27+

1.4K 132 40
                                    

Pria itu tampak menggandeng dua bungkus kantung plastik besar. Karena sejak pagi tak tau ingin melakukan apa. Jeno memilih pergi ke swalayan terdekat. Berbelanja cemilan dan minuman untuk mereka.

Di pukul delapan pagi tadi, Jaemin belum bangun dari tidur nya. Entah apa di jam yang menunjukan pukul dua, pria itu sudah bangun. Jeno yakin Jaemin akan pusing hebat setelah mabuk semalam.

Pintu utaman villa itu ia buka. Berandai andai apakah Jaemin sudah terbangun dari tidurnya. Kalau iya, pria itu pasti sangat kelaparan saat ini.

Setelah masuk, Jeno tersenyum kecil karena ternyata mendapati Jaemin terduduk di sofa ruang tengah. Tampak berdiam melamun sendirian.

Jeno meletakan dua kantung plastik itu di meja. Berniat selanjutnya menyapa pagi Jaemin yang sayangnya sudah di pukul dua siang. Namun sepersekian detik saat ia menoleh. Jaemin sudah di hadapan nya. Menatap nya dengan wajah yang tak bisa diartikan.

PLAKK!

"Brengsek lo!"

Teriakan itu diterima Jeno tiba tiba. Membuatnya sukses terkejut. Sial, apa Jaemin ingat dengan hal yang terjadi semalam?

"Jaem, tunggu...gue bisa jelasin. Semalem itu lo–" Ucap Jeno berusaha menenangkan Jaemin

"Siapa yang suruh lo ikut campur urusan keluarga gue! SIAPA?!"

Jeno yang tadinya ingin menjelaskan mengenai semalam terdiam sejenak. Sepertinya ada hal lain yang Jaemin permasalahkan.

Disana, Jaemin tampak memegang ponsel Jeno. Mengarahkan kepada wajah pemilik nya dimana roomchat terkahir dengan Renjun tertera. Benar, Jeno ingat tak membawa ponsel nya saat berbelanja tadi. Tapi mengapa Jaemin bisa mengetahuo hal itu

"Handphone gue?"

Jaemin tampak tertawa remeh. Dengan nafas nya yang menderu karena marah mrnguasai.

"Kenapa? Bingung? Atau takut kalo gue tau lo ngerahasiain sesuatu dari gue?" Ucap Jaemin mendesak

"Tunggu Jaem. Ini gak kayak yang lo pikirin. Jangan salah sangka dulu" Ucap Jeno

"Stop bikin gue keliatan kayak orang bego Jen! Suka lo? Seneng kan lo bisa bohong di belakang gue?"

"Jaemin dengerin gue dulu!"

"Lo yang dengerin gue!"

Jaemin menarik kerah Jeno. Menatap wajah itu dekat dekat.

"Jaem..."

"Maksud lo apa sekongkol sama Kak Renjun hah! Lo selama ini selalu ngelak soal hubungan lo sama dia. Kenapa sekarang justru kalian berdua nusuk gue dari belakang. Puas lo?"

Jeno hanya terdiam. Ia bisa melihat bagaimana amarah menguasai Jaemin saat ini. Bahkan menjelaskan pun rasanya enggan di dengar oleh pria di hadapan nya ini

"Puas kan lo! Mau apa lagi lo berdua sekarang?"

"Jaem please. Lo harus dengerin gue, gue gak bermaksud jahat. Kak Renjun minta tolong juga demi kebaikan lo"

"Hhh...kebaikan gue? Tau apa lo soal kebaikan gue? Jangan sok deh ya. Lo bukan siapa siapa"

"Gak gitu Jaem. Gue juga bantu lo karena–"

"Karena apa?! Karena lo kasihan kan sama gue? Gue gak butuh dikasihanin sama lo!" Jaemin mendorong tubuh Jeno. Membuat pria itu mendapat beberapa langkah mundur

"Bukan itu Jaem. Gue gak bermaksud ngasihanin lo"

"Lo buta apa bego? Jelas jelas lo ngetik sendiri dan bilang ke Kak Renjun 'ah kasihan Jaemin' disana. Lo buta?!"

𝙉𝙊𝙈𝙄𝙉 | 𝙈𝙔 𝙇𝙊𝙑𝙀𝙇𝙔 𝙅𝙀𝙍𝙆 [𝘼𝙐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang