7 General from Bang Family [END]

十四

Katakanlah Hyunjin gila, dia sedang membawa seorang wanita rupawan dengan paras dan senyuman indah berjalan sejajar di sampingnya. Sebenarnya tidak ada masalah, mengingat dia adalah jendral yang terlihat begitu serasi dengan wanita cantik tersebut, tapi perbedaan di antara keduanya membuat segalanya begitu sulit.

Ini pilihan Hyunjin. Dia sudah bulat akan menikahi seorang pelacur di sampingnya ini. Banyak faktor yang membuatnya tak bisa menemukannya yang lain, desakkan putra mahkota sungguh menyudutkannya. Dia tak ingin perut adiknya yang baru menginjak usia dua belas tahun dua bulan lalu itu membuncit dan membuat keluarganya menjadi malu karena menjadi buah bibir masyarakat.

Dia harus mengalah, dan inilah keputusannya. Dia juga serba salah, apakah dia harus dengan bodoh meminta calon pendamping pada ayahnya. Tidak! Itu idiot, dia harus memikirkan perasaan kakak keduanya yang sudah harusnya menikah. Namun, dilangkahi oleh adik mereka yang keenam dan kini dia juga merengek pada kedua orang tuanya untuk menikah? Bagaimana kekecewaan di wajah sang kakak.

Ini berat—

Dia bisa menyingkirkan keseganannya pada Jaehyun dan meminta pengampunannya nanti. Namun, dia tak bisa menunda prihal Yeji. Menikahi pelacur adalah pilihan tertepat, dan dia menganggap ini garisan Tuhan padanya mengingat begitu kebetulannya dia bertemu dengan Ryujin, pelacur dari rumah Hua Hong yang amat cantik.

Karena jika dia menikahi wanita atau pria terhormat, dia akan semakin berdosa. Hatinya takkan pernah berpindah. Hatinya masih milik sang permainsuri putra mahkota, milik Yongbok, adiknya.

"Kita sudah sampai." Hyunjin memperhatikan dandanan Ryujin kali ini. Dia sedikit meringis, mengapa Ryujin tak bisa berdandan lebih sederhana. Bahkan siapapun masih tahu bahwa jikalau dia bukan dari kalangan bangsawan pastilah penghibur melihat dari tingkat kemenoran dan pakaian sutra yang dia gunakan. "Kenapa kau tak berpakaian lebih sederhana?" Hyunjin bertanya namun tak ingin menyakiti hati Ryujin.

"Inilah pakaian yang paling sederhana yang kumiliki, Tuan."

"Panggil aku Hyunjin saja, kita akan segera menikah. Lalu bagaimana dengan tataan bedakmu?" Hyunjin tak menyangka bahwa jawaban Ryujin terdengar begitu angkuh—sebenarnya wajar mengingat wanita penghibur atau pelacur memiliki kasta yang lebih tinggi sedikit diantara rakyat biasa, tapi begitu menjijikkan di mata manusia.

"Apakah aku terlihat jelek?" dan Hyunjin yakin Ryujin sepintar pejabat koruptor istana yang mampu memutar balikkan kata katanya. "Tidak," jawab Hyunjin akhirnya yang membuat Ryujin tersenyum riang.

Hyunjin menarik napasnya, menemukan ayahnya dan ibunya yang sedang bercengkrama di lapangan tempat dia dan saudara saudaranya menghabiskan waktu berlatih pedang. Dia bisa melihat Jisung, iparnya yang sedang menghentakkan hentakkan kakinya, pasti saudara saudaranya menggoda sang kakak ipar lagi. Sementara sang suami Jisung, hanya menghela napas lelah.

Dia mengalihkan pandangannya, menemukan Yongbok dan suaminya yang sedang duduk di tepi lapangan, di temani pengawal dan juga para dayang di sana. Dia menghela napasnya, memantapkan hatinya melihat Yongbok dari kejauhan.

Aku bahagia, dan akan selalu bahagia. Kau tersenyum adalah hadiah termanis untuk aku yang selalu berbahagia ini. Kau bahagia bahkan aku rela mati untuk itu. Aku penghianat kerajaan, aku bahkan rela membunuh Kaisar untukmu. Nyawa satu untukmu tidaklah cukup, adikku yang manis. Bahkan ribuan keajaiban takkan pernah bisa membalas rasa dihatiku untukmu. Biarkan aku dari jauh, menatapmu dan terus melihatmu bahagia. Karena akulah orang yang akan selalu bahagia.

"Ah bu, baba, maaf aku mengganggu. Bisakah aku membicarakan sesuatu?" Hyunjin menggandeng tangan Ryujin, membuat wanita cantik itu merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuh bahkan hatinya. Menyenangkan ketika merasa begitu dihargai dan Ryujin merasa dia telah jatuh cinta pada sosok Hyunjin. Dimulai dari rasa kagumnya ketika sang Jendral menolongnya beberapa waktu lalu.