5

2.1K 311 55
                                    

"Kenapa diam? Ayo, akan aku iringi."

Dan kenapa tidak? Yedam juga mungkin saja akan menemukan teman bermusiknya.

Juga ini sangat tidak biasa, karena biasanya saat bertemu orang baru, dirinya akan merasa risih. Tapi kini yang Yedam rasakan adalah nyaman, nyaman dengan keberadaan lelaki kecil di depannya ini.

Walaupun gugup, Asahi mulai mengeluarkan suaranya, melantunkan nada nada indah dari mulutnya, membiarkan liriknya terpampang dengan kasat mata di dalam pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun gugup, Asahi mulai mengeluarkan suaranya, melantunkan nada nada indah dari mulutnya, membiarkan liriknya terpampang dengan kasat mata di dalam pikirannya.

Jarinya mengetuk sanggahan tangan bangku untuk menyanyikan setiap liriknya sesuai ketukan irama.

Yedam mendengarkan dan melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri, dia tak mungkin berbohong saat dirinya melihat Asahi yang seperti di kelilingi ribuan bulu putih cantik yang berjatuhan di sisinya.

Lama Yedam memperhatikan, tangannya mulai memetik senar gitarnya, mengiringi suara unik indah milik lelaki kecil di depannya, matanya melihat pada permainan tangannya dan sesekali menatap Asahi yang memejamkan matanya.

Menikmati bagaimana dirinya mengeluarkan suara dan lantunan musik dengan tenang.

Angin sore ikut menimbrung untuk sekedar menyejukkannya suasana, langit senja menemani mereka yang kini seakan di kelilingnya oleh not not alunan musik yang berputar di sekitar mereka.

Arti lagunya sedikit membuat hati keduanya menjadi mendung, tentang kekasih yang merindukan terkasihnya yang sudah tak bersamanya.

Keduanya menikmati bagaimana satu sama lain memainkan bagian mereka dengan baik.

Yedam tak pernah memikirkan bahwa dia akan memiliki momen ini dengan seseorang selain ibunya, bernyanyi bersama dengan dia yang mengiringi dengan senang hati.

Bagaimanapun Yedam tak bisa menyangkal, lelaki kecil di depannya ini secara ajaib telah menyihir dirinya dengan aura positif dan kepribadiannya yang unik.

Sampai Asahi menyelesaikan lirik terakhir dari lagu tersebut, Yedam juga mengakhiri acara bergelut dengan pikirannya saat melihat Asahi bernyanyi.

Asahi terlihat sedikit tersengal, setelahnya dia menatap Yedam dan tersenyum dengan ceria.

"Itu hebat Yedam, permainan gitarmu luar biasa.. dan itu membantu suaraku-"

"Aku suka suaramu." Yedam mengucapkannya dengan cepat.

"Apa?" Maaf saja, tapi Asahi tak mendengarnya dengan jelas saat Yedam mengatakan sesuatu yang entah apa itu.

Yedam menggeleng dan melemparkan senyuman kecil pada Asahi, dia merapihkan gitar juga kertas yang dia gunakan untuk menulis lirik, dan memasukkan semua itu pada sarung gitarnya.

Menaruh dan membiarkan gitarnya berdiri di samping kakinya, netranya kini kembali fokus menatap Asahi.

"Apa kamu ingin mendengarkan laguku?" Yedam mengalihkan pembicaraan, dan Asahi tergenun dengan pertanyaan itu.

T.R.E4-12 [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang