Kelana 2

14 2 0
                                    

"Takdir yang menuntunku untuk mengenalmu," - Jane

"Takdir yang menuntunku untuk mengenalmu," - Jane

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto diambil ketika kusadari kita tetanggaan

Setelah masa pengenalan di ekstrakulikuler kesenian berakhir, kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya akan menampilkan kesenian pada acara peringatan hari ulang tahun ekskul ini. Kakak kelas memberikan kami waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan segalanya.

Event ini merupakan acara setahun sekali, sehingga apa yang akan kami tampilkan haruslah maksimal. Setiap kelompok memiliki anggota berjumlah 8-10 orang. Termasuk kelompokku, sesuai dengan perintah kakak kelas. Aku masuk dalam kelompok 2 yang beranggotakan 10 orang. Karena berhubung di ekskul ini laki-laki nya limited maka kelompok 2 pun hanya ada 1 laki-laki. Namanya Lana, karena berbeda dari anggota yang lain tentu saja día menjadi pusat perhatian.

Entah kebetulan atau apa, ternyata rumah aku dan Lana itu satu daerah. Kami di Perum yang sama hanya berbeda blok, día blok B sedangkan aku Blok E. tapi kami tidak pernah mengetahui satu sama lain sampai pada kelompok ini.

Demi penampilan yang maksimal maka kami pun harus segera merencanakan akan menampilkan apa. Mulai dari diskusi yang monoton karena sama-sama tidak tahu harus berbuat apa sampai pada perdebatan kecil. Akhirnya kami memutuskan untuk menampilkan drama musikal dengan anggota berjumlah 10 ini.

Sudah kukatakan diawal cerita ini bukan bahwa Lana merupakan sosok yang sempurna. Ya, Lana yang ku maksud adalah día. Pertemuan yang berawal dari kelompok ekstrakulikuler. Setelah mendapatkan naskah yang akan kami tampilkan nanti ternyata kami beberapa kali latihan. Kadang di kelasku, kadang di kelas teman yang lain sampai pada mendekati hari H kami terus berlatih meskipun tidak terlalu memuaskan menurutku.

Selama itu pula aku kadang chating dengan Lana untuk berkonsultasi mengenai drama yang akan kami mainkan. Mengobrol dengan Lana walaupun hanya sekadar chating itu mengasyikan, karena setiap día mengerim pesan pasti diselingi dengan candaanya. Chating atau bertemu tatap muka pun kami lakukan sampai pada waktu ulang tahun ekskul kesenian. Ya, meskipun aku yang memulai chat dengannya.

Besok adalah waktunya kami untuk menampilkan apa yang telah disiapkan. Tapi, kabar buruk hinggap di telingaku kala dua temanku memutuskan untuk tidak melanjutkan di ekskul ini. Tak apalah itu hak mereka tapi yang menjadi masalah kali ini adalah mereka merupakan pemeran utama dalam drama yang akan kami tampilkan. Untuk mengganti pemain rasanya itu akan sulit dan membutuhkan waktu yang lama sedangkan waktu yang tersisa kurang dari 24 jam.

Temanku yang lain tentu sama merasa kebingungan dan khawatir tentang hal ini sampai salah satu dari kami menyarankan untuk mengganti rencana. Bukan drama yang akan kami tampilkan, melainkan sebuah pertunjukkan tari. Sebenarnya aku tidak pandai menari, tapi karena lebih dari separuhnya setuju maka kami putuskan untuk mengambil rencana baru tersebut.

Karena waktunya tidak lama lagi tentu kami harus berlatih ekstra sampai besok. Mau tak mau kami berlatih sampai langit gelap. Rasanya baru kali ini aku pulang ketika langit sudah gelap. Karena tidak memungkingkan untuk berlatih di sekolah maka kami berdelapan memutuskan untuk berlatih di kostan temanku yang bernama Lysti. Dengan senang hati dia menerima kedatangan kami.

Karena tidak ingin mendapatkan pandangan buruk dari orang maka Lana memutuskan untuk menunggu dan berlatih di luar ruangan sendirian. Maklum saja karena ini berupa kamar yang ukurannya tidak lebih dari 3 x 3 meter maka tidak enak jika harus ada sosok lelaki dalam ruangan bersama tujuh perempuan.

Adzan isya telah berkumandang dan kami memutuskan untuk mengakhiri latihan dan segera pulang untuk istirahat. Sebenarnya aku tidak memiliki ide apapun tentang bagaimana aku akan pulang. Karena angkutan kota pasti sudah tidak ada pada jam ini.

Sampai akhirnya kami – Aku dan Lana- memutuskan untuk pulang bersama, ternyata dewi fortuna masih memihak pada kami. Oh ya, kami tidak hanya berdua tapi ada juga Cita dan Tiara yang pulang bersama. Cita merupakan teman sekolompok kami dan Tiara menunggu untuk pulang bersama. Mungkin sekitar lima menit ada angkutan umum yang lewat, kalo di kotaku namanya Keri. Ini semacam mobil yang di design agar masuk sampai 10 orang.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, Dewi Fortuna sedang memihak pada kami. Supir keri ini berbaik hati mengantarkan kami untuk lebih dekat pada tujuan. Di dalam mobil aku hanya melihat sekali Lana yang sedang membetulkan kacamatanya. Selebih itu aku tidak memperhatikannya lagi. Perjalanan sekitar 15 menit telah kami lewati, karena waktu sudah malam juga maka kami memutuskan untuk melewati jalur yang aman untuk semuanya. Pertama kami mengantarkan Cita sampai depan gang rumahnya, kemudian Lana yang turun duluan, dan terakhir aku dengan Tiara. Aku dan Tiara itu tetanggaan mungkin hanya berjarak sekitar lima rumah saja.

Sampai di rumah mama menanyakan kemana saja aku sore tadi dan kujelaskan secara rinci dan cepat. Karena aku ingin cepat-cepat merebahkan tubuhku pada kasur kesayanganku. Setelah membersihkan badan, aku segera memberikan istirahat pada tubuhku. Tapi sebelum menutup mata, aku sempatkan untuk cek handphoneku, siapa tahu ada chat. Benar saja, ada satu notifikasi dari Lana.

From : Lana

"Assalamualaikum Jane, udah sampai rumah?"

To : Lana

"Waalaikumsalam, udah,"

From: Lana

"Oke, syukurlah, selamat tidur."

Membaca pesan itu bukannya tidur aku malah senyum-senyum sendiri, dasar gila. Tapi Lana memang seperti itu kepada semua orang. Jadi, jangan terlalu berbesar rasa, semua harus pada porsinya masing-masing.

Karena waktu sudah malam dan besok harus fit, maka kuputuskan untuk tidur setelah membaca pesan día. Tapi sebelum itu, aku balas pesannya sama persis dengan dua kata terakhir pada kalimatnya.

**

Maka, kisah ini akan selesai pada titik dimana ketika mengenangmu rasanya sudah tidak sesakit dulu.

LANA DAN JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang