"Kita sudah tidak punya pilihan lagi, Jendral" Jaehyun menepuk meja di hadapannya. Dia terus memohon agar seluruh mayat prajurit di bakar. Kota Meng Tien sungguh seperti penjara mengerikan bagi mereka dan prajurit Han. Mereka terserang penyakit diare yang mengerikan yang membuat satu per satu meninggal karena tak mendapat pertolongan yang pantas.
"Baba, lakukanlah! Kita harus menyelamatkan sisa yang lain. Mayat yang lain akan menambah penyakit," sahut Minho. Chan masih diam, dia menatap salah satu buah hatinya yang terlihat tertidur dalam damai di ruangan itu. "Tapi ahbu kalian belum melihatnya untuk terakhir kalinya. Adik kalian harus di tanam di ibukota sebagai pahlawan."
"PERSETAN DENGAN PAHLAWAN!!" pekik Changbin. Dia sudah lelah. Dia sangat lelah menunggu bantuan yang tak juga datang. "Baba, pasukan itu takkan pernah datang! Kita di buang oleh Han!"
"Jaga kata katamu Bang Changbin!" gertak Chan. Changbin mengatur napasnya, padahal dialah seseorang yang paling berkepala dingin di antara saudara saudaranya.
"Surat balasan dari Han telah datang Jendral!" seorang prajurit memasuki ruangan tempat para Jendral itu berkumpul. Chan berdiri dengan tergesa, dia langsung merebut surat dari Han, kenapa bukan prajurit yang menjadi balasan surat merpati mereka? Kenapa harus sebuah kertas dengan tinta dan cap kerajaan yang di kirimkan oleh Kaisar untuk mereka?
BRUUUKKK—
"BABA!" Changbin langsung menangkap tubuh Chan yang limbung. Lelaki paruh baya itu meneteskan air matanya, hatinya hancur membaca isi surat tersebut. "Kau benar Changbin, Kaisar menganggap kita pengkhianat. Dia bilang aku melakukan kudeta. Dia menyuruhku untuk kembali agar dia bisa memenggalku. Seumur hidupku yang kulakukan untuk setia padanya, mengajari anakku untuk tunduk padanya, dia anggap sebagai penghianatan? Bagaimana bisa?" racau Chan.
Minho merebut surat itu, dia berdecih tak suka. Ini salah, sudah seharusnya dia tak percaya bahwa prajurit bantuan akan datang menjemput mereka. Merekalah yang menghianati Kaisar atau Kaisarlah yang menghianati mereka?
"Kalian harus selamat dari sini, apapun caranya. Kalian harus selamat!" Chan dengan terburu buru mengeluarkan belati yang tersemat di pinggangnya. "BABA!" Minho dengan sigap menangkap tangan Chan yang hendak membunuh dirinya sendiri.
"Baba kumohon!" Jaehyun memelas. "Jangan lakukan hal bodoh!"
"Hanya ini yang bisa kulakukan, anak anakku!" lirih Chan. Pandangan matanya yakin dan masih terdapat kilatan ketenangan di sana. Dia masih Jendral yang begitu gagah. "Bawalah kepalaku untuk Kaisar, tunjukkan bahwa kalian telah membunuh penghianatnya dan mintalah prajurit untuk menjemput saudara saudara kalian yang lain."
"Tapi baba, kita akan hidup bersama. Aku tidak akan biarkan—" Changbin merasakan air matanya sudah mengalir. Dia benci ini, mengapa ayahnya harus menunjukkan kasih sayang pada mereka di saat terakhir? Mengapa dia tak menjadi ayah yang biasanya? Mengapa tak menghukum mereka? Memaki mereka karena mereka bodoh? Mengapa?
"Aku percaya padamu Changbin, bawalah kepalaku sampai istana. Kaulah yang bisa, kedua kakakmu terlalu mencolok di luar sana." Chan mengenggam tangan Changbin memberikan kekuatan pada anak ketiganya yang memiliki hati yang begitu mirip dengan istrinya. "Minho, penggallah kepala baba! Jaehyun bakarlah tubuh baba bersama adikmu, Jeongin!"
Minho dan Jaehyun lebih memilih mengunci mulut mereka. Changbin tak tahu apa yang harus dia katakan untuk membantah ayah mereka. Dialah anak terpatuh, mengapa Yongbok tidak ada di sini? Mengapa Jeongin harus pergi terlebih dahulu? Mereka berdualah yang selalu berbeda pendapat dengan ayah mereka itu. Harusnya merekalah yang bisa menghentikan kebodohan ini.
Chan mengangkat tinggi tinggi belatinya. Ia memejamkan matanya dan tanpa keraguan dia menusuk jantungnya sendiri. Changbin menangis dalam diam, menatap ayahnya yang meregang nyawa dengan hati yang jauh lebih sakit dari tusukan belati itu. Dia berlutut, mengikuti kedua kakaknya. Bang Chan meninggal, dan dia adalah Jendral serta ayah yang luar biasa. Dia meninggal di bawah titah Kaisar dan demi anak anaknya. Dia meninggal dengan posisi berlutut dan membayangkan sang Kaisar di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 General from Bang Family [END]
FanfictionBuku sejarah usang di sudut perpustakaan membawa Han Jisung bertemu keluarga Jendral Bang yang dihapus oleh sejarah pada masa dinasti Han. Hidupnya yang lempeng berubah menjadi penuh ketegangan. Dia yang siswa biasa bertransformasi menjadi istri dar...