Papi

515 90 18
                                    

Henlo!

Saya ucapkan terimakasih yang banyak pada readers yang di chap sebelumnya pada vote, baca, dan komen.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA!

.

.

.

Happy Reading!!!

.

.

.

.

Pagi hari yang memberatkan bagi Haowen.

Ini minggu dan ia dibangun paksa oleh sang daddy dengan cara menarik tangannya sampai ia berdiri limbung. Kepalanya pusing bukan main sementara daddynya itu tertawa menyebalkan.

"Sudah jangan cemberut terus."

Jongin menoleh ke kursi penumpang belakang setelah Sehun meledek Haowen yang entah keberapa kalinya, "Hao kalau mengantuk tidur saja di mobil. Nanti daddy dan mommy saja yang ke dalam," ujar Jongin khawatir.

Putranya sedari perjalanan hanya diam saja dengan wajah juteknya yang kelewat datar. Haowen menggeleng sebagai jawaban. Tambahan, Haowen tidak membuka suaranya sama sekali.

Beruang manis itu menghela napasnya pelan lalu melirik pada Sehun, "jangan memaksa Haowen lagi dan berhenti meledeknya."

Sehun menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada jalanan, "aku tidak memaksanya. Hao sendiri yang bilang mau ikut ke rumah sakit."

"Tapi Haowen cemberut begitu, jangan berbohong, Daddy Oh Sehun," tekan Jongin sembari mencubit kecil paha Sehun yang tentu saja terasa sangat sakit.

Tolong jangan lupakan cubitan Jongin itu pedas sekali. Kecil kecil mematikan.

"Aksh! Sakit, bear!"

"Makanya jangan menyebalkan!"

Enggan mengisi hari minggu yang cerah dengan perdebatan, Sehun memilih bungkam sembari menggumam meminta maaf. Sebelah tangannya yang tak memegang stir mengusap-usap paha korban cubitan Jongin.

Selanjutnya perjalanan mereka diisi keheningan sampai di rumah sakit tempat Jongin biasa terapi.

Mobil yang membawa keluarga Oh dengan sang kepala keluarga sebagai supirnya terparkir di tempat khusus pasien. Sembari mematikan mobilnya Sehun menoleh menatap Haowen dari spion mobil belakangnya. Putranya itu nampak bersiap-siap hendak menuruni mobil.

"Kajja..."

Mereka turun dari mobil, berjalan berdampingan memasuki rumah sakit menuju tempat Dokter Clara dengan Haowen yang mengekori kedua orang tuanya. Mata sipit itu tersenyum menatap sebelah tangan daddynya yang merangkul manis di pinggang ramping sang mommy.

Sejujurnya Haowen hanya kesal pada cara Sehun membangunkannya. Itu tidak baik untuk kesehatan. Astaga, menyebalkan sekali. Karena tak mau membuat mommynya khawatir dan berakhir hasil terapi minggu ini jelek, Haowen hanya diam saja enggan berdebat dengan daddynya yang tak mau kalah.

Jongin langsung memasuki ruang terapinya, Haowen menatap Jongin dan Dokter Clara dari balik kaca pintu. Mereka saling tersenyum sebelum duduk berhadapan dan berbincang yang tak dapat Haowen dengar. Sembari memasukkan kedua tangannya ke saku hoodie abu bertuliskan 'new york, Haowen ikut duduk di samping Sehun. Sehun sudah terbiasa dengan apa yang harus dilakukan selama mengantar dan menunggu Jongin terapi.

Haowen, Daddy, And Mommy! [2] HUNKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang