Hyunjin melangkahkan kakinya ditemani oleh Jaehyun di sampingnya. "Er ge, maafkan aku!" itulah kata kata yang mampu dia lontarkan. Jaehyun mengerti sekali maksud Hyunjin, namun dia tak ingin memikirkan hal tersebut lagi. Dia tak tertarik untuk mendapatkan pasangan hidup, mungkin dia akan bahagia jika meninggal tanpa pendamping hidup. Dia ingin mengabdikan hidupnya untuk keluarga mereka dan Han.
"Dia sudah menunggumu, maafkan aku yang tak bisa memohon pada ibu agar membiarkan adik ipar tinggal di rumah. Rumah ini pasti terlalu kecil untuknya."
"Ku rasa ini rumah yang cukup nyaman er ge, aku sungguh meminta maaf karena melangkahimu."
Jaehyun memilih tertawa, dia menepuk bahu Hyunjin. "Lupakanlah!" perintahnya. Namun, ketika dia hendak berbalik, Hyunjin berlutut di depannya. "Apa yang kau lakukan?" pekik Jaehyun tak suka saat Hyunjin membungkukkan kepalanya, mencium kaki Jaehyun.
Hati Jaehyun mencelos, sesedihnya dia dilangkahi, dia lebih sedih melihat adiknya yang menunjukkan bakti padanya. Dia membiarkan, tak ingin menolak Hyunjin yang mencium kakinya. Dia menutup mulutnya berusaha mendekap mulutnya yang hendak mengeluarkan isak tangis. "Berdirilah shi di!" Jaehyun mengangkat Hyunjin, memeluk tubuh adiknya itu erat.
"Untuk apa kau melakukannya? Aku sungguh tak masalah, aku sungguh tak apa. Cukup kau yang bahagia adalah kebahagiaan untukku. Aku hanya ingin melindungi adik adikku, itu saja."
"Aku akan bahagia ge, aku sungguh akan bahagia." Hyunjin membalas pelukan itu dan Jaehyun mendorong tubuh Hyunjin ke arah pintu kamar pengantin. "Masuklah!" dan Jaehyun memilih melangkah keluar dari rumah sederhana itu meninggalkan adiknya yang memilih masuk ke dalam.
.
.
.
"Maafkan aku yang terlalu lama," ucap Hyunjin melepas topi pengantin yang tengah dia kenakan. Dia duduk di tepi ranjang menghampiri Ryujin yang masih duduk diam. Dia membuka penutup wajah Ryujin, mengecup dahi wanita cantik itu. Cukup membuat Ryujin menangis haru karena di perlakukan begitu istimewa. "Kau sangat cantik," itu pujian tulus dari hati Hyunjin.
Dia menggenggam kedua tangan Ryujin, mengecup telapak tangan itu bergantian. "Jangan menangis, hari ini adalah hari bahagia kita!"
"Aku tahu kau tak pernah mencintaiku, tuan."
"Maafkan aku."
"Kenapa kau membohongi mereka? Kenapa kau menyakiti ibumu yang menyayangimu?"
Hyunjin tersenyum lembut, mengelus rambut hitam legam Ryujin. "Aku mencintai permainsuri putra mahkota." Ryujin terbelalak. "Aku mencintainya sampai aku merasa sangat sakit di sini." menepuk dadanya, tapi senyuman tulus masih tersemat di sana.
"Kau mencintai adikmu sendiri?" nada Ryujin terdengar bergetar.
"Sudah sangat lama, bahkan sejak ibuku belum memberinya nama."
"Tuan, kau menderita sangat banyak."
"Tapi aku bahagia dan aku akan terus bahagia," seakan kata 'bahagia' mempunyai makna berbeda. Ryujin kembali meneteskan air matanya. Mengapa orang di hadapannya ini sungguh mampu membuatnya begitu terkagum. Penderitaannya sebenarnya bukan apa apa. Melayani orang orang yang tak dia kenal, menari dan memainkan alat music. Dia mempunyai orang baik di sekitarnya, masih bisa membuatnya bercerita tentang keluh kesah hatinya. Namun, Hyunjin berbeda, orang ini menyimpan semunya dengan kedok kebahagiaan. Orang ini selalu menangis dalam tawanya.
"Aku memilikimu, aku akan memiliki anak yang kata cenayang istana akan begitu membanggakan Han, aku akan—" Ryujin membungkam mulut Hyunjin, dia melumat bibir suaminya itu. Membiarkan dirinya yang lebih berpengalaman menunjukkan pada Hyunjin mereka akan segera mendapatkan anak yang dikatakan oleh sang cenayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 General from Bang Family [END]
FanfictionBuku sejarah usang di sudut perpustakaan membawa Han Jisung bertemu keluarga Jendral Bang yang dihapus oleh sejarah pada masa dinasti Han. Hidupnya yang lempeng berubah menjadi penuh ketegangan. Dia yang siswa biasa bertransformasi menjadi istri dar...