1.7K 280 21
                                    

Jisung mengerang, menggeliat di atas tempat tidurnya ketika merasakan sinar mentari yang masuk dari tirai jendela kayu. Dia melirik ke sebelah, menghela napas sebentar ketika merasakan kekosongan di tempat tidurnya. Dia terlambat, istri macam apa dia tak bangun untuk mengantarkan suaminya melaksanakan titah raja ke negeri orang. Tidak... Chooson adalah negaranya.

Kejadian semalam merasuk dalam pikirannya. Jisung mengutuk kesalahan di malam pertamanya. Dia menangis semalaman, dia menangisi sesuatu yang sebenarnya wajar untuk dia tangisi. Tapi yakinilah, dia sekarang seperti orang bodoh menyesalinya. Minho –Bang Minho tidak pernah menyentuhnya hanya mengecupi wajahnya dan bingo! Dia sukses menangis, lalu Minho memeluknya erat sepanjang malam.

Intinya...

Jisung gagal merasakan malam pertamanya.

Sepertinya ada yang perlu diralat. Jisung gagal melakukan kewajibannya.

Jisung bangkit, melangkahkan kakinya ke cermin yang berwarna kekuningan. Pantulan dirinya terlihat di sana. Dia meraba rambutnya yang pendek—tidak lazim untuk zaman ini—dan itu berwarna coklat membuatnya sangat berbeda. Tahu begini, takkan dia cat rambutnya. Tangannya bergetar dan menyentuh cermin di hadapannya. Bola matanya yang kecoklatan juga terlihat berbeda—mata yang bisa melihat. Mata yang berbeda dengan milik Han yang asli.

"Han ge!!" pekikan di luar kamarnya membuat Jisung tersentak, dia memakai jubah suteranya dan membukakan pintu. Terlihat sosok lebih tinggi darinya—Hyunjin sedang menunjukkan cengirannya sambil menggaruk belakang kepalanya agak gugup. "Kakak ipar, apa aku menganggu tidurmu?"

Jisung tersenyum, "Tentu tidak, aku sudah bangun sedari tadi."

"Ahh... baguslah, ayo kita makan!" ujar Hyunjin menarik lembut tangan Jisung dan membawanya ke ruangan makan keluarga Bang. Di sana sudah terlihat seluruh anggota keluarga kecuali suaminya dan Tuan besar Bang. "Makanlah dulu, Han!" Seungmin—sang nyonya besar menyodorkan semangkuk nasi panas pada Jisung.

Jisung menerima mangkuk itu sesaat setelah dia mendudukkan dirinya di samping Jaehyun, adik ipar keduanya yang harus diakuinya sangat tampan. "Kalian baik baik saja?" Jisung sedikit heran ketika melihat Changbin dan Jaehyun yang terlihat kesulitan memakai sumpit mereka.

Seungmin hanya menghela napas maklum, "Mereka menjalani hukuman dari Minho semalaman, tidak heran jika tangan mereka susah di gerakkan," ujar sang ibu menjelaskan.

Yeji menatap sedih pada Changbin dan Jaehyun, kasihan tapi membantu keduanya sama saja membuat Kakak tertua mereka semakin marah. Meskipun Minho tak berada di sana. Hyunjin, Jeongin dan Yongbok memilih meletakkan sumpit mereka, sama sekali tak berniat makan dan menunggu Jaehyun dan Changbin memakan sesumpit nasi mereka kemudian mengikuti cara makan keduanya. Bukan kompak—melainkan ingin merasakan hal yang serupa. Kakaknya kurang adil karena mereka bertiga hanya dikenakan hukuman 3000 kali ayunan sementara Jaehyun dan Changbin harus 5000 kali.

"Kami tidak apa-apa makanlah!" ungkap Changbin dengan tawanya yang menenangkan—persis seperti sang ibu yang kini kembali menikmati makannya. Jisung mengerti tentang peraturan keluarga ini, dan anak sulung lebih di dengar dari pada sang ibu.

"Jaehyun, buka mulutmu!" perintah Jisung menyodorkan sepotong daging di sumpitnya ke depan mulut adik iparnya.

"Eh? Kakak ipar, kau—"

"Da ge akan sangat marah kalau kau membantu salah satu dari mereka," Hyunjin mengungkapkan masalahnya.

"Da ge bilang ini agar membuat mereka lebih memperhatikan sikap," sambung Jeongin ketika Jisung menatap Hyunjin tajam.

"Aku akan bertanggung jawab" ujar Jisung enteng dan menyuapkan Jaehyun sepotong daging di tangannya secara paksa. Dia menyuapkan Changbin setelahnya, kemudian tersenyum dengan sangat manisnya. "Kalian harus makan, kasihan ketiga adik kalian yang harus mengikuti cara kalian makan dan menanggung lapar" sindir Jisung pada Hyunjin, Jeongin dan Yongbok yang kini tertawa canggung.

7 General from Bang Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang