Hidup bukan hanya tentang cinta, tapi juga persahabatan
-
Setelah kejadian pulang bersama itu tidak ada lagi hal apapun yang terjadi antara aku dan Lana. Aku menjalani rutinitasku seperti biasa, berangkat sekolah dan bertemu dengan kawan-kawan. Oh iya, teman sebangkuku, Lala, kini día tidak jomblo lagi, día sudah punya pacar. Sedangkan aku? Tentu belum karena masih menunggu pangeran untuk menjemputku. Lelucon sekali.
Lala jadian dengan salah satu teman sekelas kami, namanya Iki. Ya, entahlah mereka jadi bisa jadian aku tidak menyangka hal itu akaa ada secepat ini. Sebagai sahabat aku tentu sangat senang mendengarnya. Karena waktu itu Lala pernah putus gara-gara aku, tapi sekarang día sudah memiliki pengganti mantan yang sebelumnya.
Hari-hari kami lewati seperti biasa, namun, kurasa Lala kini mulai tidak seasik ketika waktu SMP. Día jarang cerita dan sering memendam semuanya sendiri, mungkin memang masalah itu tidak bisa dibagikan kepadaku. Meskipun begitu aku memakluminya, ketika berangkat dan pulang día selalu diantar jemput olelh Iki, jadi mereka pasti datang bebarengan.
Karena kurasa sebangku dengannya sudah tidak seasik dulu, dan kita jarang bicara. Bahkan hampir seharian kita tidak bicara apapun, padahal dulu apapun selalu kita bagi bersama, tapi tidak sekarang. Jadi kuputuskan untuk pindah tempat bangku. Dengan seseorang yang duduk dengan Iki. Namanya Ali, jadi kini aku duduk dengan Ali dan Lala duduk dengan Iki.
Karena kini Lala duduk dengan Iki, jadi tentu akupun gabung dengan yang lain untuk bercerita atau berceloteh ria. Karena hari ini jumat maka rutinitas anak di kelasku adalah jajan bakso. Di kantin memang ada bakso dan rasanya enak, harga murah serta porsinya cukup besar. Cocok untuk anak SMA bukan?
Jadi kuputuskan untuk membeli semangkuk bakso bersama temanku yang lain, kami berlima, Vella, Zia, Caca, dan Sekar. Seperti biasa, pasti hari jumat kantin akan selalu penuh dengan anak-anak. Mereka tidak langsung pulang, karena akan melaksanakan ekskul terlebih dahulu. ya, termasuk aku, jadi kemungkinan hari ini aku akan kembali bertemu dengan Lana lagi.
"Yakin kita mau ngantri beli bakso?" Kutanya temanku yang lain, karena aku ragu, aku tidak suka mengantri berdesak-desakan.
"Yakinlah, lagian kita ambil langsung aja mangkuknya, kita layani sendiri," jawab Caca dengan diiringi tawa diakhir.
"yaudah ayo" aku berlalu sambil mulai mencari mangkuk di tempat piring. Dekat wastafel yang ada dekat gerobak bakso.
Ini benar-benar gila, semua mangkuk habis dan tidak ada yang tersisa. Namun, terlihat mangkuk kotor yang ada di wastafel. Kami berlimapun dengan kompak mengeluh, sudah lapar tapi mangkuknya tidak ada.
"mangkuknya juga abis woy" sahut aku keempat temanku ini.
"ya gimana lagi, yaudah aku cuci bentar dulu ya" Ujar Zia, día emang yang paling rajin diantara kami berlima
Meskipun sebagian orang akan merasa jijik ketika mencuci mangkuk bekas orang lain, tapi karena sudah lapar, apapun akan kami lakukan. Mencuci mangkuk bekas bakso adalah rutinitas yang dilakukan ketika mangkuk bersih sudah habis. Tapi tidak hanya kami, anak jurusan lainpun sama. Demi mendapatkan mangkuk mereka memberanikan diri untuk mencuci mangkuk kotor di wastafel.
"Zia emang yang paling rajin deh daripada Jane" Ujar Vella sambil sedikit melirik kearahku.
"Hey, enak aja ya, Jane juga rajin ya, kalian gak pernah liat sih Jane kalo di rumah ngapain." Tak ingin kalah dengan apa yang dikatakan oleh Vella.
"Emang ngapain ne?" kini Sekar ikut menanggapi percakapan kami.
"yaa, rebahan aja sih sambil main HP, hehe" aku mengacungkan dua jari sebagai tanda peace. Sedangkan temanku yang lain malah menoyor darhiku.
"Yeee, pantesan aja si doi gak mau sama kamu, wong kerjaannya juga rebahan," Caca menanggapi dengan tangannya sibuk dengan mengelap mangkuk yang basah.
"hidupkan harus saling melengkapi, jadi doi rajin aku rebahan, sempurnakan" sahutku
"Mana ada gitu begee" Caca tak mau kalah
Kami berempat menanggapinya dengan tertawa, karena lima mangkuk kini sudah tersedia bersih oleh tangan Zia. Tentu saja kita berterima kasih kepada Zia, día sudah seperti ibu saja. Oke, waktunya kami mengantri untuk mendapatkan seporsi bakso.
Yang paling kusuka dari bakso ini adalah pedagang menyediakan bawang goreng yang banyak. Sehingga kamipun dapat mengambil sepuasnya, tentu saja dengan batas wajar yang harus kami sadari, selain itu, sambalnya sungguh enak, bahkan terkadang aku mengambil sampai lima sendok makan. Meskipun setelahnya pasti sakit perut.
Karena yang lain belum mendapatkan mangkuk maka kami berlima harus pandai-pandai untuk mendapatkannya. Di antara kami berlima yang paling jago dalam hal menyelinap adalah Sekar dan Caca. Jadi inilah saatnya mereka beraksi, Caca sudah berada paling depan dekat dengan panci dan menyodorkan mangkuknya ke pedagang bakso ini. ya kami manggilnya Si Emang, diapun mulai memasukkan bakso yang dipesan oleh Caca.
Setelah mangkuk Caca penuh kini mangkuk yang ada di tangan Sekar beralih di tangan Caca dan selanjutnya di isi bakso. Kemudian mangkuk ku, Zia dan Vella secara bergantian di dekatkan oleh Caca ke panci agar memudahkan Si Emang mengisinya. Begitu semua mangkuk terisi kini Caca beralih mundur.
Oh iya, kita tentu saja bagi tugas. Karena tadi Zia sudah mencuci mangkuk dan kini sudah stay di meja, Caca dan Sekar mengisi bakso, kini aku dan Vella mengelilingi warung lain untuk membeli minuman. Seperti biasa minuman favorit kami adalah tea jus gula batu. Karena harganya murah, Cuma seribu. Mungkin di kota besar kalian tidak akan mendapatkan minuman dengan harga begitu murahnya.
Setelah mendapatkan minum aku dan Vella bergegas menuju meja yang telah ditempati oleh Zia dan sudah ada lima mangkuk bakso tersaji di atas meja. Saatnya kita makan.
Karena hari jumat, maka semua lelaki melaksanakan salat jumat di masjid sekolah termasuk Lana. Sehingga di kantin kali ini aku tidak bertemu dengannya. Tapi kupastikan nanti pasti kita akan bertemu.
"Eh kalian sekarang ekskul kan?" Caca bertanya dengan sendok bakso yang ada di depan mulutnya hendak dimasukkan.
"Yoi, hari ini kan aku mau ketemu doi' jawabku dengan enteng.
"Ekskul Ca, tapi males pasti ditanyain tanda tangan' Vella menjawab dengan sedikit malas.
"makanya kalian kalo di ekskul harus punya doi dong, biar semangat terus ekskulnya hahah" aku menjawab pernyataan dari Vella.
"percuma ada doi kalo dianya gak peka" Sekar yang jarang bicara menimpali pernyataanku dengan kalimat yang mampu tembus sampai jantung.
"shit" mereka berempat malah tertawa mengejekku, memang ya sahabat laknat.
------------
Mereka mampu menghapus segala kesedihan dan kegundahan yang ada dihatiku, selalu ada dalam keadaan apapun. Aku menyayangi mereka dengan segala yang ada pada diri mereka dan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANA DAN JANE
Teen FictionSejauh apapun aku melangkah untuk menjauhimu, titik terakhirku selalu berbalik lagi padamu. Lana, sosok sempurna dimataku, sulit sekali mencari kesalahan darimu. Sulit sekali rasanya untuk tidak mengetahui kabarmu, sulit rasanya jika semua hal harus...