Pengejar-5

235 23 21
                                    


Semua itu pasti akan berubah
Entah kapan namun itu pasti
Siap tak siap harus di hadapi
Walau ku hanya bisa berpasrah
______________________________________

Hari pertama cup sekolah. Opening nya sih meriah banget. Banyak pengisi acara nya, tapi bagi gue semua nya sepi.

"Keren ya Na marching band nya," kata Agatha.

Kayaknya ada sesuatu yang kurang, kayak es krim gak dingin.

"Oi Na, di ajak ngomong juga!" kata Agatha lagi sekaligus mengguncangkan bahu gue buat gue kembali ke alam nyata.

"Ha, apaan?"

"Ish bodo dah," wahai sahabat gue yang sabar ya, lo sabar-sabar ya sama gue.

Wait...

Itu Jerico? Kenapa dia bareng kak Monica? Apa hubungan mereka? Mereka kayaknya deket banget, lah gue? Gue apaan?

Faktanya, gue memang bukan siapa siapanya Jerico.

Dia ngeliat gue.

Dia

Ngeliat

Gue.

Gue liat mata dia...

Rasanya kayak mau berhentiin waktu, pengen liat dia aja terus...

Rasanya nyaman, padahal dia ga di samping gue, radius beberapa meyer di sana...

"Oi Lunaaa!! Lu dengerin gue cerita ga sih?"

"Hah? Lo cerita apaan?"

"Astaga Anastasia Lunetta! Gatau ah!"

"Yaa elah, udah ayo cerita kuping gue udah siap mendengarkan cerita dari Tuan Puteri, siap, hayati siap!"

"Ish lo mah!"

"Ya jadi si Aldo manis banget, dia..."

Agatha pun cerita tentang kedekatan dia sama Aldo. Cerita betapa Aldo sangat sangat baik, manis, idaman.

Ni anak udah di sakitin, bilang udah move on tapi masih kayak gini. Dasar manusia gamon. Gagal move on.

"Yaela Tha, Aldo lagi Aldo lagi,  ga move on move on. Emang dia pantes dipertahanin? Dia abis nyakitin lu, masa terus berharap?"

"Bagi gue, dia pantas di perahanin karna gue terlalu sayang," kata Agatha yang ngebuat gue diem.

Pertahankan apa yang pantas untuk di pertahankan.

Hari-hari cup sekolah berlangsung biasa aja, karena ini emang bukan tahun-nya-kita, ngerti kan kayak kalo tiap cup atau acara sekolah pasti yang paling nikmatin itu kelas tiganya, jadi sebagai anak kelas satu yang masuk sekolah aja ngumpulin niatnya seabad gue biasa aja.

Selanjutnya hari-hari biasa, eh engga, luar biasa, tugas numpuk, ulangan tiap hari, sehari tiga kali lebih tepatnya. Ulangan serasa makan, tiga kali sehari.

Yaa, mau gimana lagi dikit lagi Ulangan Akhir Semester, mirip-mirip sama mau tempur lah...

"Hei!" kata Kei yang tiba-tiba nyamperin gue, muka dia kayak gimana gitu...

"Kenapa Kei?"

"Lu lagi ada masalah ?"

"Engga,"

"Emangnya muka gue penuh masalah?"

"Engga juga sih..."

"Capricorn Connetion kita gagal nih," kata Kei dengan muka kita-gagal-capricorn-connection miliknya. Muka yang sebenernya ga bisa gue deskripsikan dengan kata-kata

Oh, capricorn connection itu cuma bikin-bikinan gue sama Kei, gara-gara bintang kita sama, jadi sok-sok bisa baca isi hati satu sama lain.

Kalo hati doi, kapan bisa gue baca ya?
"Lo Kei? Lagi ada masalah?" tanya gue mencoba capricorn connection, sebenernya pas nyapa gue dengan mukanya yang beda dari biasanya itu, dia kayak sedih...

"Gapapa, gue biasa aja."

"Yakin?" kata gue sok-sok mengintrogasi, padahal gatau apa-apa.

"Gue bener-bener biasa aja, gak ada masalah, apa lagi cuma karna cowo!"

"Emang gue bilang masalah lo tentang cowo? Bohong bego, ayok Capricorn connection nih!"

Bintang kita yang sama membuat kita yakin kita punya connection satu sama lain.

Percaya atau tidak tapi itu faktanya.

Akhirnya dia cerita kalo dia lagi suka sama cowo, kakak kelas juga...

"Yaa, gimana lagi, namanya juga penasaran..." dengan muka sedih ala Kei.

"Yaa, lo lagian jadi anak, hyper active banget sih Kei, gimana ya? Duh bingung gue mau ngomongnya gimana."

"Ya, lo tau kan gue orangnya gini, masa demi cowo, gue harus berubah? Jadinya yang dia suka bukan gue yang apa adanya dong?"

"Lu kenapa sih harus milih dia?" Sambung gue dengan suara pelan.

"Maksud?"

"Yah, kenapa lo harus suka sama dia?"

"Entah, hati gue milih dia. Gue juga gatau kenapa,"

Kei? Ini beneran Kei?

"Oh, engga deng gue suka gara-gara dia mirip Nicholas Saputra."

"Bodo amat!"

Gila ini marathon, serius ah ini banyak amat yang musti di siapin,jadi nyesel pilih marathon.

Waktu berlalu seperti kecepatan cahaya.

Lebay, tapi gue berasa baru MOPDB, masa orientasi peserta didik baru, dan sekarang ? Calon anak kelas 11.

"Ya udah ini pada kasih instruksi dulu jadi..."

Sejujurnya nih, gue ga dengarin apa yang Kak Lia bilangin. Apa pernah mata lu ga perlu mencari tapi kayak langsung nemu dia ada dimana?

Jerico.

Orang yang paling gue, gue apain ya? Gatau. Gue suka bingung gitu, kadang kayak suka banget, kadang biasa aja, kadang bodo amat. Gue yang lagi berusaha buat lupa sama perasaan aneh yang entah cocoknya gue sebut apa, antara suka tapi ga suka-suka banget, sayang tapi ga sayang-sayang banget, dan yang jelas ga mungkin cinta.

"Okay, ready. Go"

Tiba-tiba permainan udah mulai. Kita di suruh mencari misteri box dan di dalamnya ada huruf untuk menyusun kata. Yaa, itu kata Agatha sih yang ngejelasin ke gue dengan muka kesel dan ngomel-ngomel.

Permainan pun selesai, dengan lama dan bertele-tele, entah panitia yang sembunyiinnya jago, atau kita yang, ah sudahlah.

"Luna"

"Apa?"

"Lu kok bengong mulu sih? Kenapa? Itu beresin dulu yok, pada buang sembarangan dah kampret,"

Hari pertama classmeeting selesai dengan kecapekan yang haqiqi. Gue tiduran sambil mikir...

Bagian tubuh mana yang bikin lo jatuh hati ke seseorang?

Pernah ga lo liat ke dalam mata seseorang? Mata itu ga bisa bohong.

Matanya indah, bukan warna biru atau hijau, abu abu atau hitam legam, hanya coklat tua, tapi bening seperti mutiara, dan indah seperti permata.

Anjayy.

Setelah sekian lama, gue akhirnya liat lagi mata itu. Mata. Tapi berjuta rasa.

Gue rasa, gue jadi pengejar mulai hari ini..

Lunetta: Hai

Jerico: Yo

Pengejar MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang