Fang diculik? Lalu bagaimana dia bisa berada di sini? Dalam posisi duduk bersantai. Apa Fang yang memecahkan kaca jendela nya sendiri? Tapi.. itu tidak mungkin. Aneh.

Fang hanya tersenyum miring tanpa melihat ke arah mereka, sambil terus mematahkan ranting-ranting yang ada.

"Fang, jawab aku! Apa yang kau lakukan di sini?" Kaizo mengulangi pertanyaannya, sehingga Fang berhenti dan menoleh ke arah mereka.

"Kenapa? Bukankah sudah kukatakan kau tidak perlu mengurus ku lagi. Sudah cukup kau memperlakukan ku seenak mu. Sudah cukup aku menjadi mainan mu selama ini. Aku tidak akan pernah mau kembali ke kehidupan ku yang dulu. Karena bagiku, semua itu hanya angin lalu, dan tidak akan ku simpan dalam memori ku" tegas Fang, dan wajah datarnya berubah menjadi penuh amarah.

"Apa yang kau bicarakan, Fang? Dia ini kakak mu! Kenapa kau.."

"Diam! Jangan ikut campur urusan kami!" Fang memotong ucapan Boboiboy.

"Jika kau ingin mengetahuinya, tanyakan saja padanya" Fang menatap tajam ke arah Kaizo.

"Tanyakan padanya, bagaimana dia memperlakukan ku selama ini, bagaimana dia menyiksa ku selama ini, bagaimana caranya membuat ku menjadi budaknya. Tanyakan padanya!" Fang kini telah berdiri tegap di hadapan mereka.

"Apakah setelah mencoba membunuh ku, dia masih layak disebut SEBAGAI SEORANG KAKAK?!" bentak Fang.

Kaizo tertegun. Ia terdiam sejenak. Merenungi setiap perbuatannya selama ini. Apa memang benar ia telah berbuat seburuk itu pada adiknya? Apa ia memang tak pantas? Tapi, dia sudah berusaha sebisa nya untuk memperbaiki segala kesalahannya dahulu, lagipula Fang sendiri kan yang sudah memaafkan nya tahun lalu? Kenapa sekarang malah Fang yang tidak mau mengerti?

"Jika saja dulu aku tidak sepolos itu, aku lebih memilih untuk tetap berada di rumah bersama ayah dan ibu. Akan lebih baik bagi ku jika aku terbunuh bersama mereka daripada harus hidup bersama mu! Itu 'kan yang kau mau?!" bentak Fang, lagi.

"Baiklah! Kalau kau ingin pergi silahkan saja! Aku tidak perduli!" balas Kaizo sambil melangkah pergi meninggalkan Fang, yang kemudian diikuti oleh Boboiboy.

"Kau tau? Ini semakin membuatku tidak menyukai mu" gumam Fang sambil tersenyum hambar.

---

"Kapten, kenapa Kapten bicara seperti itu padanya? Kenapa Kapten tidak bicarakan ini dengan kepala dingin? Kenapa Kapten malah semakin membuat Fang marah?" tanya Boboiboy sambil terus berjalan membuntuti Kaizo. Tapi nampaknya Kaizo tak peduli.

"Maafkan aku, Fang. Tapi ini demi kebaikan mu. Aku sudah terlalu sering menyakiti mu. Benar, semua ini salahku. Sekarang, biarkan aku membuat mu membenci diriku" batin Kaizo sambil menahan air matanya.

BERSAMBUNG...

Before You Go [KaiFang Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang